Hari Ditimbangnya Amal Manusia Dinamakan Yaumul Mizan, Siapa Golongan Beruntung?

2 months ago 23

Liputan6.com, Jakarta - Hari ditimbangnya amal manusia dinamakan Yaumul Mizan, yang dalam pengertian umum dimaknai sebagai hari penimbangan. Momen mendebarkan itu merupakan rangkaian panjang kiamat, mulai dibangkitkan hingga jatuh keputusan dan Hari Pembalasan atau Yaumul Jaza.

Dalam eskatologi Islam, kiamat atau Yaumul Akhir adalah keniscayaan dan pasti terjadi. Hanya saja, tak ada satu makhlukpun yang mengetahui kapan waktu pasti terjadinya. Hanya Allah SWT yang tahu kapan kiamat terjadi.

وَّاَنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَاۙ وَاَنَّ اللّٰهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ

Wa annas-sā‘ata ātiyatul lā raiba fīhā, wa annallāha yab‘aṡu man fil-qubūr(i).

 “Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.” (QS.AL-Hajj:7)

Di antara rangkaian hari kiamat itu, salah satunya adalah Yaumul Mizan. Mengutip E Journal.unma.ac.id, kata Mizan adalah keseimbangan atau timbangan. Bahwa nanti di hari kiamat akan ada hari di mana manusia itu akan diperlihatkan amal perbuatannya selama hidup di dunia serta pada hari itu akan ada penimbangan amal baik serta amal buruk atau yang sering disebut dengan yaumul mizan.

"Yaumul mizan merupakan salah satu fase kehidupan akhirat setelah terjadinya hari kiamat, yaumul mizan sering disebut juga dengan hari penimbangan di mana di akhirat nanti akan ada hari penimbangan amal baik dan amal buruk manusia serta dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT," ulas Andri Nirawana dkk, dalam Jurnal Kata Mizan Dalam Prespektif Tafsir Al-Mizan dan Implikasinya Terhadap Nilai Pendidikan, dikutip Kamis (7/8/2025).

Di Yaumul Mizan, ada golongan yang beruntung, ada pula yang merugi. Yang artinya, satu golongan masuk surga, lainnya ke neraka. Lantas, siapa dua golongan berbeda nasib ini?

Namun, sebelumnya mari ketahui terlebih dahulu pengertian Yaumul Mizan dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan atau menjadi rangkaian hari kiamat.

Arti Yaumul Mizan adalah Hari Penimbangan, Apa yang Ditimbang?

Yaumul Mizan berasal dari dua kata, yakni 'Yaum' dan 'Mizan'. Yaum berarti hari, Mizan berarti timbang.

Yaumul Mizan dalam konteks kiamat adalah hari penimbangan, yaitu hari dikumpulkannya manusia di Padang Mahsyar untuk ditimbang amal perbuatannya selama hidup di dunia. Sebagaimana saat dihitung amal perbuatan manusia, semua anggota tubuh juga berbicara sendiri-sendiri melaporkan atas apa perbuatan yang telah dilakukan oleh si empunya selama hidup didunia

Sementara, yang ditimbang ialah amal perbuatan, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Ishak az-Zajjaj,

“Telah sepakat ahlu sunnah tentang adanya timbangan itu, dan amal perbuatan hamba itulah yang ditimbang di akhirat nanti. Timbangan itu mempunyai lidah dan dua daun neraca timbangan.” Pernyataan Abu Ishak ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad saw, yang artinya:

“Diletakkanlah timbangan-timbangan itu di Hari Kiamat, maka ditimbanglah amal kebaikan dan amal kejahatan. Barang siapa lebih berat timbangan kebaikannya dari timbangan kejahatannya, sekali pun seberat butir biji, maka masuklah ia ke dalam surga, dan barang siapa timbangan kejahatannya lebih berat dari timbangan kebaikannya, sekalipun seberat butir biji masuklah ia ke dalam neraka.” (Riwayat Abu Dāud dan at-Tirmiżī dari Jābir r.a.)

7 Peristiwa yang Berhubungan dengan Kiamat

Mengutip an-nur.ac.id, berikut ini adalah peristiwa dan alam yang harus dilewati manusia setelah kiamat datang yang dimulai dari alam barzakh sampai hari pembalasan (surga atau neraka).

1. Alam Barzakh

Yaitu alam kubur tempat manusia meninggal dunia. Di dalam alam kubur jika manusia yang telah meninggal dunia diperlihatkan dengan kedamaian, kesejukan, keindahan, dan segala kebahagiaan-kebahagian lainnya, maka pertanda manusia itu di hari akhir kelak akan masuk surga. Tetapi sebaliknya jika manusia yang telah meninggal dunia di alam kubur ditampakkan oleh berbagai macam penderitaan dan siksaan, maka menandakan di akhirat manusia itu akan masuk neraka.

2. Yaumul Ba’ats

Yaitu hari bangkit manusia dari alam kubur. Pada hari itu semua manusia yang telah meninggal dunia jasadnya diutuhkan lagi seperti sedia kala meskipun sudah meninggal dunia berabad-abad lamanya. Lalu manusia digiring ke suatu tempat yang disebut Padang Mahsyar.

3. Yaumul Hasyr

Yaitu hari digiringnya manusia ke Padang Mahsyar setelah dibangkitkan dari kubur. Di Padang Mahsyar manusia dikumpulkan untuk dimintai pertanggungjawaban amal perbuatannya selama hidup di dunia. Malaikat pencatat perbuatan manusia akan menunjukkan kepada masing-masing orang atas izin Allah Swt. Tidak ada catatan yang salah apalagi catatan bohong karena selalu diawasi oleh Allah Swt.

4. Yaumul Hisab

Yaitu hari dikumpulkannya manusia di Padang Mahsyar untuk dihitung amal perbuatannya selama hidup di dunia. Semua anggota tubuh akan bicara sendiri tanpa disuruh dan tanpa ditanyai. Malaikat sebagai pengawas ketika semua anggota tubuh bicara untuk mempertanggugjawabkan perbuatan manusia yang memilikinya.

5. Yaumul Mizan

Yaitu hari dikumpulkannya manusia di Padang Mahsyar untuk ditimbang amal perbuatannya selama hidup di dunia. Sebagaimana saat dihitung amal perbuatan manusia, semua anggota tubuh juga berbicara sendiri-sendiri melaporkan atas apa perbuatan yang telah dilakukan oleh si empunya selama hidup didunia.

6. Sirath

Yaitu jalan menuju surga. Sirath sering disebut sebagai jembatan sirathal mustaqim. Bagi manusia yang beramal baik berjalan lewat sirath akan sampai ke surga. Bagi yang beramal buruk jalannya tidak sampai ke surga tetapi jatuh ke jurang neraka.

7. Yaumul Jaza (Hari Pembalasan)

Ada dua balasan yakni surga yang timbangan kebaikannya berat, dan sebaliknya neraka bagi yang timbangan keburukannya lebih berat.

Jaminan Keadilan di Yaumul Mizan

Allah menjamin bahwa hari penimbangan akan berlangsung dengan adil. Kebaikan dihitung sebagai amal, sedangkan keburukan akan dinilai sebagai dosa.

Jaminan keadilan pada Yaumul Mizan ditegaskan melalui Firman Allah, QS Al-Anbiya' Ayat 47:

وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حٰسِبِيْنَ ۝٤٧

wa nadla‘ul-mawâzînal-qistha liyaumil-qiyâmati fa lâ tudhlamu nafsun syai'â, wa ing kâna mitsqâla ḫabbatim min khardalin atainâ bihâ, wa kafâ binâ ḫâsibîn

Artinya: Kami akan meletakkan timbangan (amal) yang tepat pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun dirugikan walaupun sedikit. Sekalipun (amal itu) hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.

Al-Qari‘ah Ayat 6-11:

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُةٌ (٦) فَهُوَ فِي عِيْشَةٍ رَاضِيَةٍ (٧) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (٨) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ 

Fa ammā man tsaqulat mawāzīnuh. (7) Fa huwa fī 'īsyatir rādhiyah. (8) Wa ammā man khaffat mawāzīnuh. (9) Fa ummuhū hāwiyah.

Artinya, "(6) Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, (7) dia berada dalam kehidupan yang menyenangkan. (8) Adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, (9) tempat kembalinya adalah (neraka) Hawiyah.

Golongan Orang yang Beruntung

Pada Yaumul Mizan, ada golongan beruntung ada pula yang merugi. Golongan orang beruntung secara gamblang disebut dalam QS Al-A'raf Ayat 8:

وَالْوَزْنُ يَوْمَىِٕذِ ࣙالْحَقُّۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ۝٨

wal-waznu yauma'idzinil-ḫaqq, fa man tsaqulat mawâzînuhû fa ulâ'ika humul-mufliḫûn

Artinya: Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang yang beruntung.

Mengutip penjelasan tafsir di quran.kemenag.go.id, timbangan yang tidak kita ketahui secara hakiki bagaimana bentuk dan sifatnya, pada hari itu menjadi ukuran kebenaran. Ihwal timbangan ini merupakan perkara gaib; kita wajib mengimaninya dan hanya Allah yang tahu hakikatnya.

Maka barang siapa berat timbangan kebaikan-nya karena banyak melakukan kebaikan, mereka itulah orang yang beruntung. Mereka akan masuk surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

Berdasar tafsir tahlili, ayat ini menerangkan adanya timbangan di akhirat nanti. Timbangan ini wajib kita percayai karena dengan timbangan itulah akan diketahui besar kecilnya, berat ringannya amal seseorang. Timbangan di akhirat nanti adalah timbangan yang seadil-adilnya dan tak mungkin terjadi kecurangan dalam timbangan itu.

"Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit," (al-Anbiyā′/21: 47).

Di antara orang beruntung tersebut yakni:

  • Siapa berat timbangan amalnya, karena iman yang dimilikinya adalah iman yang sebenarnya
  • Ibadahnya kepada Allah dilakukan sebanyak mungkin penuh dengan khusuk dan ikhlas, dan hubungannya dengan sesama manusia baik sekali
  • Dia banyak menolong orang yang memerlukan pertolongan, membantu pembangunan masjid, madrasah, pesantren dan bangunan-bangunan lain yang digunakan memperbaiki dan meningkatkan akhlak umat, memelihara anak yatim, dan lain sebagainya.

Manusia yang demikian inilah yang akan beruntung di akhirat nanti, merasa puas menerima semua balasan amalnya, sesuai dengan firman Allah yang artinya:

"Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang),". (QS Al-Qāri’ah/101: 6-7).

Golongan yang Merugi

Sebaliknya, pada Yaumul Mizan (Kiamat) ada golongan orang yang merugi. Mereka adalah orang yang ringan timbangan kebaikannya. Dalam QS Al-A'raf Ayat 9:

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَظْلِمُوْنَ

Wa man khaffat mawāzīnuhū fa ulā'ikal-lażīna khasirū anfusahum bimā kānū bi'āyātinā yaẓlimūn(a).

Artinya: Siapa yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Mengutip penjelasan tafsir di quran.kemenag.go.id barang siapa ringan timbangan kebaikan-nya karena banyak melakukan dosa, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami. Padahal, ayat-ayat tersebut telah jelas mengemukakan kebenaran yang sulit terbantahkan. Namun kesombongan dan sikap iri pada hati mereka menyebabkan mereka enggan menerima ayat-ayat tersebut, bahkan mendustakannya.

Dalam tafsir tahlili dicontohkan orang-orang yang merugi ini:

  • Orang yang ringan timbangan amalnya, karena keingkarannya, imannya lemah sehingga ia banyak melakukan pelanggaran agama
  • Ibadah ditinggalkan
  • Amal-amal kebaikan disia-siakan, dan yang digemarinya adalah larangan-larangan agama
  • Banyak menipu, menyakiti hati sesama manusia, memusuhi tetangganya
  • Menyia-nyiakan anak yatim, membiarkan orang-orang sekelilingnya lapar dan menderita, asal dia kenyang dan senang.

Manusia yang seperti ini akan merugi di akhirat nanti, dan akan dimasukkan ke dalam api neraka yang membara, seperti firman Allah surah al-Qāri’ah/101: 8-11, yang artinya:

Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (al-Qāri’ah/101: 8-11).

Amalan agar Selamat di Hari Kiamat

Mengutip almasoem.sch.id, dalam Al Quran surat Al Ankabut ayat 7, Allah SWT berfirman mengenai amalan yang bisa menyelamatkan manusia dari hari kiamat.

Amalan tersebut yakni beriman dan berbuat baik.

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَحْسَنَ الَّذِيْ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Wallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti lanukaffiranna ‘an-hum sayyi`ātihim wa lanajziyannahum aḥsanallażī kānụ ya’malụn.

Artinya:“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”

Doa Selamat di Hari Kiamat

Untuk itu, agar selamat di hari kiamat ada doa dan amalan yang bisa umat Islam lakukan. Berikut doa agar selamat di Hari kiamat

‎رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ

“Rabbana amanna faktubna ma’as syahidin.”

Artinya:“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad),”.

  • QS Al-A'raf Ayat 9
  • QS al-Qāri’ah
  • QS.AL-Hajj:7
  • E Journal.unma.ac.id
  • Jurnal Kata Mizan Dalam Prespektif Tafsir Al-Mizan DanImplikasinya Terhadap Nilai Pendidikan - UNMA
  • quran.kemenag.go.id
  • Hadis Abu Dāud dan at-Tirmiżī dari Jābir r.a
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |