Liputan6.com, Jakarta - Panglima perang Bani Umayyah yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah selat yaitu Thariq bin Ziyad, sosok legendaris yang mengukir sejarah emas Islam di Eropa. Kepemimpinannya dalam penaklukan Andalusia pada tahun 711 M.
Thariq bin Ziyad memimpin ekspedisi bersejarah yang menyeberangi selat antara Afrika Utara dan Semenanjung Iberia dengan strategi militer yang cemerlang. Selat yang dilalui pasukannya dalam misi penaklukan tersebut kini dikenal sebagai Selat Gibraltar, sebuah nama yang diabadikan untuk mengenang jasanya.
Mengutip dari buku Sejarah Penaklukan Andalusia karya A.R. Shohibul Ulum, Thariq bin Ziyad berasal dari Afrika Utara dan merupakan keturunan kaum Barbar dari kabilah Nafzah yang kemudian memeluk Islam dan menjadi panglima terpercaya di bawah komando Musa bin Nusayr.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (04/08/2025).
Thariq bin Ziyad: Panglima Perang yang Namanya Diabadikan dalam Selat Gibraltar
Panglima perang Bani Umayyah yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah selat yaitu Thariq bin Ziyad, merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah penaklukan Andalusia. Sosok berdarah Barbar ini lahir sekitar tahun 50 Hijriah (670 M) di Kenchela, Aljazair, dan memiliki nama lengkap Thariq bin Abdullah bin Wanamu az-Zanati.
Keunikan dari sosok Thariq bin Ziyad terletak pada perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku, dari seorang tawanan perang yang kemudian menjadi budak, hingga akhirnya naik menjadi panglima perang terpercaya Bani Umayyah. Kepemimpinannya dalam misi penaklukan Andalusia pada tahun 711 M tidak hanya berhasil mengalahkan pasukan Raja Roderick yang berjumlah 100.000 orang dengan pasukan yang hanya berjumlah 12.000 orang, tetapi juga membuka babak baru peradaban Islam di Eropa.
Menurut Ensiklopedia Britannica, Selat Gibraltar mendapat namanya dari "Jabal Thariq" yang berarti "Gunung Thariq" dalam bahasa Arab, merujuk pada gunung tempat Thariq bin Ziyad mendarat dan membangun markas pertamanya. Nama "Gibraltar" sendiri merupakan adaptasi dari bahasa Spanyol terhadap kata Arab "Jabal Thariq", sehingga panglima perang Bani Umayyah yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah selat yaitu Thariq bin Ziyad tetap dikenang hingga saat ini.
Strategi militer Thariq bin Ziyad yang paling terkenal adalah keputusannya membakar kapal-kapal yang membawa pasukannya ke Andalusia, sehingga tidak ada jalan mundur bagi para prajuritnya kecuali meraih kemenangan atau mati syahid. Taktik psikologis ini terbukti efektif dalam membangkitkan semangat juang pasukannya dan menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan penaklukan Spanyol yang mengubah sejarah peradaban dunia.
Latar Belakang Sejarah Andalusia Sebelum Penaklukan Islam
Sebelum kedatangan pasukan Islam di bawah komando Thariq bin Ziyad, wilayah Andalusia atau yang kini dikenal sebagai Spanyol memiliki sejarah panjang dengan berbagai pergantian kekuasaan. Wilayah ini dulunya dikenal dengan nama Wandalusia, yang diambil dari suku Wandal atau Vandal yang menetap di wilayah tersebut setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 Masehi.
Kekuasaan kemudian berpindah ke tangan bangsa Gothic, salah satu suku Jermanik yang bermigrasi ke Eropa untuk mencari tempat penggembalaan dan akhirnya menetap di wilayah Eropa barat daya. Bangsa Gothic berhasil mengambil alih kekuasaan dari Romawi Barat dan membangun pemerintahan independen yang cukuk kuat, dengan puncak kejayaannya dicapai oleh kelompok Visigoth pada abad ke-5 hingga awal abad ke-8 Masehi.
Mengutip dari buku Thariq bin Ziyad, Fatih Al-Andalus karya George Zidan yang diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Nurhadi, kondisi politik Spanyol menjelang penaklukan Islam sedang mengalami ketidakstabilan internal. Raja Roderick yang berkuasa sejak 709 M menghadapi berbagai tantangan politik dan sosial, termasuk ketidakpuasan dari sebagian kalangan bangsawan Gothic terhadap kepemimpinannya.
Kota Toledo sebagai ibu kota kerajaan Gothic menjadi pusat peradaban dengan berbagai bangunan megah seperti benteng, gereja, dan biara yang mencerminkan kemajuan arsitektur pada masanya. Namun, kemegahan fisik ini tidak diimbangi dengan stabilitas politik yang kuat, sehingga ketika pasukan Islam tiba, perlawanan yang dihadapi tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya, membuka jalan bagi keberhasilan misi penaklukan yang dipimpin oleh panglima perang Bani Umayyah tersebut.
Pembentukan Kekuasaan Islam di Andalusia
Setelah kemenangan gemilang di Lembah Barbate, Thariq bin Ziyad dan pasukannya dengan cepat melanjutkan ekspansi ke berbagai kota penting di Andalusia. Strategi penaklukan yang diterapkan menggabungkan pendekatan militer dengan diplomasi, menawarkan tiga pilihan kepada penduduk setiap kota yang didatangi: masuk Islam, membayar jizyah, atau berperang, sesuai dengan tradisi hukum perang dalam Islam.
Kota-kota besar seperti Cordova, Sevilla, dan akhirnya Toledo sebagai ibu kota kerajaan Gothic berhasil dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Keberhasilan ini tidak hanya disebabkan oleh kekuatan militer, tetapi juga karena kebijakan yang toleran terhadap penduduk setempat, terutama komunitas Yahudi yang sebelumnya mengalami penindasan di bawah pemerintahan Visigoth.
Sistem administrasi yang diterapkan oleh Thariq bin Ziyad memadukan tradisi Islam dengan praktik-praktik lokal yang sudah mapan, menciptakan model pemerintahan yang efektif dan dapat diterima oleh berbagai kelompok masyarakat. Pendekatan ini memungkinkan integrasi yang relatif mulus antara penakluk Muslim dengan penduduk asli, menciptakan fondasi yang kuat bagi perkembangan peradaban Islam-Andalusia di masa mendatang.
Menurut catatan dari Al-Maqqari's History of the Mohammedan Dynasties in Spain, kebijakan ekonomi yang diterapkan juga memberikan insentif bagi konversi ke Islam sambil tetap melindungi hak-hak ekonomi dan keagamaan bagi mereka yang memilih mempertahankan agama asalnya. Sistem perpajakan yang adil dan perlindungan terhadap aktivitas perdagangan menciptakan stabilitas ekonomi yang mendukung legitimasi kekuasaan baru.
Warisan administratif dan budaya yang ditinggalkan oleh Thariq bin Ziyad menjadi dasar bagi berkembangnya Dinasti Umayyah di Andalusia, yang kemudian mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Abd al-Rahman III. Sistem yang dibangun oleh panglima perang Bani Umayyah yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah selat yaitu ini terbukti mampu bertahan dan berkembang selama berabad-abad, menjadikan Andalusia sebagai salah satu pusat peradaban dan ilmu pengetahuan terpenting di dunia pada masanya.
Warisan dan Pengaruh Thariq bin Ziyad dalam Sejarah
Pengaruh Thariq bin Ziyad terhadap perkembangan sejarah dunia tidak dapat diukur hanya dari keberhasilannya menaklukkan Andalusia, tetapi juga dari dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh tindakannya terhadap perkembangan peradaban Eropa dan Islam. Penaklukan yang dipimpinnya membuka jalan bagi transfer pengetahuan dan teknologi dari dunia Islam ke Eropa, yang kemudian berkontribusi pada Renaissance dan kebangkitan intelektual Eropa.
Sistem pendidikan dan perpustakaan yang berkembang di Andalusia pasca-penaklukan menjadi pusat pembelajaran bagi para scholar dari seluruh Eropa. Karya-karya filosofi Yunani yang diterjemahkan ke bahasa Arab kemudian diterjemahkan kembali ke bahasa Latin di pusat-pusat pembelajaran Andalusia, memungkinkan Eropa mengakses kembali warisan intelektual klasik yang sempat hilang selama Abad Kegelapan.
Dalam bidang sains dan teknologi, warisan penaklukan Thariq bin Ziyad terlihat dari berkembangnya berbagai inovasi di Andalusia yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Sistem irigasi canggih, teknik pertanian modern, pengembangan matematika dan astronomi, serta kemajuan dalam bidang kedokteran menjadi kontribusi peradaban Islam-Andalusia bagi kemajuan umat manusia secara keseluruhan.
Mengutip dari studi yang dipublikasikan dalam Journal of Medieval History, model toleransi beragama yang diterapkan di Andalusia pasca-penaklukan menjadi contoh bagi pengembangan konsep pluralisme dan koeksistensi damai antara berbagai komunitas agama. Model "Convivencia" atau hidup berdampingan antara Muslim, Kristen, dan Yahudi di Andalusia menjadi referensi penting dalam diskusi modern tentang dialog antarumat beragama.
Secara geografis, nama Thariq bin Ziyad yang diabadikan dalam Selat Gibraltar terus mengingatkan dunia akan pencapaian historis yang luar biasa ini. Setiap kapal yang melewati selat tersebut secara tidak langsung mengenang sosok panglima perang yang berani mengambil risiko besar demi menyebarkan peradaban Islam ke benua baru, menunjukkan bagaimana keputusan individual yang berani dapat mengubah jalannya sejarah dunia.
Daftar Sumber:
- Ulum, A.R. Shohibul. Sejarah Penaklukan Andalusia. Jakarta: Pustaka Islam, 2018.
- Zidan, George, diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Nurhadi. Thariq bin Ziyad, Fatih Al-Andalus. Bandung: Mizan, 2020.
- Aizid, Rizem. Para Panglima Perang Islam. Jakarta: Diva Press, 2019.
- Atiq, Ari Ghorir. Peradaban Islam di Eropa dari Penaklukan Andalusia Hingga Runtuhnya Kekhalifahan Umayyah. Yogyakarta: IRCiSoD, 2021.
- Mursi, Abdul Hamid. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta: Robbani Press, 2005.
- Wardhana. Kisah Setetes Air. Surabaya: Karya Utama, 2004.
- Ensiklopedia Britannica. "Gibraltar, Strait of." britannica.com
- Holt, P.M., Ann K.S. Lambton, dan Bernard Lewis (eds.). The Cambridge History of Islam Volume 2. Cambridge: Cambridge University Press, 1970.
- Islamic Research Institute. "Military Strategies in Early Islamic Conquests." Islamic Studies, Vol. 45, No. 3, 2006.
- Al-Maqqari, Ahmad ibn Muhammad. The History of the Mohammedan Dynasties in Spain. London: Oriental Translation Fund, 1840.
- García-Sanjuán, Alejandro. "The Political History of al-Andalus." Journal of Medieval History, Vol. 42, No. 2, 2016.
- anaksholeh.sch.id.
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Siapa panglima perang Bani Umayyah yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah selat?
Panglima perang Bani Umayyah yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah selat yaitu Thariq bin Ziyad. Selat tersebut adalah Selat Gibraltar yang memisahkan Maroko dan Spanyol, dengan nama "Gibraltar" berasal dari bahasa Arab "Jabal Thariq" yang berarti "Gunung Thariq", merujuk pada lokasi tempat ia mendarat dan membangun markas pertamanya saat menaklukkan Andalusia pada tahun 711 M.
2. Kapan Thariq bin Ziyad memimpin penaklukan Andalusia?
Thariq bin Ziyad memimpin penaklukan Andalusia pada tahun 711 M atau 92 Hijriah. Pertempuran decisif terjadi di Lembah Barbate pada 28 Ramadan 92 H (19 Juli 711 M), di mana pasukannya yang berjumlah 12.000 orang berhasil mengalahkan 100.000 pasukan Raja Roderick dari kerajaan Visigoth, membuka jalan bagi penguasaan Muslim atas Semenanjung Iberia.
3. Apa strategi paling terkenal yang digunakan Thariq bin Ziyad?
Strategi paling terkenal yang digunakan Thariq bin Ziyad adalah membakar kapal-kapal yang membawa pasukannya ke Andalusia setelah mendarat di Jabal Thariq (Gibraltar). Tindakan ini bertujuan menghilangkan kemungkinan mundur bagi pasukannya, sehingga mereka hanya memiliki dua pilihan: menang atau mati syahid, yang terbukti efektif dalam membangkitkan semangat juang dan memastikan kemenangan atas pasukan Visigoth.
4. Dari mana asal-usul Thariq bin Ziyad?
Thariq bin Ziyad berasal dari Afrika Utara, tepatnya lahir sekitar tahun 50 Hijriah (670 M) di Kenchela, Aljazair. Ia adalah keturunan kaum Barbar dari kabilah Nafzah yang kemudian memeluk Islam dan menjadi panglima terpercaya di bawah komando Musa bin Nusayr. Sebelum menjadi panglima, ia pernah menjadi tawanan perang dan budak, namun karena kemampuan kepemimpinannya yang luar biasa, ia dibebaskan dan diangkat menjadi jenderal.
5. Mengapa penaklukan Andalusia oleh Thariq bin Ziyad begitu penting dalam sejarah?
Penaklukan Andalusia oleh Thariq bin Ziyad sangat penting karena membuka jalan bagi penyebaran peradaban Islam ke Eropa dan menciptakan pusat pembelajaran yang memfasilitasi transfer pengetahuan dari dunia Islam ke Barat. Andalusia kemudian menjadi jembatan peradaban yang memungkinkan Eropa mengakses kembali warisan intelektual Yunani melalui terjemahan Arab-Latin, berkontribusi pada Renaissance dan kebangkitan intelektual Eropa.
6. Bagaimana nasib Thariq bin Ziyad setelah menaklukkan Andalusia?
Setelah berhasil menaklukkan Andalusia, Thariq bin Ziyad menjadi Gubernur Andalusia untuk sementara waktu. Pada tahun 714 M, ia dipanggil oleh Khalifah Al-Walid ke Damaskus bersama dengan Musa bin Nusayr. Nasib akhir Thariq bin Ziyad cukup misterius, namun diketahui bahwa ia meninggal dunia di Damaskus pada tahun 720 M, enam tahun setelah meninggalkan Andalusia.
7. Apa warisan utama yang ditinggalkan Thariq bin Ziyad?
Warisan utama yang ditinggalkan Thariq bin Ziyad adalah sistem administrasi dan model toleransi beragama di Andalusia yang menjadi fondasi bagi berkembangnya peradaban Islam-Andalusia selama hampir delapan abad. Selain itu, namanya diabadikan dalam Selat Gibraltar sebagai pengingat akan pencapaian historisnya, dan kepemimpinannya menjadi contoh bagi strategi militer dan kepemimpinan dalam sejarah Islam yang menggabungkan keberanian, kecerdasan strategi, dan ketakwaan.

2 months ago
29
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5151380/original/086607800_1741158200-pray-6268224_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4889994/original/071009200_1720767600-pexels-zeynep-sude-emek-193601188-20785719.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5387833/original/050532800_1761104918-Ibu_Hamil.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/921473/original/067104100_1436263117-7.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4813434/original/063910800_1714098814-Gus_Baha__ngaji_Gus_Baha.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4273162/original/083273700_1672056181-teenage-girl-with-praying-peace-hope-dreams-concept_1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5180061/original/052056000_1743723403-8c205a14-c800-4f9c-a9c8-61a41e3b7556.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393344/original/066378400_1761551837-details-registration-marriage.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/885386/original/003007200_1432609352-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5082269/original/032884500_1736233897-1736231251952_flexing-itu-apa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3433074/original/r-view-beautiful-asian-muslim-woman-wearing-white-sleepwear-stretching-her-arms-after-getting-up-morning-sunrise-cute-young-girl-with-blue-hijab-standing-relaxing-while-looking-away_44289-1276__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4628436/original/095598200_1698637528-8712637.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3954600/original/001373400_1646637027-3110.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5169862/original/050122900_1742550938-pexels-shukran-2103130.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4262146/original/085381500_1671090332-pexels-alena-darmel-8164382.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5142778/original/047144800_1740471441-pexels-mikhail-nilov-9783906.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365524/original/054763800_1759199598-Wanita_muslim_membaca_buku_di_kasur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365523/original/042845000_1759199598-Dua_wanita_muslimah_membaca_buku.jpg)





























