Lirik dan Makna Tasawuf dalam Tembang Lir Ilir Karya Sunan Kalijaga, Ini Penjelasannya

5 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Tembang Lir-Ilir Lirik dan Makna Tasawuf menjadi topik yang terus menarik perhatian masyarakat, terutama karena syairnya sarat pesan spiritual. Tembang ini dinisbatkan kepada Sunan Kalijaga yang dikenal sebagai wali berdakwah melalui seni dan budaya Jawa.

Tembang Lir-Ilir Lirik dan akna Tasawuf banyak dikaji dalam pendekatan tasawuf, karena isinya memakai simbol-simbol akhlak dan keimanan. Lagu ini dipandang sebagai ajakan untuk bangkit memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan.

Lir-Ilir masih sering dilantunkan di masjid dan musala sebelum sholat berjamaah. Tradisi ini banyak ditemui di daerah dengan kultur Nahdlatul Ulama yang kuat.

Makna tembang tersebut tidak hanya untuk hiburan, namun sebagai media dakwah yang halus. Simbol tanaman hijau, belimbing, hingga pakaian koyak menjadi gambaran kondisi spiritual manusia.

Promosi 1

Lirik Lir Ilir dan Pesan Utama

Lirik Lir Ilir dan Artinya

Lir ilir, lir ilir(Bangunlah, bangunlah)

Tandure wis sumilir(Tanaman sudah bersemi)

Tak ijo royo-royo, tak sengga temanten anyar(Telah menghijau seperti pengantin baru)

Cah angon, cah angon(anak gembala, anak gembala)

Penekna blimbing kuwi(Panjatlah pohon belimbing itu)

Lunyu-lunyu penekna(Walaupun licin, tetap panjatlah)

Kanggo mbasuh dodotira(Untuk membasuh pakaianmu)

Dodotira-dodotira(Pakaian-pakaianmu)

Kumitir bedhah ing pinggir(Terkoyak pada bagian pinggir)

Dondomana jlumatana kanggo sebo mengko sore(Jahitlah dan benahilah untuk waktu sore nanti)

Mumpung padhang rembulane(Selagi bulan masih bersinar terang)

Mumpung jembar kalangane(Selagi masih banyak waktu luang)

Yo suraka, surak iyo...(Ayo bersoraklah, sorakan iya...)

Pesan awal lagu ini mengingatkan manusia agar bangun dari kelalaian. Kata “lir-ilir” mengandung dorongan untuk sadar dari tidur panjang dalam hal agama.

“Tandure wus sumilir” menggambarkan iman mulai tumbuh dalam hati masyarakat. Islam diterima tanpa paksaan, tumbuh secara alami melalui metode dakwah budaya.

Simbol warna hijau pada bait “tak ijo royo-royo” melambangkan Islam mulai berkembang pesat di tanah Jawa. Semangat masyarakat digambarkan seperti “temanten anyar”.

Para pemimpin diibaratkan dengan sebutan “cah angon” yang bertanggung jawab membimbing rakyat menuju jalan yang benar.

Penafsiran Simbol Tasawuf

Pohon belimbing yang memiliki lima sisi ditakwilkan sebagai lima rukun Islam. Pemimpin diminta menegakkan ajaran Islam meski ada banyak tantangan.

“Lunyu-lunyu penekno” menggambarkan beratnya perjuangan dakwah. Namun keimanan harus terus diperjuangkan sampai berhasil.

“Dodotiro kumitir” memberikan simbol bahwa ketakwaan manusia belum sempurna. Masih ada banyak robekan yang harus diperbaiki.

Perintah “dondomono jlumatono” mengajak umat terus memperbaiki kualitas ibadah dan akhlak dalam hidup sehari-hari.

Ajakan Memperbaiki Diri

“Mumpung padhang rembulane” menjadi peringatan bahwa kesempatan hidup tidak selalu tersedia. Selagi masih diberi cahaya kehidupan, manfaatkan untuk kebaikan.

“Mumpung jembar kalangane” memperkuat pesan tentang pentingnya memanfaatkan waktu luang untuk menambah amal saleh.

“Yo surako” mengajak umat untuk bersyukur dan bersorak gembira karena telah diberi kesempatan memperbaiki diri.

Tembang ini merangkul unsur etika, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial dalam satu rangkaian syair singkat.

Makna di Tengah Masyarakat

Tidak sedikit yang memaknai Lir-Ilir sebagai dorongan kebangkitan Islam di era kerajaan Jawa. Penyebarannya melalui kesenian membuat pesan agama diterima secara damai.

Penelitian akademik menunjukkan bahwa nilai-nilai tasawuf dalam lagu ini telah lama menjadi pedoman dalam pendidikan karakter. Banyak sekolah Islam menjadikannya materi pembelajaran budaya religius.

Daya tarik lagu ini tetap kuat hingga generasi modern. Liriknya sederhana, namun menyimpan filosofi yang dalam.

Tradisi pelantunan Lir-Ilir ikut membantu mempertahankan identitas budaya sekaligus menyemai pemahaman agama.

Warisan Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga dikenal menggunakan pendekatan seni dalam dakwah agar masyarakat tidak merasa tertekan menerima ajaran baru. Lir-Ilir menjadi salah satu karya yang paling melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Pemaknaan tasawuf dalam lagu ini terus berkembang seiring perubahan zaman. Pesan spiritualnya tetap relevan bagi setiap muslim.

Perpaduan budaya Jawa dan Islam dalam lagu ini menjadi bukti bahwa dakwah dapat berjalan melalui seni yang menyentuh hati.

Pada akhirnya, Tembang Lir-Ilir Lirik dan Makna Tasawuf selalu mengingatkan manusia untuk bangkit, beriman, memperbaiki diri, dan bersiap menghadap Allah.

People Also Talk

1. Siapakah pencipta Lir-Ilir?Dinisbatkan kepada Sunan Kalijaga sebagai media dakwah Islam di Jawa.

2. Mengapa Lir-Ilir sering dikaitkan dengan tasawuf?Karena syairnya mengandung simbol perbaikan iman, akhlak, dan kesadaran spiritual.

3. Apa makna belimbing dalam tembang ini?Belimbing melambangkan lima rukun Islam yang wajib ditegakkan.

4. Bagaimana pandangan masyarakat masa kini terhadap Lir-Ilir?Tetap dipandang sebagai lagu bernilai religius dan budaya yang penting dilestarikan.

5. Apa ajakan utama dalam Lir-Ilir?Bangkit dari kelalaian, memperbaiki ketakwaan, dan memanfaatkan waktu hidup sebaik mungkin.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |