Liputan6.com, Jakarta Puasa Dzulhijjah berapa hari? Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa 9 hari di awal bulan Dzulhijjah, dimulai dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah.
Mengutip buku Cinta Shaum, Zakat, dan Haji, Miftahul Achyar Kertamuda, M.Pd (2020:12), puasa Zulhijah merupakan puasa sunah yang dilakukan sebanyak 10 hari di bulan Zulhijah, namun puasa ini dilakukan maksimal 9 hari pertama di bulan Zulhijah.
Landasan amalan sunah ini dirujuk dari salah satu riwayat hadis yang dikisahkan oleh Hafsah bin Umar bin Khattab RA tentang amalan-amalan yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW, termasuk puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (28/7/2025).
Apakah Puasa Dzulhijjah Harus Dilaksanakan 9 Hari?
Bulan Dzulhijjah adalah bulan ke-12 dalam kalender Hijriah dan merupakan salah satu dari empat bulan haram atau bulan mulia dalam Islam. Pada bulan ini, umat Muslim di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Adha dan melaksanakan ibadah haji. Selain itu, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan tersendiri, Pertanyaan mengenai "puasa Dzulhijjah berapa hari", seringkali muncul karena keinginan umat Muslim untuk memaksimalkan ibadah di waktu yang penuh berkah ini.
Amalan ini dapat mendatangkan banyak keutamaan, salah satunya disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: "Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar" (HR At-Tarmidzi).
Secara spesifik, puasa Dzulhijjah yang sangat dianjurkan adalah puasa selama sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Ini berarti puasa dapat dimulai dari tanggal 1 Dzulhijjah hingga tanggal 9 Dzulhijjah. Hari ke-10 Dzulhijjah adalah Hari Raya Idul Adha, di mana umat Islam diharamkan untuk berpuasa.
Namun, apakah puasa Dzulhijjah harus dilaksanakan selama 9 hari? Menurut buku Pedoman Fikih Lengkap untuk Persoalan Modern karya Aminol Rosid Abdullah dkk., puasa selama 9 hari di bulan Dzulhijjah hukumnya sunnah. Artinya, umat Islam tidak wajib melaksanakannya secara penuh.
Puasa ini bisa disesuaikan dengan kemampuan tiap individu. Namun akan lebih afdal jika puasanya dilaksanakan secara berurutan dan sempurna selama 9 hari, dimulai dengan puasa Dzulhijjah 7 hari, Tarwiyah 1 hari, dan Arafah 1 hari.
Keutamaan Puasa Dzulhijjah yang Luar Biasa
Puasa Dzulhijjah memiliki keutamaan yang sangat besar dalam Islam, menjadikannya salah satu amalan sunah yang paling dianjurkan. Keistimewaan ini tidak hanya terletak pada pahala yang berlipat ganda, tetapi juga pada kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bulan Dzulhijjah sendiri merupakan salah satu dari empat bulan haram, di mana setiap amal baik akan dilipatgandakan pahalanya.
Mengutip HR. Bukhari dan Muslim, "Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan haram: tiga bulan berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta bulan Rajab Mudhar yang berada antara Jumadil Akhir dan Sya’ban." Ini menunjukkan bahwa Dzulhijjah adalah bulan yang dimuliakan, dan amal di dalamnya memiliki nilai lebih.
Beramal saleh pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah sangat dicintai oleh Allah SWT. "Tidak ada hari-hari yang lebih dicintai Allah untuk beramal saleh melebihi sepuluh hari pertama Dzulhijjah." (HR. Bukhari).
Puasa pada siang harinya bahkan disamakan dengan berpuasa selama satu tahun penuh, dan salat pada malam harinya setara dengan salat pada malam Lailatul Qadar, menurut HR. Tirmidzi. Selain itu, puasa Dzulhijjah, khususnya puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, memiliki keutamaan menghapus dosa. Puasa ini dapat menghapus dosa-dosa kecil selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.
Jenis-Jenis Puasa di Bulan Dzulhijjah
Di bulan Dzulhijjah, terdapat beberapa jenis puasa sunah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, terutama pada sembilan hari pertama. Setiap jenis puasa ini memiliki keutamaan dan waktu pelaksanaan yang spesifik, memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk meraih pahala yang berlimpah. Memahami jenis-jenis puasa ini penting agar dapat melaksanakannya dengan benar dan optimal.
- Puasa Sembilan Hari Pertama Dzulhijjah
Puasa ini mencakup periode dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi seluruh umat Muslim yang tidak sedang berhaji, sebagai bentuk pengamalan sunah dan meraih keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Melaksanakan puasa ini secara penuh akan memberikan pahala yang besar.
- Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)
Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, sehari sebelum hari Arafah. Nama "Tarwiyah" berasal dari kata tarawwa yang berarti berpikir atau merenung, karena pada hari ini para jamaah haji mulai mempersiapkan diri dan merenungkan bekal untuk wukuf di Arafah. Beberapa ulama menyebutkan bahwa puasa Tarwiyah memiliki keutamaan tersendiri dan dapat mendatangkan pahala yang berlipat ganda.
- Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)
Puasa Arafah adalah puasa yang paling utama di antara puasa Dzulhijjah lainnya. Puasa ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan hari wukuf bagi jamaah haji di Padang Arafah. Keutamaan puasa Arafah sangat besar. "Puasa Arafah menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang." (HR. Muslim).
Puasa Arafah sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang menjalankan ibadah haji. Bagi jamaah haji, mereka tidak disunahkan untuk berpuasa Arafah agar memiliki kekuatan fisik untuk melaksanakan wukuf dan ibadah lainnya. Dengan memahami ketiga jenis puasa ini, umat Muslim dapat merencanakan ibadah mereka di bulan Dzulhijjah dengan lebih baik.
Niat Puasa Dzulhijjah yang Benar
Niat merupakan salah satu rukun penting dalam setiap ibadah, termasuk puasa Dzulhijjah. Mengucapkan niat dengan benar dan tulus di dalam hati adalah langkah awal yang harus dilakukan sebelum memulai puasa sunah ini. Niat berfungsi sebagai penentu sah atau tidaknya suatu ibadah, serta membedakan antara ibadah dan kebiasaan semata. Untuk puasa Dzulhijjah, niat yang diucapkan adalah sebagai berikut:
"Nawaitu shauma syahri Dzulhijjah sunnatan lillâhi ta‘ala."
Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Dzulhijjah karena Allah Ta’ala."
Niat ini dapat diucapkan dalam hati atau dilafalkan secara lisan, yang terpenting adalah adanya kesadaran dan keinginan kuat untuk berpuasa karena Allah SWT. Meskipun lafal niat di atas adalah yang umum digunakan dalam fiqih Islam, niat dalam hati sudah cukup untuk sahnya puasa.
Penting untuk diingat bahwa niat ini berlaku untuk puasa Dzulhijjah secara umum, baik itu puasa dari tanggal 1 hingga 7 Dzulhijjah, puasa Tarwiyah, maupun puasa Arafah. Dengan mengucapkan niat yang benar, seorang Muslim telah menunjukkan kesungguhan dan ketaatannya dalam menjalankan perintah agama.
Kapan Waktu Mengucapkan Niat Puasa Dzulhijjah?
Waktu mengucapkan niat puasa Dzulhijjah memiliki ketentuan tersendiri, terutama untuk puasa sunah. Idealnya, niat puasa sunah termasuk puasa Dzulhijjah, diucapkan pada malam hari sebelum fajar menyingsing. Ini adalah waktu yang paling utama dan dianjurkan untuk memastikan niat telah tertanam kuat sebelum dimulainya waktu puasa.
Namun, dalam konteks puasa sunah, terdapat kelonggaran yang diberikan dalam syariat Islam. Seseorang masih diperbolehkan berniat di pagi hari, asalkan ia belum makan, minum, atau melakukan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar. Kelonggaran ini menunjukkan kemudahan dalam beribadah sunah.
Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah RA yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berniat puasa sunnah di pagi hari setelah memastikan bahwa beliau belum makan atau minum. Fleksibilitas ini sangat membantu bagi mereka yang mungkin lupa berniat pada malam hari atau baru memutuskan untuk berpuasa di pagi harinya. Yang terpenting adalah tidak ada hal-hal yang membatalkan puasa yang dilakukan sebelum niat diucapkan.
Dengan demikian, meskipun waktu terbaik adalah pada malam hari, niat puasa Dzulhijjah masih sah jika diucapkan di pagi hari sebelum tengah hari, selama belum ada pembatal puasa yang terjadi. Ini menunjukkan rahmat dan kemudahan dalam menjalankan ibadah sunah.
Amalan Lain di Bulan Dzulhijjah Selain Puasa
Bulan Dzulhijjah adalah salah satu dari empat bulan mulia atau asyhurul hurum dalam Islam, bersama dengan Dzulqa'dah, Muharram, dan Rajab. Pada bulan-bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh, karena setiap perbuatan baik akan dilipatgandakan pahalanya, dan setiap dosa juga akan dilipatgandakan.
Dalam ajaran Islam, terdapat anjuran untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh pada empat bulan mulia tersebut. Oleh karena itu, selain puasa Dzulhijjah, ada banyak amalan lain yang dapat dilakukan untuk meraih keberkahan bulan ini, yakni:
Banyak Berdzikir
Salah satu amalan yang sangat ditekankan adalah memperbanyak takbir, tahlil, dan zikir. Mengucapkan "Allahu Akbar" (takbir), "Laa ilaaha illallah" (tahlil), dan berbagai bentuk zikir lainnya adalah cara untuk mengingat Allah dan mengagungkan-Nya. Amalan ini sangat dianjurkan, terutama pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.
Sedekah
Selain itu, bersedekah juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan adalah bentuk kepedulian sosial dan sarana untuk membersihkan harta. Pahala sedekah di bulan Dzulhijjah akan dilipatgandakan, menjadikannya kesempatan yang baik untuk berbagi kebaikan.
Perbanyak Doa
Bulan Dzulhijjah adalah waktu yang mustajab untuk berdoa, terutama pada hari Arafah. Memanjatkan doa-doa terbaik untuk diri sendiri, keluarga, dan seluruh umat Muslim adalah amalan yang sangat dianjurkan.
Menjaga Salat Sunnah
Terakhir, menjaga salat sunah setelah salat fardu dan memperbanyak salat malam (qiyamul lail) juga sangat dianjurkan. Salat sunah dapat menyempurnakan salat fardu dan menambah pahala. Dengan memperbanyak berbagai amalan ini, seorang Muslim dapat memaksimalkan keberkahan bulan Dzulhijjah dan meraih ridha Allah SWT.
Daftar Sumber
- HR Ahmad dan An Nasa'i
- HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir
- HR. Bukhari dan Muslim
- HR. Bukhari
- HR. Tirmidzi
- HR. Muslim
- Hadis dari Aisyah RA
- Buku Cinta Shaum, Zakat, dan Haji oleh Miftahul Achyar Kertamuda, M.Pd (2020)
FAQ
1. Berapa hari puasa Dzulhijjah dilakukan?
Puasa Dzulhijjah dilakukan selama sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, dari tanggal 1 hingga 9.
2. Apakah puasa Dzulhijjah wajib?
Tidak, puasa Dzulhijjah hukumnya sunnah dan sangat dianjurkan.
3. Apa keutamaan puasa di hari Arafah?
Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapus dosa setahun lalu dan setahun yang akan datang.
4. Bolehkah wanita haid ikut puasa Dzulhijjah?
Wanita haid tidak boleh berpuasa, termasuk saat puasa Dzulhijjah.
5. Apakah puasa Dzulhijjah sama dengan puasa Tarwiyah dan Arafah?
Ya, puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan Arafah (9 Dzulhijjah) termasuk bagian dari puasa Dzulhijjah.
6. Bagaimana niat puasa Dzulhijjah?
Niat puasa Dzulhijjah cukup dalam hati dan dilakukan setiap malam sebelum subuh.
7. Apa manfaat spiritual puasa Dzulhijjah?
Puasa ini memperkuat keimanan, menambah pahala, dan mendekatkan diri kepada Allah.