Liputan6.com, Jakarta Tuma'ninah adalah sikap diam sebentar dan tidak terburu-buru dalam setiap gerakan shalat. Rukun ini bisa diterapkan pada gerakan shalat seperti rukuk, i’tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud. Tuma'ninah sendiri bertujuan untuk memastikan setiap gerakan dilakukan dengan tenang dan sempurna.
Mengutip jurnal Konsep Tuma'ninah dalam Shalat Perspektif Imam Malik dan Abu Hanifah oleh Nurhadi dan Zulkifli, ulama madzhab Hanafi dan Maliki mendefinisikan tuma'ninah sebagai sikap diam sebentar pada gerakan rukuk, sujud, i’tidal, dan duduk di antara dua sujud dengan membaca tasbih.
Tuma'ninah membantu mencapai kekhusyukan dalam shalat, karena memberikan kesempatan bagi hati dan pikiran untuk lebih fokus dan hadir saat beribadah. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (25/7/2025).
Pengertian Tuma'ninah
Tuma'ninah adalah salah satu rukun shalat yang sangat fundamental, merujuk pada sikap tenang dan tidak terburu-buru dalam setiap gerakan shalat. Ini berarti setiap perpindahan dari satu posisi ke posisi lain, seperti dari berdiri ke rukuk, dari rukuk ke i'tidal, dari i'tidal ke sujud, dan seterusnya, harus dilakukan dengan jeda waktu yang cukup agar anggota tubuh kembali pada posisi semula dan tenang.
Konsep pengertian tuma'ninah ini ditekankan langsung oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya. Beliau memerintahkan umatnya untuk melaksanakan shalat dengan tuma'ninah di setiap gerakannya, menunjukkan bahwa tuma'ninah bukan sekadar pelengkap, melainkan inti dari kesempurnaan shalat. Hadis ini menegaskan bahwa tuma'ninah adalah bagian integral dari tata cara shalat yang benar.
Lebih dari sekadar gerakan fisik, pengertian tuma'ninah juga berkaitan erat dengan kondisi hati dan pikiran. Ketika seseorang melakukan shalat dengan tuma'ninah, ia tidak hanya menenangkan gerakannya, tetapi juga menghadirkan hati dan pikirannya dalam ibadah tersebut. Hal ini memungkinkan seorang Muslim untuk merasakan kedekatan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta, sehingga shalatnya tidak hanya sah secara fiqih tetapi juga mencapai kekhusyukan.
Keutamaan Tuma'ninah dalam Shalat
Tuma'ninah memiliki keutamaan yang sangat besar dalam shalat, menjadikannya salah satu aspek penting yang menentukan kualitas ibadah seorang Muslim. Shalat adalah tiang agama dan amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat, sehingga kesempurnaannya menjadi prioritas utama. Melaksanakan shalat dengan tuma'ninah berarti memberikan hak penuh pada setiap rukun dan gerakan yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai ibadah di sisi Allah SWT.
Salah satu keutamaan utama tuma'ninah adalah menjauhkan diri dari kategori "pencuri dalam shalat". Mengutip buku Shalat Tolak Miskin oleh Muhammad Syafi'i, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Tahukah kalian orang yang mencuri dalam shalatnya?."
Ketika sahabat balik bertanya, beliau bersabda, "Mereka adalah orang yang shalat tanpa tuma'ninah." Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah meninggalkan tuma'ninah, karena dianggap sebagai tindakan "mencuri" dari ibadah itu sendiri.
Keutamaan lain dari tuma'ninah adalah bahwa Allah tidak akan melihat shalat seorang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya ketika rukuk dan sujud. Hadis ini menegaskan bahwa gerakan yang sempurna dan tenang, yang merupakan esensi tuma'ninah, sangat penting di mata Allah.
Bagaimana Cara Mencapai Tuma'ninah
Mencapai tuma'ninah dalam shalat memerlukan kesadaran dan latihan yang konsisten, mengingat pentingnya rukun ini dalam kesempurnaan ibadah. Kunci utamanya adalah memahami bahwa setiap gerakan shalat memiliki haknya sendiri untuk dilakukan dengan tenang dan sempurna, bukan sekadar perpindahan cepat dari satu posisi ke posisi lain. Dengan mempraktikkan ketenangan ini, seorang Muslim dapat merasakan kenyamanan dan kelezatan spiritual dalam shalatnya.
Salah satu cara paling efektif untuk mencapai tuma'ninah adalah dengan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Hadis ini menjelaskan secara rinci bagaimana setiap rukun shalat harus dilakukan dengan tuma'ninah. Ini berarti setelah takbir, rukuklah hingga benar-benar tenang, kemudian bangkit hingga berdiri tegak (i'tidal) dengan tenang, lalu sujud hingga benar-benar tenang, dan duduk di antara dua sujud juga dengan tenang.
- Rukuk dengan Tuma'ninah: Pastikan punggung lurus, tangan memegang lutut, dan ada jeda sejenak sebelum bangkit.
- I'tidal dengan Tuma'ninah: Berdirilah tegak lurus hingga seluruh anggota tubuh kembali pada posisi semula dan tenang.
- Sujud dengan Tuma'ninah: Pastikan dahi dan hidung menempel sempurna, tangan sejajar bahu, dan ada jeda sejenak.
- Duduk di Antara Dua Sujud dengan Tuma'ninah: Duduklah dengan tenang, punggung tegak, dan ada jeda sejenak.
Dengan mempraktikkan ketenangan dalam setiap gerakan ini, tubuh akan merasakan kenyamanan dan kelezatan. Ketika meluruskan punggung saat rukuk, berdiri tegak lurus saat i'tidal, dan meluruskan punggung saat sujud, otot-otot di seluruh badan dari kepala hingga kaki akan terasa nikmat dan nyaman. Ini bukan hanya tentang kesempurnaan fisik, tetapi juga tentang merasakan ketenangan batin yang dihasilkan dari shalat yang benar.
Daftar Sumber
- Nurhadi dan Zulkifli | Konsep Tuma'ninah dalam Shalat Perspektif Imam Malik dan Abu Hanifah
- Muhammad Syafi'i | Shalat Tolak Miskin
FAQ
1. Apa itu tuma’ninah dalam sholat?
Tuma’ninah adalah kondisi tenang dan tidak tergesa-gesa saat melakukan gerakan sholat.
2. Mengapa tuma’ninah penting dalam sholat?
Karena tuma’ninah merupakan syarat sahnya sholat menurut mayoritas ulama.
3. Apa keutamaan menjaga tuma’ninah saat sholat?
Sholat menjadi lebih khusyuk dan diterima oleh Allah SWT.
4. Bagaimana cara menerapkan tuma’ninah dalam sholat?
Dengan berhenti sejenak di tiap rukun sampai anggota tubuh benar-benar tenang.
5. Apa akibat jika sholat tanpa tuma’ninah?
Sholat bisa dianggap tidak sah jika gerakan terlalu cepat dan terburu-buru.
6. Apakah tuma’ninah termasuk rukun atau sunnah sholat?
Tuma’ninah termasuk rukun sholat yang wajib dilakukan.
7. Siapa yang mencontohkan tuma’ninah dalam sholat?
Rasulullah SAW selalu sholat dengan tuma’ninah sebagai teladan umat Islam.