Liputan6.com, Jakarta - Berbakti kepada orang tua tak berhenti ketika mereka wafat. Justru saat orang tua sudah tiada, anak diuji sejauh mana rasa cinta, hormat, dan penyesalan diwujudkan dalam tindakan nyata. Banyak orang bingung, bagaimana cara tetap berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal dunia?
Pertanyaan semacam ini sering muncul dalam kajian keislaman. Apalagi bagi mereka yang saat hidup orang tuanya merasa pernah berbuat durhaka atau belum cukup membahagiakan. Kesempatan untuk memperbaiki diri tetap terbuka, selama niat tulus menyertainya.
Berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal bukan sekadar mendoakan. Ada amalan-amalan yang menunjukkan bahwa anak tidak melupakan jasa orang tua, sekaligus mempersembahkan kebaikan untuk kebahagiaan akhirat mereka.
Pendakwah Indonesia, KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang dikenal dengan nama Buya Yahya, mengupas secara mendalam bagaimana cara anak berbakti kepada orang tua yang telah wafat. Menurutnya, ini bukan hanya bentuk cinta, tapi juga cara menebus kesalahan yang pernah dilakukan.
“Yang pertama adalah jangan Anda berdoa kecuali Anda bawa orang tua Anda dalam doa Anda,” tutur Buya Yahya saat menjelaskan hal tersebut dalam ceramahnya, dikutip Jumat (11/7/2025).
Simak Video Pilihan Ini:
Mengintip Ujian SIM C Baru di Polres Pemalang, Lebih Mudah?
Cara Berbakti kepada Orang Tua yang Sudah Meninggal
Dirangkum Jumat (11/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Buya Yahya menyampaikan bahwa doa adalah bentuk paling dasar namun sangat penting dalam berbakti kepada orang tua yang sudah tiada.
Ia melanjutkan, bentuk bakti berikutnya adalah melalui sedekah. Buya Yahya memberikan ilustrasi yang menggugah. “Kalau seandainya orang tua Anda datang, dan Anda menyesal karena pernah durhaka, kira-kira Anda kasih berapa?” katanya.
Menurutnya, jika seseorang punya penghasilan besar, maka sebagian hartanya harus diniatkan sebagai bentuk sedekah atas nama orang tuanya. Ini bisa menjadi sumber pahala abadi, apalagi jika disalurkan untuk membangun pesantren, masjid, atau lembaga pendidikan.
“Punya uang Rp10 miliar, memberikan Rp3 miliar untuk ibunya masih berat. Padahal itu bisa menjadi pahala yang terus mengalir,” ujar Buya Yahya. Hal ini menunjukkan sejauh mana penyesalan dan cinta seorang anak terhadap orang tuanya.
Semakin besar yang diberikan untuk kebaikan atas nama orang tua, semakin kuat pula bukti cinta dan keinginan menebus kesalahan. Itulah makna sedekah sebagai bentuk bakti setelah kematian.
Cara ketiga yang disampaikan Buya Yahya adalah menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang dulu dekat dengan orang tua. Ini termasuk memperlakukan adik, kakak, dan sahabat orang tua dengan penuh kebaikan.
Banyak Cara Berbakti Pada Orang Tua
“Baiklah dengan adik Anda. Baiklah dengan kakak Anda. Diniatkan itu untuk berbakti,” katanya. Niat tulus seperti ini bisa menjadikan perbuatan baik sebagai amal jariyah bagi orang tua.
Buya Yahya menekankan bahwa setiap kebaikan yang diteruskan kepada orang yang pernah dibaiki oleh orang tua, bisa menjadi penghormatan dan bentuk penghargaan terhadap jasa orang tua yang sudah tiada.
Hubungan baik ini bukan semata-mata soal sopan santun, tapi bagian dari memperpanjang kebaikan yang dulu pernah dirintis orang tua. Apalagi jika yang dibantu adalah sahabat karib ayah atau ibu semasa hidup.
Inti dari semua itu adalah niat. Setiap langkah anak harus diniatkan sebagai ibadah dan pengabdian terhadap orang tua, meski raga mereka sudah tidak lagi ada di dunia.
Dengan tiga amalan utama ini—doa, sedekah, dan menjaga hubungan baik—anak masih punya banyak cara untuk terus membaktikan diri. Dunia boleh berakhir bagi orang tua, tapi amal yang dikirimkan anaknya bisa menjadi cahaya yang abadi.
Buya Yahya mengajak semua anak untuk tidak lalai. Sebab kesempatan membalas jasa orang tua tidak datang dua kali. Jika saat hidup belum sempat membahagiakan, maka kematian jangan dijadikan alasan untuk berhenti berbakti.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul