Al-Alim Artinya Allah Maha Mengetahui: Pahami Al-Khabir, As-Sami, dan Al-Bashir

1 month ago 20

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu sifat agung yang wajib diketahui adalah Al-Alim, yang artinya Allah Maha Mengetahui. Nama ini merupakan bagian dari 99 Asmaul Husna, nama-nama indah Allah yang menunjukkan kesempurnaan dan keagungan-Nya.

Konsep Al-Alim artinya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Pengetahuan Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu, mencakup setiap detail di alam semesta, berbeda dengan pengetahuan manusia yang memiliki keterbatasan.

Dengan meneladani sifat Al-Alim, seorang muslim didorong untuk terus mencari ilmu dan menggunakan potensinya secara maksimal dalam kebaikan. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (24/7/2025).

Al-Alim: Allah Maha Mengetahui

Al-Alim adalah salah satu dari 99 Asmaul Husna, yang secara harfiah berarti 'Yang Maha Mengetahui'. Nama ini menegaskan bahwa Allah SWT memiliki pengetahuan yang sempurna dan menyeluruh atas segala sesuatu, tanpa ada batasan.

Pengetahuan Allah meliputi hal-hal yang terlihat maupun yang tersembunyi, serta apa yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.

Tidak ada satu pun di langit dan di bumi yang luput dari pengetahuan-Nya. Menurut jurnal Pengamalan Asmaul-Husna dan Bersujud Sebagai Bagian dari Ibadah Kepada Allah SWT, Al-Alim artinya Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu, baik sebelum atau sesudah sesuatu itu ada, dan tiada sesuatu pun di langit dan di bumi yang tidak diketahui Allah SWT.

Kata Al-Alim sendiri berasal dari akar kata 'ilm atau 'alima dalam bahasa Arab Klasik, yang memiliki makna sesuatu yang sangat jelas dan tidak menimbulkan keraguan. Ini berarti pengetahuan Allah SWT sangat gamblang dan mencakup hal-hal yang paling kecil sekalipun.

Pengetahuan-Nya tidak dapat disamakan dengan pengetahuan manusia yang terbatas, yang selalu memiliki keterbatasan dalam jangkauan dan kedalamannya.

Al-Khabir: Allah Maha Mengenal dan Teliti

Al-Khabir adalah Asmaul Husna yang berarti 'Maha Mengenal', 'Teliti', atau 'Waspada'. Nama ini menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Waspada dan Mengetahui perkara yang tersembunyi. Segala sesuatu diketahui Allah SWT dengan rinci, kecermatan, dan kewaspadaan, baik secara lahir maupun batin.

Meskipun Al-Alim dan Al-Khabir sama-sama memiliki makna Maha Mengetahui, terdapat perbedaan spesifik. Al-Alim lebih merujuk pada pengetahuan yang bersifat konkret dan menyeluruh, mencakup segala hal yang ada. Sementara itu, Al-Khabir lebih memiliki makna mengetahui terhadap sesuatu yang tersirat atau rahasia yang paling tersembunyi.

Allah mengetahui isi hati manusia, baik itu kebaikan maupun keburukan yang disimpan rapat-rapat. Pemahaman ini mendorong umat muslim untuk selalu berhati-hati dalam setiap niat dan perbuatan, karena tidak ada yang tersembunyi dari Al-Khabir.

As-Sami: Allah Maha Mendengar

As-Sami dalam Asmaul Husna berarti 'Maha Mendengar'. Allah SWT Maha Mendengar atas segala sesuatu peristiwa atau kejadian yang terjadi di alam semesta, termasuk doa-doa dari hamba-Nya. Tidak ada satu suara pun yang tidak luput dari pendengaran-Nya, bahkan bisikan sekalipun.

Pendengaran Allah meliputi semua suara yang ada di alam semesta ini, baik dari manusia, jin, hewan, tumbuhan, maupun suara air bergemericik. Nama As-Sami sering digandengkan dengan nama Allah Al-Alim dalam doa-doa para Nabi dalam Al-Qur'an, menunjukkan bahwa Allah Maha Mendengar setiap permintaan dan doa, serta Maha Mengetahui setiap keadaan dan kebutuhan hamba-Nya.

Hal ini memberikan ketenangan bagi hamba-Nya bahwa setiap permohonan dan keluh kesah akan didengar oleh Allah, menegaskan bahwa Dia adalah pendengar yang sempurna tanpa batas.

Al-Bashir: Allah Maha Melihat

Al-Bashir memiliki makna 'Maha Melihat'. Allah SWT mampu melihat segala sesuatu, baik yang lahir maupun batin, besar atau kecil, dan yang nyata atau gaib. Penglihatan-Nya menjangkau segala sesuatu, bahkan yang lembut dan kecil sekalipun. Langit dan bumi serta seluruh alam semesta tidak luput dari penglihatan-Nya.

Bukti dari sifat Al-Bashir adalah bahwa tidak ada usaha yang sia-sia di mata Allah, karena Dia Maha Melihat ikhtiar sungguh-sungguh yang dilakukan hamba-Nya. Allah melihat semua perbuatan manusia, baik atau buruk, yang kelak akan mendapatkan balasan, bahkan sekecil biji sawi sekalipun.

Kesadaran akan Al-Bashir mendorong umat muslim untuk selalu berbuat kebaikan dan menjauhi kemaksiatan, karena setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.

Pentingnya Memahami Asmaul Husna

Asmaul Husna adalah nama-nama terbaik yang dimiliki Allah SWT, yang berjumlah 99 nama. Setiap muslim dianjurkan untuk membaca dan menghafalkannya sebagai bentuk pengagungan dan pengenalan terhadap Tuhan. Perintah ini difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 180.

Allah SWT berfirman: "Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf:180).

Ayat ini mengingatkan manusia untuk selalu memanggil Allah dengan nama-nama terbaik-Nya dan menjauhi penyalahartian nama-nama tersebut.

Beberapa hadis juga menganjurkan umat muslim agar menghafalkan Asmaul Husna, dengan janji akan masuk surga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Siapa yang menghafalnya, ia akan masuk surga." (HR. Bukhari dan Muslim).

Memahami Asmaul Husna akan membuat umat Islam semakin mengagungkan Allah dan semakin takut kepada-Nya, serta meningkatkan kualitas keimanan.

Cerminan Perilaku dari Asmaul Husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami, dan Al-Bashir

Sifat-sifat Allah SWT yang dicerminkan pada Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami, dan Al-Bashir hendaknya dijadikan pendorong untuk melakukan kebaikan dalam kehidupan. Meneladani sifat-sifat ini dapat membentuk karakter muslim yang berintegritas dan bertanggung jawab.

Berikut beberapa cerminan perilaku yang dapat mewujudkan perilaku yang baik, berdasarkan materi Meneladani Nama dan Sifat Allah SWT untuk Kebaikan Hidup Materi Agama Islam 7 SMP Kurikulum Merdeka:

  1. Mewujudkan percaya diri atas ilmu yang diberikan oleh Allah SWT untuk menjelaskan kebenaran.
  2. Tekun dalam belajar dan pada sesuatu yang dianggap baik oleh agama.
  3. Berperilaku jujur dalam perkataan dan perbuatan dalam sehari-hari.
  4. Teliti dalam belajar, mengerjakan soal, dan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
  5. Senantiasa mendengarkan perintah dan nasihat orang tua atau guru.
  6. Menjadi pendengar yang baik.
  7. Memiliki pandangan ke depan (visioner) sehingga mampu secara bertahap mewujudkan cita-cita yang dikehendaki.

Mengagungkan Allah SWT dengan Sujud

Sujud menggambarkan penghambaan dan kepasrahan diri kepada Allah SWT. Manusia bersujud hanya kepada-Nya, sementara kepada sesama manusia dianjurkan untuk saling menghormati. Posisi sujud, dengan kaki, lutut, telapak tangan, dan dahi menempel di alas, menunjukkan kepatuhan, ketundukan, dan kepasrahan kepada Allah.

Ada beberapa macam sujud yang diajarkan dalam Islam, yang masing-masing memiliki tujuan dan waktu pelaksanaan yang berbeda. Sujud-sujud ini merupakan bagian penting dari ibadah seorang muslim, sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Pengamalan Asmaul-Husna Dan Bersujud Sebagai Bagian Dari Ibadah Kepada Allah SWT.

Sujud Syukur

Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan sebagai upaya mensyukuri nikmat Allah karena telah memberikan nikmat atau terlepas dari bahaya (musibah). Hukum sujud syukur adalah sunah. Sujud ini dilakukan ketika seseorang memperoleh nikmat dari Allah SWT atau terhindar dari bahaya.

Rasulullah SAW pernah mencontohkan hal ini. Diriwayatkan dari Abu Bakrah r.a.,

"Sesungguhnya apabila datang kepada Nabi SAW Sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka, beliau langsung sujud bersyukur kepada Allah." (H.R. Abu Dāwud, Ibnu Mājah dan al-Tirmidzi).

Sebab-sebab melaksanakan sujud syukur adalah memperoleh nikmat dari Allah SWT atau terhindar dari bahaya.

Sujud Sahwi

Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan sebanyak dua kali untuk menggantikan kesalahan yang terjadi dalam salat karena lupa atau ragu. Hukumnya adalah sunah. Sujud ini dilakukan pada akhir salat, setelah bacaan tahiyat akhir dan sebelum salam.

Sebagaimana hadis dari Abu Sa’id al-Khudri riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Apabila salah seorang diantara kamu ragu dalam shalat, apakah ia telah mengerjakan tiga atau empat rakaat, maka hendaklah ia menghilangkan keraguannya, dan shalatnya diteruskan menurut yang apa yang ia yakini, kemudian hendaklah ia sujud dua kali sebelum salam." (H.R. Muslim).

Sujud sahwi dilakukan karena beberapa alasan, seperti lupa tidak melakukan salah satu rukun salat, ragu jumlah rakaat, lupa membaca doa qunut, lupa tasyahud awal, atau kekurangan/kelebihan rakaat.

Sujud Tilawah

Sujud tilawah adalah sujud yang dikerjakan oleh seorang muslim pada saat dirinya mendengar atau membaca salah satu bacaan ayat-ayat sajdah dalam Al-Qur'an. Hukumnya sunah, baik dilakukan saat sedang salat maupun tidak. Salah satu dasar hukumnya adalah hadis Ibnu ‘Umar yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

"Nabi saw. pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sujud tilawah dilakukan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah, sebagai bentuk pengagungan terhadap kalamullah.

Tata Cara Pelaksanaan Sujud Syukur, Sahwi, dan Tilawah

Memahami tata cara pelaksanaan sujud-sujud ini penting agar ibadah dapat dilakukan dengan benar dan sesuai tuntunan syariat. Setiap jenis sujud memiliki langkah-langkah spesifik yang perlu diperhatikan.

Tata Cara Sujud Syukur

Sujud syukur disyaratkan bersuci dari hadas, tempat dan pakaian bersih dari kotoran, serta menghadap kiblat. Tata caranya adalah sebagai berikut:

  1. Menghadap kiblat.
  2. Niat untuk sujud syukur.
  3. Sujud seperti sujud dalam salat dengan membaca doa: "Subhaanallaahi wal hamdu lillaahi, wa laa ilaaha illallaah, wallahu akbar." (Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar).
  4. Duduk kembali.
  5. Salam.

Tata Cara Sujud Sahwi

Sujud sahwi dilakukan dua kali di akhir salat, baik sebelum maupun sesudah salam, tergantung pada kondisi dan madzhab yang diikuti. Tata caranya adalah sebagai berikut:

  1. Sujud dua kali sebelum salam setelah membaca tasyahud akhir.
  2. Bacaan sujud sahwi adalah: "Subhaanaman laa yanaamu walaa yashuu." (Maha Suci Zat yang tidak lupa dan tidak tidur).
  3. Bangun dari sujud dengan mengucapkan takbir.
  4. Duduk sebentar, takbir, dilanjutkan dengan sujud kedua dengan doa yang sama.
  5. Duduk kembali dan diakhiri oleh salam.

Tata Cara Sujud Tilawah

Sujud tilawah memiliki tata cara yang berbeda tergantung apakah dilakukan di dalam atau di luar salat. Ini memastikan kekhusyukan dan kepatuhan dalam beribadah.

Di luar salat:

  1. Berdiri menghadap kiblat.
  2. Berniat sujud tilawah.
  3. Takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan.
  4. Melakukan sujud (cukup satu kali) dengan membaca doa sujud tilawah. Doa sujud tilawah bisa "Subhana robbiyal a'laa" (Maha Suci Allah yang Maha Tinggi) atau "Sajada wajhiya lilladzi khalaqahu wa shawwarahu wa syaqqa sam'ahu wa basharahu bi haulihi wa quwwatihi. Fatabarakallahu ahsanul khaliqin." (Bersujud wajahku kepada Dzat yang telah menciptakannya, telah membentuknya, telah membukakan pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maha Baik Allah (dengan) sebaik-baiknya pencipta).
  5. Duduk sejenak.
  6. Membaca salam.

Di dalam salat:

  1. Ketika sedang berdiri dalam salat membaca ayat sajdah atau imam membaca ayat sajdah, langsung mengerjakan sujud satu kali dengan membaca doa sujud tilawah.
  2. Setelah sujud, langsung berdiri lagi dan melanjutkan salat kembali.
  3. Jika ayat sajdah yang dibaca berada di tengah surat, maka dilanjutkan membacanya sampai selesai. Jika ayat sajdah yang dibaca adalah akhir ayat, maka setelah bangun dari sujud tilawah berdiri sejenak lalu diteruskan dengan rukuk dan seterusnya.

Daftar Sumber

  • Al-Minhaj: Jurnal Pendidikan Islam Vol.5, No. 2, Mei 2022, 216-224 | Sarintan Karim Thaib | 2022
  • Pengamalan Asmaul-Husna Dan Bersujud Sebagai Bagian Dari Ibadah Kepada Allah SWT | Anton, Angga Dwi Saputra P.K, Dani Hamdany Suryanto, Hana Khopipah, Nadya Azzahra, Yudina Anggita | 2024-03-23 | https://jicnusantara.com/index.php/jicn/article/view/527
  • Meneladani Nama dan Sifat Allah SWT untuk Kebaikan Hidup Materi Agama Islam 7 SMP Kurikulum Merdeka | Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran, Kementerian Agama RI | 2019

FAQ

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum seputar Al-Alim dan Asmaul Husna lainnya.

Apa arti dari Al-Alim?

Al-Alim artinya Allah Maha Mengetahui. Ini adalah salah satu dari 99 Asmaul Husna yang menunjukkan bahwa Allah SWT memiliki pengetahuan yang sempurna atas segala sesuatu, baik yang tampak maupun tersembunyi, yang telah terjadi maupun yang akan terjadi.

Mengapa penting bagi umat Islam untuk memahami Al-Alim?

Memahami Al-Alim penting karena dengan mengenal sifat Allah ini, umat Islam akan semakin mengagungkan-Nya dan menyadari bahwa tidak ada satu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. Hal ini mendorong seseorang untuk selalu berbuat baik dan tekun dalam mencari ilmu.

Apa hubungan antara Al-Alim dengan Asmaul Husna lainnya seperti Al-Khabir, As-Sami, dan Al-Bashir?

Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami, dan Al-Bashir adalah empat dari 99 Asmaul Husna yang saling melengkapi. Al-Alim berarti Maha Mengetahui secara umum, Al-Khabir Maha Mengenal dan Teliti, As-Sami Maha Mendengar segala suara, dan Al-Bashir Maha Melihat segala sesuatu. Keempatnya menunjukkan kesempurnaan pengetahuan, pengawasan, dan pendengaran Allah SWT.

Bagaimana cara meneladani sifat Al-Alim dalam kehidupan sehari-hari?

Meneladani sifat Al-Alim dapat dilakukan dengan tekun dalam belajar, berperilaku jujur dalam perkataan dan perbuatan, teliti dalam setiap aktivitas, serta memiliki pandangan visioner untuk masa depan yang lebih baik. Ini mencerminkan upaya untuk terus menambah ilmu dan menggunakan potensi diri secara maksimal.

Apa itu sujud syukur dan kapan dilakukan?

Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan sebagai bentuk terima kasih kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan atau terhindar dari bahaya. Sujud ini hukumnya sunah dan dapat dilakukan segera setelah mendapatkan kabar gembira atau selamat dari musibah.

Kapan sujud sahwi perlu dilakukan?

Sujud sahwi dilakukan ketika seseorang lupa atau ragu dalam salat, misalnya lupa jumlah rakaat, lupa melakukan tasyahud awal, atau meninggalkan salah satu sunah ab'adh. Sujud ini dilakukan dua kali pada akhir salat, sebelum atau sesudah salam, untuk menutupi kekurangan atau kelebihan dalam salat.

Apa yang dimaksud dengan sujud tilawah?

Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah dalam Al-Qur'an. Hukumnya sunah, baik saat sedang salat maupun di luar salat, sebagai bentuk penghormatan dan tunduk kepada Allah SWT atas keagungan ayat yang dibaca atau didengar.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |