Liputan6.com, Jakarta - Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang sangat istimewa dalam kalender Hijriyah, penuh dengan keberkahan dan kesempatan untuk meningkatkan ibadah.
Umat Muslim di seluruh dunia menantikan kedatangan bulan ini karena berbagai amalan mulia yang dapat dilakukan, termasuk membaca doa bulan Dzulhijjah.
Bulan Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam penanggalan Islam, yang dikenal sebagai bulan haji dan kurban.
Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh, termasuk membaca doa bulan Dzulhijjah, karena pahala yang dilipatgandakan oleh Allah SWT.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Rabu (23/7/2025).
Bacaan Doa Bulan Dzulhijjah: Arab, Latin, dan Artinya
Umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak doa dan zikir di bulan Dzulhijjah, terutama pada sepuluh hari pertamanya. Ada beberapa doa khusus yang dapat diamalkan untuk menyambut dan mengisi bulan yang penuh berkah ini.
Doa Memasuki Awal Bulan Dzulhijjah
Ketika hilal Dzulhijjah terlihat, umat Muslim disunahkan untuk membaca doa ini. Doa ini memohon keamanan, iman, keselamatan, dan taufik dari Allah SWT.
"اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ وَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ"
Latin: Allahu Akbar, Allahumma ahillahu 'alainaa bilamni wal iymaami wassalaamati wal islami wataufiyqi limaa yuhibbu robbuna wa yardhoo robbuna wa robbunallah
Artinya: "Allah Maha Besar! Ya Allah, nampakkan hilal kepada kami dengan aman, iman, keselamatan, Islam dan taufiq untuk melakukan apa yang dicintai dan diridlai Tuhan kami. Tuhan kami dan Tuhan kalian adalah Allah."
Doa Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Doa ini diriwayatkan oleh Imam Atthabrani dalam kitabnya Almu’jamul Kabir dan sangat dianjurkan untuk dibaca secara rutin pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.
"لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ عَدَدَ الدُّهُوْرِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ البُحُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَدَدَ النَّبَاتِ وَالشَّجَرِ، لاَ إِلَه َإِلَّا اللهُ عَدَدَ اْلقَطْرِ وَاْلمَطَرِ، لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَدَدَ لَمْحِ اْلعُيُوْنِ، لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ خيرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذاَ إلِىَ يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ"
Latin: Lailaha illah ‘adadad duhur, lailaha illah ‘adada amwajil buhur, lailaha illah ‘adadan nabati wasy syajar, lailaha illah ‘adadal qothri wal mathor, lailaha illah ‘adada lamhil ‘uyun, lailaha illah khoirum mimma yajma’un, lailaha illah min yaumina hadza ila yaumi yumfakhu fisy syur.
Artinya: “Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak hitungan masa, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak hitungan ombak lautan, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak hitungan tumbuhan dan pohon, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak tetesan dan air hujan, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak kedipan mata, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah mulai hari ini sampai hari ditiupkannya terompet hari kiamat.”
Selain doa-doa tersebut, Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menegaskan pentingnya sepuluh hari pertama Dzulhijjah sebagai momentum memperbanyak amal saleh, khususnya zikir. Hal ini juga ditegaskan dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surat Al-An’am ayat 28:
"وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ"
(Artinya: “Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan…”).
Menurut Imam An-Nawawi, ayat ini dipahami oleh Ibnu Abbas, Imam Asy-Syafi’i, dan jumhur ulama sebagai bentuk isyarat bahwa yang dimaksud dengan ayyām ma‘lūmāt adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Keutamaan lainnya juga ditegaskan dalam hadis riwayat Ahmad:
"مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ"
(Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.”)
Keutamaan Bulan Dzulhijjah
Bulan Dzulhijjah adalah bulan ke-12 dan terakhir dalam kalender Hijriyah, yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Bulan ini dikenal sebagai salah satu dari empat bulan haram, di mana setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya, dan perbuatan dosa akan diperbesar sanksinya.
Menurut Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam, dppai.uii.ac.id, bulan Dzulhijjah adalah salah satu dari empat bulan haram, yaitu Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Keutamaaan yang Allah tetapkan di empat bulan haram tersebut adalah dilipatgandakannya pahala bagi seorang yang mengerjakan amalan shalih, sehingga seorang hamba akan lebih giat melakukan amalan kebaikan pada bulan-bulan tersebut.
Begitu pula, perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya menjadi lebih besar di sisi Allah, sehingga seorang hamba bisa meraih ketakwaan yang lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya, dengan semakin menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan.
Keutamaan bulan Dzulhijjah, khususnya sepuluh hari pertamanya, sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Hal ini mendorong umat Muslim untuk meningkatkan ketaatan.
Ayat Al-Qur'an dalam Surat Al-An'am ayat 28 juga mengisyaratkan pentingnya hari-hari ini, yang menurut Ibnu Abbas, Imam Asy-Syafi’i, dan jumhur ulama merujuk pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Dppai.uii.ac.id juga mengutip, "Walaupun sejatinya, amalan-amalan shaleh yang tertera tidak berpacu mutlak hanya pada yang disebutkan diatas, amalan shaleh lainnya seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur'an juga patut dikerjakan oleh umat Islam dalam kesehariannya."
Puncak Keutamaan Ibadah di Dzulhijjah
Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan yang sangat besar, bahkan melebihi jihad di jalan Allah, kecuali bagi mereka yang berjuang dengan mengorbankan jiwa dan harta tanpa kembali. Ini menunjukkan betapa Allah SWT mencintai amal saleh yang dilakukan pada periode ini.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
"Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra. dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Tidak ada hari di mana amal saleh di dalamnya lebih Allah cintai melebihi hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah). Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, meskipun itu Jihad di jalan Allah? Rasul menjawab: Meskipun itu jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang pergi (berjihad) dengan raga dan hartanya, namun ia tak kunjung kembali kepada keluarganya.” (HR. Al-Bukhari, Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Ibnu Rajab Al-Hanbali menjelaskan bahwa amal yang dilakukan pada sepuluh hari ini, meskipun dianggap kurang utama, tetap lebih baik daripada amal yang dilakukan pada hari lain yang dianggap utama. Hal ini karena keberkahan waktu yang diberikan Allah pada bulan Dzulhijjah.
Beliau juga menjelaskan, "Jika amal pada sepuluh hari ini lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dibandingkan dengan hari lain dalam setahun, maka amal yang dilakukan pada hari-hari tersebut, meskipun dianggap kurang utama, tetap lebih baik daripada amal yang dilakukan pada hari lain yang dianggap utama."
Menurut Ibnu Rajab, sepuluh hari pertama Dzulhijjah sering dianggap lebih istimewa daripada hari-hari lain, termasuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Meskipun ada keistimewaan pada sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan Lailatul Qadar, namun secara keseluruhan sepuluh hari pertama Dzulhijjah dianggap lebih utama.
Beliau mengutip dari Musnad Al-Bazzar, "Sesuai dengan riwayat dari Abi Sa’id Al-Khudri, dari Nabi saw. bersabda: ‘Pemimpin dari seluruh bulan adalah Ramadhan, dan yang paling agung kehormatannya adalah Dzulhijjah.’"
1. Hari Arafah: Puasa dan Doa Mustajabnya
Hari Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, adalah puncak dari sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Pada hari ini, jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah, yang merupakan rukun haji paling penting. Bagi umat Islam yang tidak berhaji, sangat dianjurkan untuk berpuasa Arafah.
Puasa Arafah memiliki keutamaan yang besar, yaitu dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Qotadah:
"Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim no. 1162).
Sebagai perbedaan dengan praktik umat Yahudi, umat Islam yang tidak mampu untuk berpuasa mulai tanggal 1 Dzulhijjah, dianjurkan untuk melakukan puasa dua hari, dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah, yang dikenal sebagai Hari Tarwiyah. Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Latahiful Ma’arif mengutip dari Shahihain,
"Umar berkata: Aku mengetahui hari ketika ayat itu diturunkan, dan tempat di mana ayat itu diturunkan; ayat itu diturunkan saat Rasulullah saw. berdiri di Arafah pada hari Jumat." (QS. Al-Ma'idah: 3).
Hari Arafah juga merupakan waktu yang sangat mustajab untuk berdoa, di mana doa-doa yang dipanjatkan memiliki kemungkinan besar untuk dikabulkan. Di Padang Arafah, para jamaah haji mengabdikan waktunya dalam berdoa, merenung, dan mengingat Allah. Keadaan yang penuh khusyuk ini mencerminkan kesungguhan serta ketundukan umat Islam kepada Sang Pencipta.
2. Hari Raya Idul Adha dan Makna Kurban
Tanggal 10 Dzulhijjah adalah Hari Raya Idul Adha, atau yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban atau Yaumun Nahr.
Pada hari ini, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT.
Perayaan Idul Adha mengingatkan pada kisah Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan putranya, Ismail, atas perintah Allah. Penyembelihan kurban bukan hanya ritual, tetapi simbol ketaatan, ketakwaan, dan kepedulian sosial, di mana daging kurban dibagikan kepada yang membutuhkan.
3. Hari Tasyrik: Larangan Puasa dan Zikir
Setelah Idul Adha, terdapat Hari Tasyrik yang jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari-hari ini, umat Islam dilarang berpuasa. Hari Tasyrik adalah hari-hari untuk makan, minum, dan berzikir kepada Allah.
Rasulullah SAW pernah berkhutbah pada hari-hari Tasyrik, bersabda: "Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang bersih, dan ini adalah hari-hari makan dan minum." (HR. Ibnu Majah).
Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Latahiful Ma’arif menjelaskan, Hari-hari Mina adalah hari-hari yang terhitung, di mana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Dan ingatlah Allah dalam beberapa hari yang terhitung” (QS. Al-Baqarah: 203).
Ini merujuk kepada tiga hari setelah Hari Nahr, yaitu hari-hari Tasyrik. Ini adalah pendapat Ibnu Umar dan mayoritas ulama.
Perbedaan antara Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha adalah bahwa, pada Hari Raya Idul Adha, pembacaan takbir terus berlanjut sampai akhir hari Tasyrik, yang merupakan tiga hari setelah Idul Adha, dan juga terdapat tradisi penyembelihan hewan kurban.
Sementara itu, pada Hari Raya Idul Fitri, hal tersebut tidak terjadi. Perbedaan ini juga menunjukkan keistimewaan bulan Dzulhijjah.
4. Ibadah Haji: Rukun Islam Kelima
Salah satu momen paling istimewa di bulan Dzulhijjah adalah pelaksanaan ibadah haji. Setiap tahun, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul di Makkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima ini.
Ibadah haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga spiritual yang mendalam, mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Pelaksanaan haji di bulan Dzulhijjah juga melambangkan kesatuan dan persaudaraan umat Islam, di mana semua jamaah, tanpa memandang latar belakang, berdiri sejajar di hadapan Allah.
Ibadah haji hanya bisa dilakukan di bulan Dzulhijjah karena bulan ini telah ditetapkan sebagai waktu khusus dari Allah SWT untuk pelaksanaan ibadah tersebut. Pengalaman spiritual ini meninggalkan kesan yang mendalam dan memberikan pelajaran penting tentang kesederhanaan, ketaatan, dan ketulusan dalam beribadah.
5. Jadi Momentum Muhasabah dan Penutup
Bulan Dzulhijjah, sebagai bulan terakhir dalam kalender Hijriyah, menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam untuk melakukan muhasabah atau evaluasi diri.
Ini adalah kesempatan untuk merenungkan amal perbuatan selama setahun terakhir dan merencanakan perbaikan di masa mendatang.
Mengutip forumzakat.org, bahwa bulan Dzulhijjah adalah penutup dari dua belas bulan dalam kalender hijriyah. Ia hadir bukan sekadar sebagai pengingat tentang puncak ibadah haji dan hari raya kurban, melainkan juga sebagai undangan spiritual bagi setiap jiwa untuk bermuhasabah, mengevaluasi diri dan perjalanan amal yang telah dilalui sepanjang tahun.
Bulan Dzulhijjah memiliki enam keistimewaan. Di bulan ini, Allah memberikan banyak kesempatan untuk mendapatkan pahala, ampunan, dan berkah.
Oleh karena itu, mari kita sambut bulan Dzulhijjah dengan semangat dan tekad yang kuat, dengan harapan agar ridha Allah selalu menyertai langkah dan niat baik kita.
Daftar Sumber
dppai.uii.ac.id. Diakses 23 Juli 2025.
forumzakat.org. Diakses 23 Juli 2025.
Ibnu Rajab Al-Hanbali. Latahiful Ma’arif fima limawasimil ‘am minal wadhaifi. Beirut: al-Maktab al-Islami. 2007.
FAQ
1. Apa yang dimaksud dengan doa bulan Dzulhijjah?
Doa bulan Dzulhijjah merujuk pada berbagai bacaan yang dianjurkan selama sepuluh hari pertama Dzulhijjah, termasuk permohonan ampunan, kebaikan dunia-akhirat, serta pengagungan terhadap Allah melalui zikir dan takbir.
2. Apa keistimewaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah?
Sepuluh hari ini termasuk waktu yang paling utama dalam setahun. Amalan salih seperti puasa, zikir, dan doa sangat dianjurkan karena ganjarannya melebihi jihad di jalan Allah, menurut sejumlah riwayat sahih.
3. Adakah doa khusus yang dianjurkan selama Dzulhijjah?
Tidak ada satu bacaan yang dibakukan sebagai doa khusus. Namun, para ulama menganjurkan memperbanyak doa dengan lafaz yang mencakup pujian kepada Allah, permohonan ampun, serta harapan kebaikan dunia dan akhirat. Salah satu yang populer dimulai dengan kalimat:
"Allâhumma hâdzihil ayyâmullatî fadh-dhaltahâ..."
4. Apakah boleh membaca doa tersebut setelah salat wajib?
Boleh. Membaca doa ini dapat dilakukan setelah salat, saat zikir pagi-petang, atau kapan pun hati sedang terhubung kepada Allah. Tidak terikat waktu khusus.
5. Apa keutamaannya?
Membaca doa di hari-hari Dzulhijjah membuka peluang meraih ampunan, dilipatgandakannya pahala, dan terkabulnya permohonan. Terlebih jika disertai amalan lain seperti puasa Tarwiyah dan Arafah.
6. Apakah doa ini berasal dari hadis?
Sebagian lafaz berasal dari ijazah ulama atau rangkuman kandungan doa dalam Al-Qur’an dan sunnah. Meskipun tidak secara langsung bersumber dari hadis, kandungannya sesuai dengan ajaran Islam.
7. Siapa yang biasa mengamalkan doa ini?
Banyak diamalkan oleh kalangan pesantren, majelis taklim, dan individu yang ingin memaksimalkan keberkahan awal Dzulhijjah. Umumnya dijadikan bagian dari wirid harian selama sepuluh hari pertama.