Sudah Bertobat Berulangkali tapi Masih Mengulangi Maksiat, Apakah Bisa Diterima Allah?

2 months ago 24

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan spiritual seorang Muslim, perjuangan untuk meninggalkan maksiat sering kali menjadi tantangan berat. Tak jarang, seseorang yang telah bertobat mendapati dirinya kembali tergoda dan terjerumus ke dalam dosa yang sama.

Fenomena ini memunculkan keresahan di kalangan umat, terutama bagi mereka yang ingin memperbaiki diri namun merasa gagal karena terus mengulang kesalahan. Pertanyaan demi pertanyaan pun muncul tentang bagaimana cara mempertahankan tobat ketika maksiat terasa sulit ditinggalkan.

Menjawab keresahan tersebut, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan mendalam dalam sebuah kajian. Ia menyampaikan bahwa selama masih ada kesadaran untuk bertobat, maka jalan pulang kepada Allah SWT tetap terbuka lebar.

Dikutip Senin (07/07/2025) dari tayangan video di YT @ruang.muslim.sejati, UAH menanggapi langsung pertanyaan dari seorang jemaah yang mengaku terus mengulang perbuatan maksiat meski sudah bertobat berulang kali.

Simak Video Pilihan Ini:

Penyelamatan Dramatis Pemuda Terjebak di Delta Sungai yang Banjir

UAH Mengutip Surah An-Nisa Ayat 17

Dalam penjelasannya, UAH mengutip Surah An-Nisa ayat 17 yang menjelaskan bahwa tobat akan diterima selama dilakukan dengan niat yang tulus dan bukan dalam kondisi terus-menerus dalam kemaksiatan karena kesengajaan.

“Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana,” ujar UAH dalam ceramah tersebut.

Menurut UAH, ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT sangat menyayangi hamba-Nya yang menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaiki diri, meski harus jatuh bangun dalam prosesnya.

Ia mengingatkan agar umat Islam tidak berhenti bertobat hanya karena merasa gagal mempertahankan diri dari maksiat. Justru, kegagalan itu harus menjadi motivasi untuk terus memperbarui tobat dengan lebih sungguh-sungguh.

“Jangan berhenti bertobat, terus perbarui tobat Anda sampai Anda menemukan titik penyesalan yang mendalam,” kata UAH menegaskan.

UAH menyarankan satu metode yang dapat membantu seseorang menghindari maksiat, yaitu dengan membayangkan seolah ajal akan menjemput saat dorongan maksiat datang menghampiri.

Menghadirkan Rasa Takut

Cara tersebut, menurutnya, dapat menghadirkan rasa takut yang efektif untuk menahan diri. Kesadaran akan kematian adalah rem spiritual yang kuat dalam mengendalikan nafsu.

Tak hanya itu, UAH juga menekankan pentingnya lingkungan pergaulan yang positif. Ia menyarankan agar umat Islam mempererat hubungan dengan orang-orang saleh yang mampu menguatkan keimanan.

Di samping itu, ia juga menyarankan agar sholat dijalankan dengan penuh kekhusyukan dan puasa dilaksanakan secara rutin. Dua ibadah ini dianggap sebagai benteng yang kokoh dari godaan syahwat.

“Pencegah utamanya adalah sholat. Dalam sujud, mintalah dengan khusus kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk mengendalikan syahwat,” terang UAH.

Dengan berpuasa, seseorang dapat melatih diri untuk menahan hawa nafsu, yang menurut UAH, sangat penting dalam menghadapi godaan yang datang silih berganti.

UAH juga mengingatkan bahwa memperbanyak doa, dzikir, dan membaca Al-Qur’an bisa memperkuat mental dan spiritual seseorang dalam menghadapi godaan maksiat.

Akhirnya, UAH mengajak umat Islam untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Ia meyakinkan bahwa setiap upaya yang tulus untuk kembali kepada Allah akan diganjar dengan pahala dan kasih sayang-Nya.

Dalam setiap langkah perbaikan, lanjut UAH, selalu ada nilai di mata Allah. Bahkan jika harus jatuh berkali-kali, asalkan tidak menyerah dan terus bertobat, maka jalan menuju ampunan Allah selalu terbuka.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |