Liputan6.com, Jakarta Ghadhab merupakan sifat tercela yang harus dipahami setiap Muslim karena dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupan dunia dan akhirat. Secara bahasa, ghadhab berasal dari kata gaḍiba-yagḍabu yang artinya marah, mengamuk, atau murka.
Dalam Islam, pengendalian amarah menjadi salah satu keutamaan yang sangat dijunjung tinggi oleh Allah SWT. Meskipun amarah adalah fitrah manusia, namun sikap ghadhab yang tidak terkendali dapat menjerumuskan seseorang ke dalam berbagai masalah dan dosa besar.
Mengutip dari buku Hadis Panduan Hidup Muslim oleh Abu Utsman Kharisman, ghadhab dibagi menjadi dua jenis yaitu amarah dalam urusan dunia yang dilarang dan amarah dalam urusan agama yang dibenarkan. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (11/8/2025).
Pengertian Ghadhab dalam Islam
Secara istilah, ghadhab adalah sifat tercela yang muncul ketika amarah dalam diri seseorang meningkat karena tidak senang pada perlakuan yang tidak pantas. Sifat ini merupakan bagian dari fitrah manusia yang harus dikendalikan dan diredam dengan cara yang tepat sesuai ajaran Islam.
Mengutip dari buku Akidah Akhlak untuk MA Kelas XII, amarah atau ghadhab terbagi menjadi dua kategori utama. Pertama adalah amarah dalam urusan duniawi yang cenderung dilarang karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kedua adalah amarah dalam urusan agama yang dibenarkan karena bertujuan untuk membela kebenaran dan nilai-nilai Islam.
Contoh amarah duniawi antara lain marah karena mendapat nilai jelek, terjebak kemacetan, atau hal-hal sepele lainnya. Sementara amarah dalam urusan agama seperti marah ketika Rasulullah diolok-olok atau ada yang menistakan Islam. Perbedaan kedua jenis amarah ini penting dipahami agar umat Muslim dapat menempatkan emosi mereka pada porsi yang tepat.
Allah SWT telah memberikan panduan jelas tentang pentingnya menahan amarah dalam Al-Quran. Dalam surat Ali Imran ayat 134, Allah memuji orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain sebagai sifat yang dicintai-Nya.
Dampak Buruk Ghadhab bagi Kehidupan Muslim
1. Menemui Banyak Kesulitan hingga Penyesalan
Sikap marah yang tidak terkendali timbul dari hati yang tidak tenteram dan cenderung meluapkan emosi pada orang atau hal yang dianggap menjengkelkan. Kondisi ini akan menciptakan berbagai kesulitan dalam kehidupan sehari-hari karena orang-orang akan enggan berinteraksi dengan seseorang yang mudah marah.
2. Tidak Mendapat Keuntungan Melainkan Kerugian
Orang mukmin yang mudah marah tidak akan mendapat keuntungan apapun baik di dunia maupun akhirat. Di dunia, segala urusannya akan disulitkan, dijauhi banyak orang, dan dipenuhi rasa tidak tentram. Amal ibadah yang telah dilakukan pun dapat hangus karena amarah yang tidak terkendali.
3. Menerima Murka dan Laknat Allah
Yang paling berbahaya adalah ancaman mendapat murka dan laknat Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah akan memberikan balasan neraka kepada mukmin yang terjebak dalam amarahnya hingga melakukan dosa besar. Pelaku akan kekal di neraka dan menerima azab yang besar dari Allah SWT.
Cara Mengatasi dan Mengendalikan Ghadhab
1. Meredam Amarah dengan Kesabaran
Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah" (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan mengendalikan diri saat marah.
2. Berzikir dan Mengingat Allah SWT
Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra'd ayat 28: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." Zikir dapat menenangkan hati yang sedang bergejolak karena amarah.
3. Mengambil Air Wudhu
Rasulullah SAW mengajarkan: "Sesungguhnya kemarahan berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api, dan api itu dipadamkan dengan air, karena itu jika salah seorang diantara kalian marah, maka hendaklah ia mengambil air wudhu" (HR. Ahmad).
4. Mengubah Posisi Tubuh
"Jika salah seorang diantara kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri maka hendaklah dia duduk, jika marahnya reda. Namun, jika marahnya tidak reda juga maka hendaklah dia berbaring" (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban).
5. Memberi Maaf
Allah berfirman dalam QS. Asy-Syura ayat 40: "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."
Hikmah dan Manfaat Mengendalikan Ghadhab
Mengendalikan ghadhab membawa berbagai hikmah dan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan seorang Muslim. Pertama, ia akan mendapat cinta dan ridha Allah SWT karena telah menjalankan perintah-Nya untuk menahan amarah. Kedua, hubungan sosialnya akan menjadi lebih harmonis karena orang lain merasa nyaman berinteraksi dengannya.
Mengutip dari jurnal Psikologi Islam dan Kesehatan Mental, pengendalian amarah juga memberikan dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental. Orang yang mampu mengelola emosinya dengan baik cenderung memiliki tekanan darah yang stabil, kualitas tidur yang lebih baik, dan tingkat stres yang rendah.
Selain itu, menahan amarah juga merupakan bentuk jihad melawan hawa nafsu yang mendapat pahala besar di sisi Allah. Rasulullah SAW menjanjikan surga bagi mereka yang mampu menahan amarah meskipun memiliki kemampuan untuk membalasnya. Hal ini menunjukkan betapa mulianya sifat pemaaf dan penyabar dalam pandangan Islam.
Dengan demikian, mengendalikan ghadhab bukan hanya bermanfaat untuk kehidupan dunia tetapi juga merupakan investasi untuk kehidupan akhirat. Setiap Muslim hendaknya berusaha mengembangkan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari.
Perbedaan Ghadhab dan Ghirah dalam Islam
Penting untuk membedakan antara ghadhab (amarah tercela) dengan ghirah (cemburu atau iri dalam konteks positif). Ghirah adalah amarah yang terpuji ketika melihat kemaksiatan atau pelanggaran terhadap ajaran Islam. Sementara ghadhab adalah amarah yang muncul karena kepentingan pribadi atau hal-hal duniawi yang merugikan.
Mengutip dari buku Tazkiyatun Nafs karya Ibnu Taimiyah, ghirah merupakan sifat terpuji yang dimiliki para nabi dan orang-orang saleh. Rasulullah SAW menunjukkan ghirah ketika melihat kemaksiatan atau ketika kehormatan agama dilecehkan. Namun beliau tidak pernah marah untuk kepentingan pribadinya.
Contoh ghirah yang terpuji adalah marah ketika melihat orang berbuat zina, marah ketika Al-Quran dihina, atau marah ketika melihat kezaliman terhadap kaum lemah. Amarah jenis ini justru dianjurkan dalam Islam karena menunjukkan kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya.
Sebaliknya, ghadhab yang tercela adalah amarah karena tidak mendapat apa yang diinginkan, marah karena dikritik, atau marah karena harga diri terluka. Jenis amarah ini harus dihindari dan dikendalikan karena dapat membawa kepada berbagai dosa dan kemaksiatan.
Daftar Sumber
- Kharisman, Abu Utsman. Hadis Panduan Hidup Muslim. Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i, 2020.
- Tim Penyusun. Akidah Akhlak untuk MA Kelas XII. Jakarta: Kementerian Agama RI, 2019.
- Jurnal Psikologi Islam dan Kesehatan Mental. Vol. 15 No. 2, 2021.
- Ibnu Taimiyah. Tazkiyatun Nafs. Terj. Amir Hamzah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2018.
- HR Muslim
- HR Bukhari
FAQ
1. Apa itu ghadhab dalam Islam? Ghadhab adalah sifat tercela berupa amarah yang tidak terkendali yang muncul karena ketidaksenangan terhadap perlakuan yang dianggap tidak pantas.
2. Apakah semua bentuk amarah dilarang dalam Islam? Tidak, amarah dalam urusan agama untuk membela kebenaran Islam dibenarkan, sedangkan amarah untuk kepentingan duniawi dilarang.
3. Bagaimana cara mengatasi ghadhab menurut Islam? Cara mengatasinya antara lain dengan bersabar, berzikir, berwudhu, mengubah posisi tubuh, dan memberikan maaf kepada orang lain.
4. Apa dampak buruk ghadhab bagi seorang Muslim? Dampaknya meliputi kesulitan hidup, kerugian di dunia dan akhirat, serta mendapat murka dan laknat dari Allah SWT.
5. Apa dalil Al-Quran tentang menahan amarah? Salah satunya QS. Ali Imran ayat 134 yang memuji orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain.
6. Apakah ada perbedaan antara ghadhab dan ghirah? Ya, ghadhab adalah amarah tercela untuk kepentingan pribadi, sedangkan ghirah adalah amarah terpuji untuk membela agama Allah.
7. Bagaimana teladan Rasulullah dalam mengendalikan amarah? Rasulullah SAW selalu sabar menghadapi perlakuan buruk musuh-musuhnya dan tidak pernah marah untuk kepentingan pribadinya.