Liputan6.com, Cilacap - Ahmad Zuhdi, seorang guru Madrasah Diniyah (Madin) di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang dikenai denda sebesar Rp25 juta setelah menampar seorang murid.
Peristiwa ini terjadi pada 30 April 2025 lalu. Saat dirinya tengah mengajar, tiba-tiba lemparan sandal mengenai pecinya.
Karena emosi, Ahmad Zuhdi pun menampar murid yang ditunjuk oleh teman-temannya sebagai pelaku.
Terlepas dari kasus di atas, Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an LP3iA, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam sebuah kesempatan ceramahnya mengisahkan pahit getirnya menjadi guru Madin.
Gus Baha menggambarkan betapa beratnya tugas seorang guru madin yang tidak hanya mengajar ilmu agama, tetapi juga membentuk karakter dan moral siswa. Ia menekankan bahwa guru madin sejatinya mengajarkan cara-cara untuk mencapai surga, sebuah tujuan mulia yang membutuhkan kesabaran dan dedikasi tinggi.
“Guru Madin mengajarkan caranya masuk surga,” paparnya, dikutip tayangan YouTube Kalam Hikmah, Senin (21/07/25).
Simak Video Pilihan Ini:
Geger Buaya-Buaya Jumbo Berkeliaran Gara-Gara Tembok Penangkaran Roboh di Cianjur
Murid Bikin Gaduh Plus Tidak Dibayar
Dalam ceramahnya, Gus Baha menggambarkan kondisi yang seringkali dihadapi oleh guru madin, seperti fasilitas yang sederhana serta siswa yang masih penuh dengan energi, sehingga sering kali berisik dan loncat-loncat di kelas.
“Itu cuma ada kapur 1 biji, meja jelek, anak kecil berisik dan loncat-loncatan, tidak dikasih uang,” katanya menerangkah pahitnya menjadi guru Madin.
Lebih pahit lagi, Gus Baha mengungkapkan, guru madin seringkali tidak mendapatkan imbalan yang sesuai dengan jerih payahnya. Namun di sisi lain, murid-muridnya seringkali tidak menghargai jerih payah gurunya dan malah membuat gaduh.
“Ingat guru Madin, guru Madin mengajar akidah khamsin (akidah 5), sing man hafidza dahalal Jannah (barang siapa yang menjaga akan masuk surga),” sambungnya.
“Itu dapat apa? Tangannya putih, lalu murid-muridnya bikin gaduh, mlete-mlete (tidak menghargai—pen),” kisahnya.
Pulang Dimarahi Istri sebab Tidak Memperoleh Uang
Lebihi dalam Gus Baha menggambarkan betapa beratnya kehidupan seorang guru madin yang tidak hanya menghadapi tantangan di Madrasah, tetapi juga di rumah.
Ia menceritakan, setelah mengajar dengan kondisi yang sulit dan pahit, guru Madin seringkali harus menghadapi kemarahan istrinya karena tidak membawa uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Udah begitu pulang dimarahi sama istrinya, “begitu kok mau saja, dapat apa!” ujar Gus Baha mencontohkan ucapan seorang istri.
Gus Baha dengan nada kocaknya menggambarkan bahwa sebenarnya di hati guru madin itu ingin menjawab bahwa ia bekerja untuk mendapatkan surga, namun di depan istrinya yang lebih memikirkan kebutuhan materi, jawaban itu tidak akan mungkin diterima dengan baik.
“Sebenarnya di hatinya mau jawab dapat surga, tapi di depan perempuan yang pikirannya cuma duit kan….” Sambung Gus Baha dengan nada kocaknya.
“Ha…ha…ha…,” sahut tawa para jemaah.
“Kapur saja tiap hari membutuhkan, kadang tidak ada,” terangnya lagi.
Pengalaman Santri Gus Baha
Gus Baha mengisahkan bahwa ia sering mengunjungi murid-muridnya yang telah menjadi guru madin. Ia menceritakan bahwa ketika ia bertanya tentang nasib mereka, jawabannya seringkali membuatnya merasa miris.
Kisah ini disampaikan dengan nada yang kocak dan lucu, sehingga membuat para jemaah yang mendengarnya tidak bisa menahan tawa.
“Saya kan sering menengok murid-murid saya yang jadi guru Madin,” katanya.
“Nasibmu begini?” tanya Gus Baha miris.
“Ya, Gus,” jawabnya.
“Muridnya cuma 5, yang mainan 3 anak,” kenang Gus Baha mengisahkan susahnya menjadi guru ngaji dengan penyampaian yang kocak.
“Ha…ha…ha..” sahut tawa para jemaah mendengar kelucuan kisah Gus Baha ini.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul