Liputan6.com, Jakarta Ilahilastulil Firdaus adalah sebuah karya sastra religius yang sangat populer di kalangan umat Muslim, khususnya di Indonesia. Syair ini dikenal luas sebagai “Syair Al I'tiraf” yang berarti pengakuan. Syair ini diciptakan oleh seorang pujangga besar pada zaman Bani Abbasiyah, Abu Nawas.
Karya ini menggambarkan kerendahan hati seorang hamba yang menyadari ketidakpantasannya untuk surga, namun juga ketakutannya akan siksa neraka. Popularitas lirik syair Ilahilastulil Firdaus tidak hanya terletak pada keindahan bahasanya, tetapi juga pada makna mendalam yang terkandung di dalamnya.
Syair ini mengajak setiap individu untuk merenungi dosa-dosa yang telah diperbuat dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (24/7/2025).
Lirik Syair Ilahilastulil Firdaus: Arab, Latin, dan Terjemahan
Syair “Ilahilastulil Firdaus” atau “Al I'tiraf” merupakan ungkapan pengakuan dosa dan permohonan ampunan yang mendalam kepada Allah SWT. Liriknya yang puitis dan menyentuh hati telah menjadikannya salah satu syair yang paling sering dilantunkan dalam tradisi keagamaan.
Berikut adalah lirik lengkap syair Ilahilastulil Firdaus dalam tulisan Arab, latin, dan terjemahannya:
Bait Pertama:
إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاًوَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِفَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِفَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ العَظِيْمِ
Latin:Ilahi lastu lil firdausi ahlaaWa’ala Aqwa 'alannaril jahiimiFahabli taubatan waghfir dzunubiFainnaka ghafirudzdzambil 'adziimi
Terjemahan:Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga,tapi aku tidak kuat dalam neraka jahim.Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku,sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar.
Bait Kedua:
ذُنُوْبيِ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِفَهَبْ ليِ تَوْبَةً يَاذاَالجَلاَلِوَعُمْرِي نَاقِصٌ فيِ كُلِّ يَوْمٍوَذَنْبيِ زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ
Latin:Dzunuubii mitslu a'daadir rimaaliFa hablii taubatan yaa dzaaljalaaliWa 'umrii naaqishun fii kulli yaumiWa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Terjemahan:Dosaku bagaikan bilangan pasir,maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan.Umurku ini setiap hari berkurang,sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya.
Bait Ketiga:
إِلهِي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَمُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَفَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَا أَهْلٌفَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاكَ
Latin:Ilaahii 'abdukal 'aashii ataakaMuqirran bidzdzunuubi wa qad da'aakaFa in taghfir fa anta lidzaaka ahlunWa in tathrud faman narjuu siwaaka
Terjemahan:Wahai, Tuhanku! Hamba-Mu yang berbuat dosa telah datang kepada-Mudengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada-Mu.Maka jika Engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni.Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?
Makna dan Keistimewaan Syair Ilahilastulil Firdaus
Syair Ilahilastulil Firdaus memiliki makna yang sangat mendalam, berpusat pada pengakuan dosa, kerendahan hati, dan harapan akan ampunan ilahi. Syair ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah doa tulus yang mencerminkan kesadaran seorang hamba akan keterbatasannya dan kebesaran Tuhannya.
Makna utama dari syair ini adalah pengakuan seorang hamba bahwa ia tidak layak masuk surga karena dosa-dosanya. Namun di sisi lain, ia juga tidak sanggup menahan pedihnya siksa neraka.
Oleh karena itu, satu-satunya harapan adalah memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT. Keistimewaan syair ini terletak pada kemampuannya untuk menyentuh relung hati pendengarnya, mendorong introspeksi diri, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan. Lirik syair Ilahilastulil Firdaus ini juga berfungsi sebagai pengingat akan sifat Maha Pengampun Allah, memberikan harapan bagi mereka yang merasa terbebani oleh dosa-dosa.
Dengan merenungkan liriknya, seseorang diajak untuk mengevaluasi perbuatan masa lalu dan berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Keindahan bahasa dan kedalaman maknanya menjadikan syair ini relevan sepanjang masa, terus menginspirasi umat untuk bertaubat dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Kisah di Balik Penciptaan Syair Ilahilastulil Firdaus
Ada beberapa versi cerita yang mengisahkan latar belakang penciptaan lirik syair Ilahilastulil Firdaus oleh Abu Nawas. Salah satu versi yang populer menceritakan bahwa syair ini lahir dari sebuah momen perenungan mendalam Abu Nawas tentang kehidupannya yang penuh dengan kesenangan duniawi. Konon, Abu Nawas yang dikenal dengan gaya hidupnya yang kontroversial, suatu ketika bermimpi atau mendapatkan nasihat spiritual yang sangat menyentuh hatinya.
Versi lain menyebutkan bahwa syair ini diciptakan setelah Abu Nawas bermimpi dinasihati oleh seseorang yang berkata,
“Jika engkau tidak mampu menjadi garam yang bisa melezatkan makanan, setidaknya janganlah jadi lalat yang membuat jijik dan merusak makanan.”
Nasihat ini menyadarkan Abu Nawas akan kesia-siaan hidupnya dan mendorongnya untuk bertaubat. Ia kemudian terbangun dalam tangisan histeris, menyesali perbuatannya, dan berjanji untuk menjadi orang yang bertakwa kepada Allah SWT.
Sebuah riwayat lain, menyebutkan bahwa,
“menurut satu riwayat ketika Abu Nawas meninggal dunia, Imam Syafi'i tidak mau mensholati jenazahnya. Namun, ketika jasad Abu Nawas hendak dimandikan, di kantong baju Abu Nawas ditemukan secarik kertas bertuliskan sebuah syair yang dikenal juga dengan Iktiraf (I'tiraf).”
Syair ini diyakini ditulis oleh Abu Nawas menjelang akhir hayatnya, sebagai bentuk pengakuan dan permohonan ampunan terakhirnya kepada Allah. Kisah-kisah ini menambah dimensi spiritual pada syair tersebut, menunjukkan perjalanan taubat seorang hamba yang kembali kepada Tuhannya.
Profil Singkat Abu Nawas
Abu Nawas memiliki nama asli Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami. Dia adalah salah satu pujangga dan penyair terbesar dalam sejarah sastra Arab klasik. Ia dilahirkan pada tahun 145 H (sekitar 747 M) di kota Ahvaz, Persia (sekarang Iran). Ayahnya adalah keturunan Arab, sementara ibunya adalah seorang wanita Persia. Sejak kecil, Abu Nawas telah menjadi yatim dan kemudian dibawa oleh ibunya ke Bashrah, Irak, tempat ia menimba berbagai ilmu pengetahuan.
Masa muda Abu Nawas dikenal penuh kontroversi dan tingkah laku yang tidak lazim, namun ia juga memiliki kecerdasan dan bakat sastra yang luar biasa. Ia belajar sastra Arab dari Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah, serta mendalami Al-Qur'an dan Hadis. Kelihaiannya dalam bersyair menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid, yang kemudian mengangkatnya sebagai penyair istana.
Meskipun dikenal dengan kisah-kisah humor dan gaya hidupnya yang bebas di masa muda, sajak-sajak Abu Nawas juga sarat dengan nilai spiritual, kemanusiaan, dan keadilan. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah syair “Ilahilastulil Firdaus” atau “Al I'tiraf”, yang mencerminkan sisi spiritual dan penyesalan mendalamnya.
Daftar Sumber
- Biografi Abu Nawas. (2025, Juni 30). BiografiKu.com.
- Syair Abu Nawas. (2023). https://id.scribd.com.
FAQ
1. Apa makna dari syair Ilahilastulil Firdaus karya Abu Nawas?
Syair ini menggambarkan ketundukan total seorang hamba yang mengharap rahmat Allah meski penuh dosa.
2. Siapakah Abu Nawas yang menulis syair Ilahilastulil Firdaus?
Abu Nawas adalah seorang penyair sufi terkenal dari abad ke-8 yang dikenal karena puisinya yang penuh makna spiritual.
3. Apa arti dari judul "Ilahilastulil Firdaus"?
Judul ini berarti "Ya Allah, aku tidak pantas masuk surga", yang menunjukkan sikap rendah hati di hadapan Tuhan.
4. Mengapa syair ini masih populer hingga kini?
Karena syair ini menyentuh hati banyak orang dengan ungkapan kejujuran, pengakuan dosa, dan harapan akan ampunan Tuhan.
5. Di mana saya bisa mendapatkan lirik lengkap dan terjemahan Ilahilastulil Firdaus?
Anda dapat menemukan lirik dan terjemahan lengkapnya di berbagai situs islami atau blog yang membahas karya-karya Abu Nawas.