Kisah Ular Falak Dalam Dongeng Mitologi Lama, Bagaimana Pandangan Islam?

7 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Ular falak merupakan sosok legendaris yang sering disebut dalam mitologi Arab kuno dan kisah 1001 Malam. Makhluk raksasa ini digambarkan sebagai ular dengan ukuran  sangat besar, bahkan dipercaya mampu menelan seluruh alam semesta.

Dalam berbagai literatur kuno, ular falak dikisahkan tinggal di lapisan terbawah bumi, tepatnya di bawah Bahamut, ikan raksasa yang menopang dunia. Keberadaan makhluk ini kemudian menjadi perdebatan, terutama terkait pandangan agama Islam mengenai kebenaran dongeng tersebut.

Melansir dari MythLok, situs yang membahas mitologi dunia, ular falak dalam tradisi Arab dipercaya sebagai makhluk neraka yang memiliki kekuatan luar biasa dan kebal terhadap api. Kisahnya telah menyebar luas dalam berbagai cerita rakyat Timur Tengah sejak berabad-abad lampau. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Selasa (4/11/2025).

Pengertian Ular Falak

Nama "falak" sendiri dalam bahasa Arab berarti langit atau cakrawala, menunjukkan dimensi yang tidak terbatas dari makhluk ini. Dalam khazanah cerita rakyat Arab, keberadaan ular ini telah disebutkan dalam berbagai naskah kuno.

Menurut kisah 1001 Malam, ular falak mendiami lapisan paling bawah dari struktur alam semesta. Posisinya berada di bawah Bahamut, ikan raksasa berkepala kerbau yang bertugas menopang enam neraka, bumi, dan langit. Makhluk ini digambarkan memiliki kekuatan menakjubkan, bahkan mampu menelan seluruh alam semesta jika berkehendak.

Melansir dari Arabian Nights: A Companion karya Robert Irwin, kisah ular falak merupakan bagian dari kosmologi Arab pra-Islam yang kemudian terintegrasi dalam berbagai narasi folklore. Penggambaran makhluk ini mencerminkan pemahaman masyarakat Arab kuno tentang struktur alam semesta yang berlapis-lapis.

Karakteristik utama ular falak paling menonjol adalah ukurannya yang kolosal dan kemampuannya yang luar biasa. Disebutkan bahwa makhluk ini kebal terhadap api dan memiliki nafsu makan begitu besar. Namun, meskipun memiliki kekuatan dahsyat, ular falak tetap tunduk dan takut kepada Allah SWT, sang Pencipta alam semesta.

Asal Usul Kisah Ular Falak dalam Mitologi Arab

Kisah ular falak berakar dari tradisi mitologi Arab pra-Islam yang kemudian berkembang melalui narasi lisan dari generasi ke generasi. Cerita ini menjadi bagian dari upaya masyarakat Arab kuno untuk menjelaskan struktur alam semesta dan fenomena alam yang mereka amati. Dalam kosmologi Arab kuno, alam semesta digambarkan berlapis-lapis dengan berbagai makhluk raksasa yang menopangnya.

  • Pengaruh Mitologi Mesopotamia

Konsep ular raksasa dalam mitologi Arab memiliki kemiripan dengan kisah Tiamat dalam mitologi Mesopotamia. Kedua tradisi ini menggambarkan makhluk serpentin raksasa yang berhubungan dengan penciptaan atau struktur kosmos.

  • Integrasi dalam Kisah Seribu Satu Malam

Ular falak mendapat popularitas luas setelah diabadikan dalam koleksi kisah Seribu Satu Malam (Arabian Nights). Dalam narasi ini, makhluk legendaris tersebut ditempatkan sebagai bagian dari hierarki makhluk raksasa yang menopang dunia.

  • Simbolisme dalam Budaya Arab

Dalam konteks budaya, ular falak melambangkan kekuatan alam yang dahsyat namun tetap berada di bawah kendali Tuhan. Simbolisme ini mencerminkan pemahaman tentang kebesaran Allah yang melebihi segala ciptaan-Nya.

  • Penyebaran Melalui Tradisi Oral

Sebelum dibukukan, kisah ini disebarkan melalui tradisi bercerita atau hikayat yang menjadi hiburan sekaligus sarana pendidikan moral bagi masyarakat Arab.

  • Variasi Cerita di Berbagai Wilayah

Kisah ular falak memiliki berbagai versi di berbagai wilayah Arab, dengan detail yang berbeda-beda namun inti ceritanya tetap sama tentang makhluk raksasa yang berada di bawah struktur dunia.

Pandangan Islam Terhadap Dongeng Ular Falak

Islam memandang kisah ular falak sebagai bagian dari cerita mitologi atau dongeng yang tidak memiliki dasar dalam Al-Quran dan hadis shahih. Ulama sepakat bahwa kisah-kisah seperti ini termasuk dalam kategori Isra'iliyyat, yaitu cerita-cerita yang bersumber dari tradisi Yahudi atau mitologi kuno yang masuk ke dalam literatur Islam tanpa verifikasi  kuat.

Dalam ajaran Islam, tidak ada nash Al-Quran maupun hadis sahih yang secara eksplisit menyebutkan keberadaan ular falak sebagai makhluk yang menopang bumi. Hal yang disebutkan dalam Al-Quran adalah bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi tanpa tiang terlihat, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ar-Ra'd ayat 2. Konsep penciptaan dalam Islam sangat jelas bahwa Allah tidak memerlukan perantara makhluk untuk menopang alam semesta.

Melansir dari Tafsir Al-Qur'an Al-'Azim karya Ibnu Katsir, para ulama tafsir menegaskan bahwa cerita-cerita mitologis seperti ular falak tidak boleh diyakini sebagai kebenaran agama. Cerita-cerita tersebut boleh didengar sebagai hiburan atau pelajaran moral, namun tidak boleh dijadikan aqidah atau keyakinan dalam Islam.

Para ulama membedakan antara kisah yang memiliki dasar syar'i dengan dongeng atau mitologi semata. Ular falak termasuk dalam kategori kedua yang tidak memiliki sandaran dalil kuat. Namun demikian, jika cerita tersebut diambil hikmahnya—seperti pengingat akan kebesaran Allah yang melebihi segala makhluk—maka tidak menjadi masalah selama tidak diyakini sebagai fakta religius.

Ular Falak dalam Tafsir Mukjizat Nabi Musa AS

Sebagian kalangan mengaitkan ular falak dengan mukjizat Nabi Musa AS ketika menghadapi Firaun. Dalam Al-Quran, disebutkan bahwa tongkat Nabi Musa berubah menjadi ular besar (tsu'ban) yang nyata. Ayat ini terdapat dalam Surah Al-A'raf ayat 107 yang berbunyi: "Maka dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi ular besar yang nyata."

Dalam beberapa kitab tafsir klasik, ada penyebutan bahwa ular yang muncul dari tongkat Nabi Musa memiliki ukuran sangat besar dan menakutkan. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan kebesaran mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa dalam menghadapi para penyihir Firaun. Namun, penyebutan spesifik tentang "ular falak" tidak ditemukan dalam tafsir-tafsir mu'tabar (terpercaya).

Melansir dari Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, istilah tsu'ban dalam ayat tersebut memang menunjukkan ular berukuran besar, namun tidak ada penjelasan lebih lanjut yang menghubungkannya dengan ular falak dari mitologi Arab. 

Surah An-Naml ayat 10 juga menyebutkan kisah yang sama dengan deskripsi yang sedikit berbeda, di mana ular tersebut digambarkan bergerak gesit seperti ular kecil (jann), yang membuat Nabi Musa terkejut. Perbedaan penyebutan ini menurut para mufassir menunjukkan bahwa ular tersebut memiliki ukuran besar namun bergerak lincah, menggabungkan kekuatan dan kecepatan yang menakjubkan sebagai bukti kekuasaan Allah.

FAQ

1. Apakah ular falak benar-benar ada? Tidak ada bukti ilmiah maupun dalil agama Islam yang sahih yang membuktikan keberadaan ular falak sebagai makhluk nyata; ia merupakan bagian dari mitologi Arab kuno.

2. Apakah ular falak disebutkan dalam Al-Quran? Tidak, Al-Quran tidak menyebutkan secara eksplisit tentang ular falak; yang disebutkan adalah mukjizat Nabi Musa yang mengubah tongkat menjadi ular besar tanpa spesifikasi nama "falak".

3. Apa arti nama "falak"? Falak dalam bahasa Arab berarti langit, cakrawala, atau yang tidak terbatas, menggambarkan ukuran yang sangat besar dari makhluk mitologi ini.

4. Di mana ular falak tinggal menurut mitologi? Menurut mitologi Arab, ular falak tinggal di lapisan paling bawah dari struktur alam semesta, tepatnya di bawah Bahamut yang menopang bumi.

5. Bagaimana pandangan Islam tentang kisah ular falak? Islam memandang kisah ular falak sebagai bagian dari cerita mitologi atau Isra'iliyyat yang tidak memiliki dasar dalam Al-Quran dan hadis sahih, sehingga tidak boleh diyakini sebagai kebenaran agama.

6. Apa pelajaran yang bisa diambil dari kisah ular falak? Hikmah utamanya adalah pengingat akan kebesaran Allah SWT yang melebihi segala makhluk, pentingnya mengendalikan nafsu, dan sikap tawadhu (rendah hati) dalam kehidupan.

7. Apakah ada makhluk serupa ular falak dalam mitologi lain? Ya, banyak mitologi dunia memiliki konsep ular atau naga raksasa yang menopang bumi, seperti Antaboga dalam mitologi Jawa dan Jormungandr dalam mitologi Norse, menunjukkan tema universal dalam pemikiran manusia kuno tentang struktur kosmos. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |