Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab: Hadis Mulia tentang Sebaik-baik Manusia

1 month ago 21

Liputan6.com, Jakarta - Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab merupakan salah satu hadis mulia yang mengajarkan tentang hakikat kebaikan manusia dalam Islam. Hadis ini menekankan bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang memberikan manfaat terbesar bagi sesama.

Dalam kehidupan bermasyarakat, ajaran Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab menjadi pedoman penting bagi umat Islam. Hadis ini mengandung makna mendalam tentang bagaimana seorang muslim seharusnya berperilaku dan berkontribusi dalam kehidupan sosial.

Menurut jurnal PKn Progresif Vol. 13 No. 2 yang diterbitkan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, motto Khoirunnas Anfa'uhum Linnas yang berarti "sebaik-baiknya manusia ialah yang bisa memberi manfaat terhadap orang lain" telah menjadi pedoman dalam pembentukan karakter santri di berbagai pesantren di Indonesia.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (08/08/2025).

Makna Khoirunnas Anfauhum Linnas

Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab adalah hadis yang sangat populer dalam khazanah keilmuan Islam. Hadis ini mengajarkan tentang parameter utama dalam menilai kebaikan seorang manusia, yaitu seberapa besar manfaat yang dapat ia berikan kepada orang lain.

Secara etimologi, kata "Khoirunnas" berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata: "Khoir" yang berarti kebaikan, dan "an-nas" yang berarti manusia. Sedangkan "Anfa'uhum" berasal dari kata "nafa'a" yang berarti memberi manfaat, dan "Linnas" yang berarti untuk manusia.

Hadis lengkap yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani dan Daruquthni berbunyi:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Arab latin: Khoirunnas anfa'uhum linnas

Artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain." (HR Ath-Thabrani dan Daruquthni)

Menurut buku Ketika Notaris Berdakwah karya HR. Daeng Naja, hadis ini menganjurkan kaum muslimin untuk berbuat baik kepada orang lain sebagai indikator mukmin yang sejati.

Hadis dalam Riwayat yang Lebih Lengkap

Hadis Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab sebenarnya merupakan bagian dari hadis yang lebih panjang yang diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdullah. Dalam riwayat yang lengkap, hadis ini menjelaskan karakteristik orang beriman secara komprehensif.

Hadis lengkap tersebut berbunyi:

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس

Artinya: "Dari Jabir, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, 'Orang beriman itu bersikap ramah dan disukai orang, dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah dan tidak disukai orang. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.'" (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Dalam hadis yang lengkap ini, dapat dipahami bahwa kemanfaatan bagi sesama harus diimbangi dengan sikap ramah dan kemampuan bersosialisasi. Seseorang tidak hanya dituntut untuk bermanfaat, tetapi juga harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Al-Falah As-Sunniyah, hadis ini menjadi landasan penting dalam pembentukan karakter sosial umat Islam, khususnya dalam mengembangkan sikap empati dan kepedulian terhadap sesama.

Cara Menerapkan Ajaran Khoirunnas Anfauhum Linnas dalam Kehidupan

Penerapan ajaran Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan melalui berbagai bentuk kebaikan. Islam memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seorang muslim dapat menjadi bermanfaat bagi orang lain melalui berbagai aspek kehidupan.

Berikut ini cara-cara konkret untuk menerapkan ajaran tersebut:

1. Mengajarkan Al-Qur'an dan Ilmu Agama

Rasulullah SAW bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an. Kegiatan ini memberikan manfaat spiritual yang besar bagi masyarakat.

2. Berbuat Baik kepada Keluarga

Menurut hadis lain, sebaik-baik manusia adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Keharmonisan keluarga menjadi pondasi kekuatan masyarakat.

3. Memberikan Bantuan Materiil

Memberikan makanan, pakaian, atau bantuan finansial kepada yang membutuhkan merupakan bentuk nyata dari kemanfaatan bagi sesama.

4. Melunasi Hutang dengan Baik

Rasulullah menyebutkan bahwa sebagian dari orang terbaik adalah yang paling baik dalam membayar hutang, menunjukkan integritas dan tanggung jawab.

5. Menjadi Sumber Harapan Kebaikan

Menjadi pribadi yang diharapkan kebaikannya dan aman dari keburukannya merupakan karakteristik manusia berkualitas menurut Islam.

Relevansi Khoirunnas Anfauhum Linnas dengan Ayat Al-Qur'an

Ajaran dalam hadis Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab memiliki korelasi yang kuat dengan berbagai ayat dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya berbuat baik kepada sesama. Konsep kemanfaatan bagi orang lain merupakan tema sentral dalam ajaran Islam.

Dalam Surah Maryam ayat 31, Allah SWT berfirman:

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

Artinya: "Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup."

Ayat ini menggambarkan Nabi Isa AS sebagai sosok yang membawa berkah dan manfaat bagi orang lain di manapun beliau berada. Hal ini sejalan dengan konsep dalam hadis Khoirunnas Anfauhum Linnas.

Selanjutnya, dalam Surah Ali Imran ayat 148, Allah SWT menegaskan kecintaan-Nya kepada orang yang berbuat kebaikan:

فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: "Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."

Kedua ayat ini menunjukkan bahwa kemanfaatan bagi sesama bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga merupakan jalan untuk meraih cinta Allah dan keberkahan hidup.

Implementasi dalam Pendidikan Pesantren

Hadis Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab telah menjadi landasan filosofis dalam sistem pendidikan pesantren di Indonesia. Banyak pesantren yang menjadikan hadis ini sebagai motto dan pedoman dalam membentuk karakter santri-santrinya.

Dalam sistem pendidikan pesantren, implementasi ajaran ini dilakukan melalui berbagai metode:

  1. Pembelajaran Kitab Kuning - Santri mempelajari hadis ini beserta syarah (penjelasan) dari para ulama dalam kitab-kitab klasik seperti Kifayatul Akhyar dan Sulam Taufiq.
  2. Praktik Pengabdian Masyarakat - Santri dilibatkan langsung dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti mengajar TPQ, membantu dalam acara kematian, dan gotong royong dengan masyarakat sekitar.
  3. Pembentukan Karakter melalui Keteladanan - Para kyai dan ustadz memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari tentang bagaimana menjadi bermanfaat bagi orang lain.
  4. Metode Sorogan dan Bandongan - Melalui metode pembelajaran tradisional ini, nilai-nilai kemanfaatan sosial ditanamkan secara mendalam kepada santri.
  5. Kegiatan Ekstrakurikuler Sosial - Pesantren mengorganisir berbagai kegiatan seperti bakti sosial, ziarah kubur, dan kegiatan keagamaan yang melibatkan masyarakat luas.

Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam jurnal PKn Progresif Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, implementasi nilai-nilai sosial berdasarkan hadis ini di pesantren menunjukkan hasil yang sangat positif, dengan tingkat kepedulian sosial santri mencapai 82,5% dalam kategori sangat baik.

Dampak Sosial dan Psikologis Penerapan Hadis

Penerapan ajaran Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab dalam kehidupan bermasyarakat memberikan dampak positif yang signifikan baik secara sosial maupun psikologis. Hadis ini tidak hanya mengatur hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga hubungan horizontal antar sesama manusia.

Dari aspek sosial, implementasi hadis ini menciptakan:

  1. Penguatan Kohesi Sosial - Masyarakat yang menerapkan prinsip saling memberi manfaat akan memiliki ikatan sosial yang lebih kuat dan harmonis.
  2. Pengurangan Kesenjangan Sosial - Ketika setiap individu berusaha bermanfaat bagi orang lain, distribusi kesejahteraan akan lebih merata.
  3. Peningkatan Modal Sosial - Kepercayaan dan kerjasama antar anggota masyarakat meningkat karena setiap orang berusaha memberikan yang terbaik.
  4. Terciptanya Budaya Gotong Royong - Semangat saling membantu menjadi karakteristik utama dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari aspek psikologis, penerapan hadis ini memberikan:

  1. Peningkatan Self-Esteem - Individu yang bermanfaat bagi orang lain akan merasakan kepuasan dan penghargaan diri yang tinggi.
  2. Pengembangan Empati - Kesadaran untuk bermanfaat bagi orang lain mengembangkan kemampuan empati dan kepekaan sosial.
  3. Kesehatan Mental yang Lebih Baik - Berbuat baik kepada orang lain terbukti secara psikologis dapat meningkatkan kebahagiaan dan kesehatan mental.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darul Falah, masyarakat yang menerapkan prinsip-prinsip dalam hadis ini menunjukkan tingkat stress yang lebih rendah dan kepuasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang individualistik.

Daftar Sumber

  • Jamasri & Yosaphat Haris Nusarastriya. "Metode Penanaman Nilai Sosial pada Santri di Pondok Pesantren Salafiyah dan Implementasinya dalam Kegiatan Masyarakat Pulutan Lor RW 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2018." PKn Progresif, Vol. 13 No. 2 Desember 2018.
  • HR. Daeng Naja. Ketika Notaris Berdakwah. Jakarta: Pustaka Utama, 2018.
  • Ibnu Mas'ad Masjhur. Allah Is Number One. Jakarta: Gema Insani, 2019.
  • Eko Setyo Budi. Mewaspadai Panjang Umur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2020.
  • Darul Falah.
  • Universitas Al-Falah As-Sunniyah.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apa arti lengkap dari Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab?

Khoirunnas Anfauhum Linnas Arab berarti "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." Hadis ini ditulis dalam bahasa Arab: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ dan diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani dan Daruquthni. Hadis ini mengajarkan bahwa parameter kebaikan seseorang diukur dari seberapa besar manfaat yang dapat ia berikan kepada orang lain dalam berbagai aspek kehidupan.

2. Siapa yang meriwayatkan hadis Khoirunnas Anfauhum Linnas?

Hadis Khoirunnas Anfauhum Linnas diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani dan Imam Daruquthni dari sahabat Jabir bin Abdullah. Hadis ini juga memiliki riwayat yang lebih lengkap yang menjelaskan karakteristik orang beriman secara komprehensif, termasuk sikap ramah dan kemampuan bersosialisasi yang baik dengan sesama manusia.

3. Bagaimana cara menerapkan ajaran hadis ini dalam kehidupan sehari-hari?

Penerapan hadis ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti mengajarkan ilmu agama kepada orang lain, membantu tetangga yang kesulitan, memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, berbuat baik kepada keluarga, dan menjadi pribadi yang dapat diandalkan oleh masyarakat. Setiap kebaikan kecil yang bermanfaat bagi orang lain merupakan implementasi dari ajaran hadis ini.

4. Apakah hadis ini memiliki korelasi dengan ayat-ayat Al-Qur'an?

Ya, hadis ini memiliki korelasi yang kuat dengan berbagai ayat Al-Qur'an, seperti Surah Maryam ayat 31 yang menggambarkan Nabi Isa sebagai sosok yang membawa berkah, dan Surah Ali Imran ayat 148 yang menyatakan bahwa Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Kedua ayat ini menunjukkan bahwa kemanfaatan bagi sesama merupakan jalan untuk meraih cinta Allah.

5. Mengapa hadis ini sering dijadikan motto pesantren?

Hadis ini sering dijadikan motto pesantren karena sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang tidak hanya mencetak individu yang saleh secara personal, tetapi juga yang bermanfaat bagi masyarakat. Pesantren berusaha menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi dan mampu berkontribusi positif bagi pembangunan umat dan bangsa.

6. Apa perbedaan antara berbuat baik biasa dengan konsep "anfa'uhum" dalam hadis?

Konsep "anfa'uhum" dalam hadis ini menekankan pada kemanfaatan yang maksimal dan berkelanjutan, bukan hanya kebaikan sesaat. Seseorang yang "anfa'uhum" adalah yang memberikan dampak positif jangka panjang bagi kehidupan orang lain, baik melalui ilmu yang diajarkan, keterampilan yang dibagikan, maupun nilai-nilai kebaikan yang dicontohkan. Kemanfaatan ini juga harus disertai dengan sikap ramah dan kemampuan bersosialisasi yang baik.

7. Bagaimana hadis ini relevan dengan kehidupan modern saat ini?

Hadis ini sangat relevan dengan kehidupan modern karena mengajarkan pentingnya kontribusi positif dalam masyarakat. Di era digital dan globalisasi ini, seseorang dapat bermanfaat bagi orang lain melalui berbagai platform dan medium, seperti berbagi ilmu melalui media sosial, mengembangkan teknologi yang bermanfaat, atau terlibat dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Prinsip hadis ini juga sejalan dengan konsep corporate social responsibility dan sustainable development goals yang berkembang saat ini.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |