Makna Terbitnya Matahari dari Barat dalam Hadits: Jadi Batas Akhir Taubat

3 weeks ago 18

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena alam yang kita saksikan setiap hari, yaitu matahari terbit dari timur dan terbenam di barat, adalah sebuah siklus yang teratur. Namun, dalam ajaran Islam, terdapat sebuah tanda besar Kiamat yang akan mengubah siklus ini secara drastis.

Tanda tersebut adalah terbitnya matahari dari barat, ini pentingnya paham makna terbitnya matahari dari barat dalam hadits. 

Peristiwa terbitnya matahari dari barat ini telah dijelaskan secara gamblang dalam Al-Qur'an dan berbagai hadits Nabi Muhammad SAW. Para ulama tafsir dan ahli hadits telah mengkaji secara mendalam implikasi dari tanda ini, menjadikannya salah satu peringatan paling serius tentang dekatnya Hari Kiamat.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (8/10/2025).

Makna Terbitnya Matahari dari Barat dalam Hadits sebagai Tanda Kiamat

Salah satu hadits yang sering menjadi bahan diskusi adalah hadits Abu Dzar mengenai perjalanan matahari yang bersujud di bawah Arsy. Hadits ini, yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim, menjelaskan bahwa matahari akan terus bersujud hingga suatu saat diperintahkan untuk terbit dari barat.

“Tahukah kalian ke mana perginya matahari (saat itu)?” Para Sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu per-tama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan lagi sementara manusia tidak mengingkarinya sedikit pun hingga dia kembali ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Terbitlah dari tempamu terbenam.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbenamnya.’”

Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu kapan itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”

Hadits ini pernah menjadi objek kritik oleh Muhammad Rasyid Ridha, seorang ulama dan pemikir Islam. Beliau menganggap matan (teks) hadits ini memiliki kemusykilan yang besar dan mempertanyakan sanadnya, khususnya terkait Ibrahim bin Yazid at-Taimi yang dianggap mudallis dan tidak pernah bertemu langsung dengan Abu Dzar. Namun, kritik ini telah dibantah oleh para ulama hadits.

Penjelasan dari Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam bukunya Hari Kiamat Sudah Dekat menegaskan bahwa sanad hadits ini adalah muttashil (tersambung) melalui riwayat Ibrahim bin Yazid at-Taimi dari ayahnya, Yazid bin Syarik at-Taimi, dari Abu Dzar.

Yazid bin Syarik sendiri adalah perawi yang tsiqah (terpercaya) dan meriwayatkan dari banyak Sahabat. Selain itu, Ibrahim bin Yazid secara jelas menyatakan bahwa ia mendengar langsung dari ayahnya, yang mana ini memenuhi syarat penerimaan riwayat dalam ilmu mushthalah hadits. Oleh karena itu, hadits Abu Dzar ini tetap dianggap sahih dan menjadi bagian penting dalam memahami makna terbitnya matahari dari barat dalam hadits.

Dalil-Dalil Terbitnya Matahari dari Barat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah

Kebenaran mengenai terbitnya matahari dari barat sebagai tanda Kiamat tidak hanya didasarkan pada satu atau dua riwayat, melainkan didukung oleh banyak dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang bersifat mutawatir. Ini menunjukkan tingkat kepastian yang tinggi dalam ajaran Islam mengenai peristiwa ini.

Mari kita telaah beberapa dalil tersebut untuk memahami lebih dalam:

  1. Dalil dari Al-Qur'an al-Karim

    Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-An’am ayat 158:

    يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

    Artinya: “...Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebaikan dengan imannya itu...”

    Telah banyak hadits shahih yang menjelaskan bahwa tanda-tanda yang dimaksud dalam ayat ini adalah terbitnya matahari dari barat, dan ini adalah pandangan mayoritas ulama tafsir.

    Imam Ath-Thabari, setelah meninjau berbagai pendapat ulama tafsir, menyimpulkan bahwa pandangan yang paling tepat adalah yang didukung oleh riwayat-riwayat dari Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa hal itu terjadi ketika matahari terbit dari barat. Asy-Syaukani juga menegaskan bahwa jika tafsir Nabawi ini sahih, maka wajib untuk dipegang.

  2. Dalil-Dalil dari As-Sunnah

    Banyak hadits yang secara eksplisit menyebutkan terbitnya matahari dari barat sebagai tanda Kiamat. Beberapa di antaranya adalah:

    • Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA:

      لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنَ الْمَغْرِبِ، فَإِذَا طَلَعَتْ، فَرَآهَا النَّـاسُ؛ آمَنُوا أَجْمَعُوْنَ، فَذَلِكَ حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِيْ إِيْمَانِهَا خَيْرًا.

      Artinya: “Tidak akan terjadi Kiamat sehingga matahari terbit dari sebelah barat, jika ia telah terbit, lalu manusia menyaksikannya, maka semua orang akan beriman, ketika itu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”

      Hadits ini secara jelas menguraikan makna terbitnya matahari dari barat dalam hadits sebagai penutup pintu taubat.

    • Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah RA:

      بَادِرُوْا بِاْلأَعْمَالِ سِتًّا: …طُلُوْعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا.

      Artinya: “Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya enam hal: …terbitnya matahari dari barat.” Ini adalah seruan untuk bergegas dalam beramal saleh sebelum tanda besar ini muncul.

    • Hadits Riwayat Ahmad dan Muslim dari Abdullah bin Amr RA:

      إِنَّ أَوَّلَ اْلآيَاتِ خُرُوْجًا طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا.

      Artinya: “Sesungguhnya tanda Kiamat yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari arah barat.” Hadits ini menempatkan terbitnya matahari dari barat sebagai tanda Kiamat yang pertama kali muncul di antara tanda-tanda besar lainnya.

    • Hadits Riwayat Muslim dari Abu Dzar RA: Hadits ini menjelaskan perjalanan matahari yang bersujud di bawah Arsy dan meminta izin untuk terbit. Pada suatu waktu, ia akan diperintahkan untuk terbit dari tempat terbenamnya (barat), dan pada saat itulah iman seseorang tidak lagi bermanfaat.

      أَتَدْرُونَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟ قَالُوا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ تَجْرِي حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَاجِدَةً، فَلاَ تَزَالُ كَذَلِكَ، حَتَّى يُقَالُ لَهَا: ارْتَفِعِي، ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتْرجِعُ فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلَعِهَا، ثُمَّ تَجِيءُ حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَخِرُّ سَـاجِدَةً، فَلاَ تَزَالُ كَذَلِكَ حَتَّـى يُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ، اِرْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَرْجِعُ، فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلَعِهَا، ثُمَّ تَجْرِيْ لاَ يَسْتَنْكِرُ النَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا، حَتَّـى تَنْتَهِيَ إِلَى مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ الْعَرْشِِ، فَيُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ، أَصْبَحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ فَتَصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتَدْرُونَ مَتَى ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خيْرًا.

      Artinya: “Tahukah kalian ke mana perginya matahari (saat itu)?” Para Sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu dia tersungkur sujud, dan senantiasa demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Kembalilah ke tempatmu per-tama kali datang.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan lagi sementara manusia tidak mengingkarinya sedikit pun hingga dia kembali ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangunlah! Terbitlah dari tempamu terbenam.’ Kemudian dia kembali datang di waktu pagi dan terbit dari tempat terbenamnya.’” Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu kapan itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” Hadits ini memberikan gambaran yang lebih detail tentang mekanisme di balik peristiwa tersebut, menekankan bahwa ini adalah kehendak Allah SWT.

Implikasi Terbitnya Matahari dari Barat: Penutupan Pintu Taubat

Salah satu implikasi paling krusial dari terbitnya matahari dari barat adalah penutupan pintu taubat. Ini berarti bahwa setelah peristiwa ini terjadi, taubat yang dilakukan oleh seseorang yang sebelumnya tidak beriman atau belum melakukan amal saleh tidak akan diterima lagi oleh Allah SWT. Konsep ini sangat penting untuk memahami makna terbitnya matahari dari barat dalam hadits.

Mengutip dari buku Huru-Hara Hari Kiamat karya Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa taubat tidak akan diterima setelah terbitnya matahari dari barat. Ini adalah sebuah batas waktu yang jelas bagi manusia untuk kembali kepada Allah.

Pernyataan ini diperkuat oleh berbagai hadits yang menjelaskan bahwa Allah SWT telah menetapkan batas waktu bagi penerimaan taubat. Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Shafwan bin Assal menyebutkan:

“Sesungguhnya Allah membuka pintu taubat di arah barat, lebarnya tujuh puluh atau empat puluh hasta. Pintu itu takkan ditutup sebelum matahari terbit (dari sana).”

Hadits ini secara metaforis menggambarkan bahwa pintu taubat akan tetap terbuka lebar hingga matahari terbit dari barat. Setelah itu, kesempatan untuk bertaubat akan hilang. Ini adalah pengingat yang kuat bagi setiap Muslim untuk senantiasa bertaubat dan kembali kepada Allah sebelum terlambat. Makna terbitnya matahari dari barat dalam hadits ini adalah panggilan untuk introspeksi diri dan perbaikan amal secara berkelanjutan.

Urutan Tanda-Tanda Kiamat dan Perdebatan Ulama

Meskipun terbitnya matahari dari barat adalah tanda besar Kiamat yang disepakati, urutan kemunculannya relatif terhadap tanda-tanda besar lainnya terkadang menjadi bahan diskusi di kalangan ulama. Namun, sebagian besar riwayat menempatkannya sebagai salah satu tanda besar yang paling akhir, atau setidaknya, yang paling signifikan dalam menutup pintu taubat.

Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari RA, Rasulullah SAW bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum melihat sepuluh tanda, lalu ia menyebutkan (antara lain):

  1. awan tebal,
  2. keluarnya Dajjal,
  3. keluarnya hewan melata,
  4. matahari terbit dari barat,
  5. keluarnya Yakjuj dan Makjuj,
  6. turunnya Isa bin Maryam,
  7. tiga kali gempa, yaitu di ufuk timur, ufuk barat, dan di kawasan Arab,
  8. dan api keluar dari lembah 'Adn yang menggiring manusia,
  9. (api itu) tidur di malam hari bersama mereka di mana pun mereka tidur,
  10. dan istirahat di siang hari di mana pun mereka beristirahat.”

Hadits ini, yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim, menyebutkan terbitnya matahari dari barat di antara sepuluh tanda besar Kiamat.

Namun, ada juga riwayat lain yang menempatkannya sebagai tanda pertama dari tanda-tanda besar yang akan muncul, seperti hadits dari Abdullah bin Amr yang telah disebutkan sebelumnya. Perbedaan ini mungkin menunjukkan bahwa beberapa tanda bisa muncul secara bersamaan atau dalam rentang waktu yang berdekatan, atau bahwa "pertama" di sini merujuk pada tanda yang paling berdampak pada penerimaan iman.

Al-Baihaqi, yang mengutip Al-Hakim, pernah menyatakan bahwa tanda Kiamat yang pertama muncul adalah Dajjal, kemudian turunnya Nabi Isa, lalu keluarnya Ya'juj dan Ma'juj, kemudian binatang melata, barulah kemudian matahari terbit dari barat.

Al-Hakim berargumen bahwa jika Nabi Isa turun setelah matahari terbit dari barat, maka orang-orang yang beriman setelah itu tidak bisa disebut kafir. Namun, pandangan ini perlu diteliti lebih lanjut karena bertentangan dengan hadits-hadits yang secara jelas menyatakan bahwa iman tidak lagi bermanfaat setelah matahari terbit dari barat.

FAQ

1. Apa yang dimaksud dengan terbitnya matahari dari barat?

Sebuah tanda besar Kiamat ketika matahari akan terbit dari arah barat, bukan timur seperti biasanya.

2. Apa makna spiritual dari terbitnya matahari dari barat?

Menandakan berakhirnya masa penerimaan iman dan taubat; setelah peristiwa ini, keimanan baru tidak lagi diterima.

3. Adakah dalil yang menjelaskan peristiwa ini?

Ya, disebut dalam Surah Al-An’am ayat 158 dan berbagai hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim.

4. Mengapa pintu taubat tertutup setelah matahari terbit dari barat?

Karena saat itu seluruh manusia akan beriman setelah melihat tanda kebesaran Allah, namun keimanan yang terlambat tidak lagi bernilai.

5. Apa pelajaran utama dari tanda ini bagi umat Islam?

Segera bertaubat dan beramal saleh sebelum datangnya tanda-tanda besar Kiamat, sebab waktu penerimaan taubat sangat terbatas.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |