Liputan6.com, Jakarta Allah SWT menurunkan wahyu dalam beragam bentuk kepada para nabi dan rasul-Nya, salah satunya melalui suhuf, yaitu lembaran-lembaran wahyu yang belum dibukukan menjadi kitab. Pengertian suhuf adalah wahyu Allah SWT yang disampaikan dalam bentuk lembaran atau shtahifah, berisi pesan-pesan pokok seperti nasihat, kesederhanaan ajaran, dan zikir yang berbeda dengan kitab yang lebih lengkap dan tersusun rapi. Meskipun suhuf tidak sekomprehensif kitab seperti Taurat, Zabur, Injil, atau Al-Qur’an, keberadaannya tetap sangat penting dalam sejarah pewahyuan Ilahi.
Dalam buku Materi Pendidikan Agama Islam (2019) karya M. Syukri Azwar Lubis, menjelaskan bahwa pengertian suhuf adalah lembaran-lembaran yang berisi kumpulan wahyu Allah Swt. yang diberikan kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia. Pernyataan ini menegaskan bahwa pengertian suhuf adalah wahyu Ilahi yang diformat dalam helai-helai lembaran dengan fisik namun belum dijilid atau dijadikan mushaf.
Lebih lanjut, dalam Konsep Mayoritas Ahlussunnah Wal Jamaah karya Idik Saeful Bahri, disebutkan bahwa pengertian suhuf adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada nabi dan rasul dalam bentuk lembaran-lembaran yang tidak sempurna. Penjelasan ini menggarisbawahi perbedaan mendasar antara suhuf dan kitab, yakni suhuf hanya berupa nasihat ringkas dan belum terstruktur penuh, sedangkan kitab adalah wahyu lengkap dan terorganisasi.
Berikut ini Liputan6.com ulas selengkapnya, Sabtu (12/7/2025).
Bukti kecintaan Allah pada manusia tertuang dalam sebuah hadis yang berbunyi,"Bahwa manusia diciptakan sesuai dengan peta Tuhan."
Pengertian Suhuf Adalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian suhuf adalah lembaran seperti halaman buku, surat, dokumen, atau sahifah, yang dalam konteks Islam merujuk pada wahyu Allah SWT dalam bentuk lembaran-lembaran yang diturunkan kepada para nabi dan rasul sebelum wahyu tersebut dibukukan menjadi kitab. Suhuf bersifat sementara, berisi pesan moral, tauhid, dan petunjuk umum tanpa memuat hukum syariat secara terperinci.
Dalam buku berjudul Ensiklopedia untuk Anak-Anak Muslim: Al-Mawsu'ah Lil-Attal al-Muslim, dijelaskan dari segi bahasa, pengertian suhuf adalah bentuk jamak dari sahifah. Istilah ini mempunyai arti helai atau lembaran. Pengertian suhuf adalah sejenis kitab yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya yang tidak berisi hukum-hukum agama, tetapi berisi dasar-dasar agama, nasihat, dan petunjuk secara umum.
Sedangkan, dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VII karya Tatik Pudjiani, dkk., dijelaskan bahwa pengertian suhuf adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang ditulis dalam lembaran-lembaran terpisah, seperti dari kulit binatang, pelepah kurma, atau bahan lainnya, dan disampaikan kepada nabi-nabi terdahulu. Suhuf ini tidak dijadikan kitab karena sifatnya yang singkat dan hanya memuat prinsip dasar kehidupan beragama, bukan aturan hukum yang kompleks.
Lebih lanjut, dalam Materi Pendidikan Agama Islam karya M. Syukri Azwar Lubis ditegaskan pula bahwa pengertian suhuf adalah wahyu Allah SWT yang diberikan dalam bentuk lembaran-lembaran kepada rasul-Nya sebagai pedoman hidup yang mencakup akhlak, tauhid, dan nilai-nilai dasar keimanan. Suhuf ini menjadi fondasi spiritual yang mendahului penyempurnaan wahyu dalam bentuk kitab seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an. Maka dari itu, keberadaan suhuf memiliki posisi penting dalam sejarah kenabian dan ajaran Islam.
Macam-macam Suhuf
Ada empat macam suhuf yang dijelaskan dalam buku berjudul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/Mts Kelas VIII oleh Aris Abi Syaifullah dkk. Apa saja?
"Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, 19. "(yaitu) suhuf-suhuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa." (QS. Al A'la ayat 18 dan 19).
- Shahifah yang diturunkan kepada Nabi Syits A.S berjumlah 50 suhuf.
- Shahifah yang diturunkan kepada Nabi Idris A.S berjumlah 30 suhuf.
- Shahifah yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim A.S berjumlah 50 suhuf.
- Shahifah yang diturunkan kepada Nabi Musa A.S berjumlah 10 suhuf.
Perbedaan Suhuf dan Kitab
Meskipun sama-sama merupakan wahyu dari Allah SWT, suhuf dan kitab memiliki perbedaan mendasar yang penting dipahami oleh umat Islam agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami sejarah pewahyuan. Secara umum, perbedaan keduanya terletak pada bentuk fisik, struktur isi, tingkat kelengkapan ajaran, sasaran umat, dan masa berlakunya. Suhuf merupakan wahyu Allah SWT yang disampaikan dalam bentuk lembaran-lembaran terpisah, atau dalam istilah Arab disebut sahifah (jamaknya suhuf), yang secara harfiah berarti “lembaran”. Lembaran-lembaran ini tidak dikodifikasikan atau dijilid menjadi kitab yang utuh, melainkan berdiri sendiri sebagai petunjuk-petunjuk singkat yang relevan pada masanya. Sementara itu, kitab adalah wahyu Allah yang telah disempurnakan dan dibukukan menjadi satu kesatuan utuh yang lengkap, baik dalam struktur maupun dalam cakupan materinya.
Dari segi bentuk fisik, kitab diturunkan secara sistematis dan tersusun rapi hingga menjadi mushaf atau kitab suci. Kitab mengalami proses pembukuan yang lebih terorganisir, sehingga dapat dibaca, diajarkan, dan diwariskan lintas generasi. Sebaliknya, suhuf hanya terdiri dari lembaran-lembaran yang tidak dikumpulkan secara keseluruhan dalam satu buku. Lembaran ini bisa berupa kulit hewan, kayu, pelepah kurma, atau media lain yang digunakan oleh nabi penerimanya untuk mencatat wahyu. Hal ini membuat suhuf bersifat lebih fleksibel tetapi juga lebih rentan hilang atau tidak bertahan lama.
Perbedaan yang juga sangat mencolok terletak pada isi dan kelengkapan ajaran. Kitab memiliki muatan ajaran yang lengkap dan komprehensif. Ia memuat aspek-aspek utama dalam kehidupan manusia, mulai dari akidah (keimanan), ibadah, muamalah (interaksi sosial dan ekonomi), hingga hukum-hukum yang terperinci. Kitab seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an memiliki struktur ajaran yang terintegrasi dan mampu mengatur kehidupan umat dalam jangka panjang. Sementara itu, suhuf cenderung lebih sederhana dalam isinya, hanya memuat prinsip-prinsip dasar agama seperti ajaran tauhid, moralitas, nilai-nilai kemanusiaan, serta seruan untuk bertakwa kepada Allah. Suhuf tidak memuat rincian hukum atau tata cara ibadah yang kompleks.
Selain itu, kitab juga ditujukan untuk umat yang lebih luas dan masa berlaku yang lebih panjang. Kitab dihadirkan sebagai panduan hidup bagi umat manusia dalam satu generasi besar atau bahkan seluruh umat hingga akhir zaman, seperti halnya Al-Qur’an yang berlaku sepanjang masa. Di sisi lain, suhuf umumnya ditujukan kepada satu kaum atau masyarakat tertentu saja, dan masa berlakunya lebih terbatas. Suhuf disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada zamannya dan tidak selalu diwariskan ke generasi berikutnya secara menyeluruh. Oleh karena itu, banyak suhuf yang tidak sampai ke tangan kita saat ini karena tidak dijaga seperti halnya kitab.
Contoh kitab adalah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur kepada Nabi Daud, Injil kepada Nabi Isa, dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Semua kitab tersebut memuat hukum dan peraturan yang melengkapi tuntunan hidup manusia dari segala aspek. Sementara itu, contoh nabi yang menerima suhuf adalah Nabi Ibrahim yang menerima 10 suhuf, dan Nabi Musa yang juga menerima suhuf sebelum Taurat diturunkan secara lengkap. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-A’la ayat 18–19:
"Sesungguhnya telah diberi peringatan dalam suhuf-suhuf yang dahulu, (yaitu) suhuf-suhuf Ibrahim dan Musa."
Ayat ini menjadi bukti kuat bahwa suhuf memang pernah menjadi media wahyu, meski saat ini tidak semua lembarannya tersisa atau tercatat secara tekstual. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa meskipun kitab dan suhuf sama-sama berasal dari wahyu Allah SWT, keduanya memiliki fungsi, bentuk, dan cakupan yang berbeda. Kitab hadir sebagai pedoman hidup menyeluruh, sedangkan suhuf berperan sebagai pondasi awal dan petunjuk singkat yang relevan bagi masa dan kaum tertentu.
Nabi yang Menerima Suhuf
Dalam sejarah Islam, tercatat beberapa nabi yang menerima suhuf dari Allah SWT. Berikut ini nama-nama Nabi yang menerima suhuf, yakni:
1. Nabi Adam
Nabi Adam adalah manusia yang pertama kali menjadi seorang pemimpin di Bumi ini. Allah SWT memberikan sebanyak 10 suhuf kepada Nabi Adam.
2. Nabi Syits
Nabi Syits adalah putra Nabi Adam. Nabi Syits merupakan nabi yang paling banyak menerima suhuf, yaitu 50 suhuf.
3. Nabi Idris
Nabi Idris adalah keturunan pertama yang kemudian diutus menjadi seorang Nabi, setelah Nabi Adam AS dan Nabi Syits AS. Ia menerima sebanyak 30 suhuf.
4. Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim termasuk nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi. Ia juga merupakan nabi yang menerima suhuf sebanyak 10 suhuf dari Allah.
5. Nabi Musa
Nabi Musa adalah salah satu nabi dan rasul. Nabi Musa menerima sebanyak 10 suhuf, selain itu ia juga merupakan Nabi yang menerima Kitab Taurat.
QnA Seputar Suhuf
Q: Apa isi utama dari suhuf yang diterima oleh para nabi?
A: Isi dari suhuf umumnya mencakup ajaran tauhid (mengesakan Allah), nilai-nilai keadilan, perintah untuk berbuat baik, larangan berbuat kezaliman, serta petunjuk-petunjuk moral dan etika hidup. Suhuf tidak memuat syariat secara rinci seperti halnya dalam kitab, karena diturunkan untuk komunitas yang mungkin belum siap menerima hukum-hukum yang kompleks. Sebagai contoh, suhuf Nabi Ibrahim dikenal mengandung banyak nasihat tentang kesabaran, keikhlasan, dan keimanan kepada Allah, yang menjadi pondasi penting sebelum risalah syariat yang lebih luas diturunkan lewat kitab.
Q: Apakah semua suhuf masih ada hingga sekarang?
A: Tidak. Sebagian besar suhuf yang pernah diturunkan tidak lagi eksis dalam bentuk fisik pada masa sekarang. Hal ini disebabkan oleh sifat suhuf yang tidak dibukukan seperti kitab dan juga karena keterbatasan media penulisan pada zaman dahulu. Banyak suhuf yang hilang, musnah, atau tidak diwariskan secara tekstual. Namun, nilai-nilai ajarannya tetap hidup dan dilestarikan dalam ajaran Islam, terutama melalui Al-Qur’an yang memuat esensi wahyu-wahyu terdahulu secara lengkap dan sempurna.
Q: Mengapa Allah menurunkan suhuf terlebih dahulu sebelum kitab?
A: Hikmah dari penurunan suhuf terlebih dahulu adalah sebagai bentuk penyampaian ajaran ilahi yang bertahap. Suhuf berfungsi sebagai pengantar dan pendahuluan terhadap wahyu yang lebih lengkap dalam bentuk kitab. Umat manusia pada masa awal kenabian mungkin belum memiliki kapasitas sosial, budaya, atau intelektual untuk menerima wahyu dalam bentuk kitab yang kompleks. Maka, Allah menurunkan petunjuk secara bertahap dalam bentuk suhuf untuk mempersiapkan manusia menerima hukum-hukum yang lebih rinci di kemudian hari melalui kitab.
Q: Apakah Al-Qur’an termasuk dalam kategori suhuf juga?
A: Tidak. Al-Qur’an termasuk dalam kategori kitab, bukan suhuf. Meskipun pada tahap awal wahyu Al-Qur’an juga ditulis dalam lembaran-lembaran seperti kulit, tulang, atau pelepah kurma, tetapi Al-Qur’an memiliki struktur, isi, dan kelengkapan ajaran yang jauh melebihi karakteristik suhuf. Al-Qur’an telah dibukukan secara sistematis dalam satu mushaf, mengandung hukum-hukum yang terperinci, dan berlaku universal sepanjang masa. Jadi, Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan paling sempurna yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Q: Apa manfaat mempelajari tentang suhuf bagi umat Islam saat ini?
A: Mempelajari tentang suhuf memberikan wawasan penting tentang tahapan-tahapan penyampaian wahyu Allah kepada umat manusia. Ini menunjukkan bahwa Islam dan agama-agama samawi lainnya mengalami perkembangan yang bertahap, penuh hikmah, dan sesuai dengan kesiapan umat manusia di setiap masa. Selain itu, pemahaman tentang suhuf juga mengajarkan bahwa setiap ajaran dari Allah, baik yang bersifat ringkas maupun lengkap, tetap membawa pesan kebenaran yang harus dihormati. Hal ini juga mengokohkan keimanan kita terhadap semua nabi dan wahyu yang pernah diturunkan.