Liputan6.com, Jakarta Tiap makhluk hidup akan menghadapi kematian, termasuk manusia. Sementara, dalam perspektif eskatologi Islam, kiamat adalah keniscayaan dan pasti terjadi. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah persiapan terbaik menghadapi kematian dan kiamat.
Kepastian itu terdapat dalam firman Allah SWT, yang termaktub dalam Al-Qur'an: “Setiap jiwa pasti merasakan mati,” (QS Ali ‘Imran: 185). Terkait persiapan sebelum kematian tiba, Nabi SAW menyebut orang yang mempersiapkan dirinya untuk bekal kehidupan setelah mati sebagai orang cerdas. Sebaliknya, orang yang tenggelam dalam nafsu duniawi, disebut Nabi sebagai orang yang lemah.
“Orang cerdas adalah orang yang rendah diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, dan orang lemah adalah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah,” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya).
Pendek kata, tiap muslim harus melakukan persiapan sebelum kematian tiba. Lantas, apa saja yang perlu dipersiapkan?
1. Mengerjakan Amal Shalih
Cukup banyak literatur yang membahas soal persiapan sebelum kematian. Dalam Buku berjudul 'Metode Menjemput Kematian Terbitan Penerbit Jabal' karya Imam Al-Ghazali diajarkan cara meningkatkan kualitas hidup melalui ibadah, amal kebaikan, dan menjauhi akhlak buruk. Persiapan yang benar akan memastikan kematian kita menjadi awal kehidupan yang lebih baik di akhirat.
Berikut adalah persiapan menghadapi kematian merangkum berbagai sumber.
Persiapan mengerjakan kematian dan kiamat yang pertama adalah dengan memperbanyak amal salih. Allah menjanjikan orang-orang yang beramal salih akan bertemu dengan-Nya, di surga.
Hal ini berdasar surat Al-Kahfi ayat 110:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Artinya: Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
Syekh Mu’adz yang dikutip Imam al-Baghawi dalam Tafsir al-Baghawi (juz 1, hlm. 73), menjelaskan, amal salih adalah amal yang di dalamnya terdapat empat unsur: ilmu, niat, sabar, dan ikhlas.
Al-Baghawi menafsirkan “amal shalih” sebagai amal yang dilakukan dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan “tidak mempersekutukan” berarti menjauhkan diri dari riya’ dan segala bentuk syirik kecil maupun besar.
Syekh Sahl al-Tustari dalam Tafsir al-Tustari mengungkapkan amal saleh adalah amal yang sunyi dari riya dan sesuai dengan sunah Nabi.
“Mu’adz berkata; amal saleh adalah amal yang di dalamnya terdapat empat hal, ilmu, niat, sabar dan ikhlas.” (Tafsir al-Baghawi).
Dengan begitu apabila seorang muslim ingin amalnya diterima maka ada dua syarat, yakni ikhlas karena Allah (tidak syirik, tidak riya’, tidak ingin dipuji manusia). Kedua, sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW (amal shalih sesuai syariat). Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, amal tidak akan diterima oleh Allah.
2. Menjauhi Perbuatan Tercela (Wara')
Menjauhi perbuatan tercela berarti meninggalkan segala bentuk keharaman dan kemakruhan, bahkan meminimalisasi perkara mubah yang tidak bermanfaat. Dalam Islam disebut Wara'.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa meninggalkan maksiat dan perbuatan tercela adalah bagian penting dalam proses tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Seseorang tidak akan sampai pada derajat taqwa tanpa meninggalkan dosa dan maksiat, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Cukup banyak larangan mendekati perbuatan tercela (buruk) sekaligus perintah untuk menjauhinya. Di antaranya:
1. Perintah Menjauhi perbuatan tercela
""Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna." (QS. Al-Mu’minun: 3)
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra’: 32)
2. Cara untuk menghindari perbuatan buruk
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al-Ankabut: 45).
Dalam menafsirkan ayat-ayat di atas, Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menjauhi segala bentuk perbuatan tercela, baik berupa dosa besar maupun kecil, serta perbuatan sia-sia yang tidak bermanfaat. Menjauhi maksiat adalah bukti iman dan ketaatan kepada Allah.
Sementara, Syekh Abu Said al-Khadimi dalam Bariqah Mahmudiyyah membagi derajat wara’ (menjaga diri) menjadi empat, dari meninggalkan yang haram hingga meninggalkan yang mubah yang tidak bernilai ibadah. Semakin banyak seseorang menjaga diri, semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah.
3. Segera dan Selalu Bertaubat
Umat Islam dianjurkan selalu bertaubat tiap waktu. Taubat berarti menyesali perbuatan dan komitmen untuk tak mengulanginya lagi.
Syekh Ahmad al-Dardiri dalam Manzhumah al-Kharidah al-Bahiyyah menekankan pentingnya memperbarui taubat setiap kali melakukan dosa dan tidak berputus asa dari rahmat Allah. Sebab, kematian bisa datang tiap waktu, tanpa bisa direncanakan, ditunda, apalagi dibatalkan.
Hal ini, ditegaskan Allah SWT dalam QS. Ali ‘Imran: 185
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Artinya: "Setiap jiwa pasti akan merasakan mati."
Sementara, Syarat taubat menurut Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam Syarh Sullam al-Taufiq adalah menyesal, melepaskan diri dari dosa, bertekad tidak mengulanginya, dan beristighfar. Jika terkait hak manusia, wajib mengembalikan hak atau meminta kerelaan.
Persiapan Menghadapi Kematian dan Kiamat Menurut UAH
Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah untuk periode 2022–2027 Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam salah satu ceramahnya membeberkan persiapan terbaik menghadapi kiamat. Dalam hal ini kiamat yang dimaksud adalah kiamat kecil (kematian) yang pasti dihadapi oleh semua orang.
Diketahui, setelah kematian ruh akan berada di alam barzakh menunggu datangnya kiamat kubra. Pada kiamat kubra, tiap manusia akan diminati pertanggungjawabannya selama hidup di dunia. Maka itu, penting bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri menghadapi kiamat.
Berikut ini adalah beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan umat Islam untuk menghadapi kiamat:
1. Muhasabah (Introspeksi Diri)
Ustadz Adi Hidayat menekankan agar setiap Muslim melakukan muhasabah atau introspeksi diri secara rutin. Muhasabah bertujuan untuk menilai dan memperbaiki amal perbuatan, baik yang berkaitan dengan hubungan kepada Allah (hablumminallah) maupun kepada sesama manusia (hablumminannas).
Dengan muhasabah, seseorang dapat menyadari kekurangan dan dosa yang masih dilakukan sehingga bisa segera memperbaikinya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
2. Memperbaiki Hubungan dengan Allah dengan Sholat
Melaksanakan ibadah dengan khusyuk, memperbanyak doa, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang benar menjadi kunci diterimanya semua amal. Sholat adalah tiang agama, yang akan menentukan apakah amal kita diterima atau tidak.
3. Menjaga Hubungan dengan Sesama
Berbuat baik kepada orang tua, pasangan, anak-anak, keluarga, dan sahabat. Kebersihan hati dan hubungan baik dengan sesama adalah bagian penting dalam persiapan akhirat. UAH mengingatkan pentingnya muamalah.
4. Memperbanyak Amalan Sunnah dan Amal Jariyah
Rutin berdzikir, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan melakukan amal kebaikan yang manfaatnya terus mengalir. Amal yang dilakukan tidak hanya bermanfaat untuk diri kita, tetapi juga untuk orang lain.
5. Tidak Terlena oleh Dunia
Menyadari bahwa dunia hanya tempat persinggahan, dan tujuan utama adalah kehidupan akhirat.“Dunia ini hanya tempat persinggahan. Tujuan utama kita adalah kehidupan akhirat yang abadi,” jelas UAH.
6. Menjaga Kebersihan Hati
Membersihkan hati dari iri, dengki, dan kebencian.“Hati yang bersih akan memudahkan kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik,” kata UAH.
7. Memperbanyak Istighfar dan Doa
Terutama Doa Nabi YunusMembaca istighfar, khususnya doa Nabi Yunus, QS. Al-Anbiya: 87):
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Latin: “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin”
Artinya:"Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim."
Doa ini diajarkan untuk menghadapi kesulitan dan kegelapan hidup.
8. Selalu Bersyukur
Mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah sebagai cara mendekatkan diri dan menjaga amal dari kelalaian.
9. Mempersiapkan Hisab (Perhitungan Amal)
Selalu berusaha meningkatkan amal baik dan menjauhi dosa, karena setiap amal akan diperhitungkan dengan teliti di akhirat.
10. Tidak Menunda-nunda Perbaikan Diri
Setiap hari adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Jangan tunggu sampai hari esok. Persiapan harus dilakukan sejak sekarang.
11. Membantu Orang Lain dan Menebar Kebaikan
Membantu yang membutuhkan, membahagiakan orang lain, dan menebarkan kebaikan di mana pun berada.
12. Berdoa untuk Husnul Khatimah
Selalu memohon kepada Allah agar diberikan akhir kehidupan yang baik (husnul khatimah) dan kemudahan dalam menghadapi kematian serta kehidupan akhirat.
13. Fokus pada Amal, Bukan Materi
Persiapan menghadapi kiamat bukan soal materi, tapi soal amal perbuatan yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
People Also Ask
1. Apa yang harus dipersiapkan untuk menghadapi hari kiamat?
Untuk menghadapi hari kiamat, seorang muslim harus mempersiapkan diri dengan memperbanyak amal saleh seperti shalat tepat waktu, membaca Al-Qur'an, zakat, sedekah, dan membantu sesama. Selain itu, penting juga untuk menjaga hati agar tidak melakukan kezaliman, iri, dan dengki, serta bersegera bertobat dari dosa. Persiapan ini juga melibatkan doa agar diteguhkan imannya dan memanfaatkan waktu untuk kebaikan, karena hanya rahmat Allah yang dapat menyelamatkan di hari akhir.
2. Persiapan apa yang layak sebagai bekal untuk menghadapi kematian?
Sangat dianjurkan mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan mengerjakan amal-amal saleh dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela, bersegera bertobat dengan memenuhi syarat-syaratnya yaitu melepaskan diri dari dosa, menyesal atas dosa yang dilakukan dan bertekad untuk tidak mengulangi
3. Sebaik baiknya bekal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi kematian atau hari Kiamatadalah?
Apa yang kita persipkan belum tentu bisa membantu kita, karena kita kan menghadapi kematian. Artinya: Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.
4. Bagaimana cara kita persiapan menghadapi kematian?
Persiapan menghadapi kematian berfokus pada peningkatan spiritual, seperti memperbanyak ibadah dan amal saleh, menjaga hubungan baik dengan sesama, serta bertobat dari dosa-dosa. Dalam konteks ajaran Islam, persiapan ini bertujuan untuk menjadikan amal sebagai "bekal" terbaik untuk kehidupan setelah mati, seperti yang disebutkan dalam Kemenag Sultra.

3 weeks ago
21
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5134162/original/012917000_1739593072-1739590048291_arti-doa-sholat-dhuha.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5061590/original/072378300_1734874466-Imam_Syafi_i.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402666/original/070087200_1762259316-Muslim_membaca_sholawat_di_dekat_kaligrafi_bertuliskan_sholawat__Wikimedia_Commons_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5373270/original/044792100_1759817423-Gemini_Generated_Image_b1m0vhb1m0vhb1m0.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5151380/original/086607800_1741158200-pray-6268224_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400640/original/079783300_1762143236-ilustrasi_tangan_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3561767/original/030914300_1630818507-islamic-book-3738793_1920.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402341/original/024850600_1762244580-Masuk_Masjid.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382022/original/048339900_1760524874-Sholawat_dan_Berdzikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3213149/original/081114900_1597814879-muslim-woman-pray-with-beads-read-quran_73740-667__2_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1099096/original/052428400_1451564466-is3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/4750461/original/031799500_1708609713-Niat_Puasa_Ayyamul_BIdh.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2397600/original/021060800_1541051347-embers-142515_960_720.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402262/original/070190600_1762241995-doa_puasa_arafah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4329118/original/093191800_1676784720-natural-wonders-paradise-illustration.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4572020/original/079789800_1694495488-haidan-IAwnp88Fz8Y-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401985/original/063466500_1762233670-ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3447311/original/080504600_1620103638-hajar-aswad.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4830372/original/038035000_1715592365-quran-being-held-hands-close-up.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4262146/original/085381500_1671090332-pexels-alena-darmel-8164382.jpg)

























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5270335/original/056977800_1751427256-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran__14_.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5064764/original/069011000_1735030219-bansos_akhir_tahun.jpg)
