Liputan6.com, Jakarta - Sifat wajib bagi para rasul adalah karakteristik fundamental yang mutlak harus dimiliki oleh setiap utusan Allah SWT. Sifat-sifat ini menjadi penanda kebenaran dan kesempurnaan mereka dalam mengemban tugas kenabian.
Keempat sifat wajib tersebut sering disingkat dengan akronim STAF, yaitu Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah.
Para rasul diutus oleh Allah SWT dengan tugas dan tanggung jawab yang spesifik, termasuk menyampaikan wahyu, memberi peringatan, membimbing umat, menegakkan keadilan, dan menjadi teladan.
Sifat wajib bagi para rasul adalah cerminan kesempurnaan moral dan intelektual mereka sebagai utusan Allah SWT.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Sabtu (19/7/2025).
Memahami Sifat Wajib Rasul
Sifat wajib bagi para rasul adalah sifat-sifat esensial yang harus ada pada diri setiap rasul sebagai utusan Allah SWT. Sifat-sifat ini membedakan mereka dari manusia biasa dan menjamin kebenaran risalah yang mereka bawa.
Keberadaan sifat-sifat ini memastikan bahwa pesan yang disampaikan adalah murni dari Allah, tanpa campur tangan atau kesalahan dari pihak rasul.
Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas V SD yang diterbitkan oleh Kemendikbud RI, rasul adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah dan menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya.
Salah satu tugas utama para rasul adalah memberikan contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga umat memiliki panutan yang jelas.
Sifat-sifat wajib yang melekat dalam diri rasul ini merupakan bentuk kebenaran sebagai utusan Tuhan. Ini menjamin bahwa setiap ajaran dan tindakan mereka adalah representasi sempurna dari kehendak ilahi. Memahami sifat-sifat ini membantu umat Muslim untuk lebih menghargai dan meneladani kehidupan para rasul.
1. Shiddiq: Kejujuran yang Mutlak
Shiddiq (صِدْق) berarti jujur dan benar. Sifat ini menegaskan bahwa rasul selalu menyampaikan kebenaran yang berasal dari wahyu Allah SWT dan tidak pernah berbohong atau berdusta. Semua perkataan dan perbuatan mereka selaras dengan kebenaran hakiki.
Melansir dari buku Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VIII oleh Suyanto dan Bahran, dijelaskan bahwa para rasul Allah selalu benar, tidak mungkin bersifat al-kizbu atau bohong. Kejujuran mereka adalah mutlak, bahkan sebelum diangkat menjadi rasul, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai Al-Amin.
Allah SWT berfirman dalam Surah al-Hasyr ayat 7, "Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." Ayat ini menggarisbawahi keharusan umat untuk menerima apa yang disampaikan rasul karena kebenarannya yang tak diragukan.
2. Amanah: Dapat Dipercaya Sepenuhnya
Amanah (أَمَانَة) berarti dapat dipercaya. Rasul adalah sosok yang terpercaya dan dapat diandalkan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam menjaga amanah Allah SWT maupun amanah dari umatnya. Kepercayaan ini meliputi kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, serta kemampuan untuk memelihara rahasia dan menyampaikan pesan tanpa perubahan.
Para rasul dipercaya oleh Allah untuk menyampaikan risalah yang benar, dan mereka menerima perintah dari Allah dengan penuh tanggung jawab tanpa mengurangi atau menambah apa yang telah diwahyukan kepada mereka. Sifat amanah ini telah melekat pada Nabi Muhammad SAW bahkan sebelum kenabiannya, membuatnya mendapatkan gelar Al-Amin.
Hal ini dijelaskan dalam Qur'an surah asy-Syu'ara ayat 143, "Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu." Ayat ini menegaskan bahwa rasul adalah pribadi yang sepenuhnya dapat diandalkan dalam menyampaikan risalah Allah.
3. Tabligh: Menyampaikan Wahyu Tanpa Terkecuali
Tabligh (تَبْلِيغْ) berarti menyampaikan. Rasul memiliki kewajiban untuk menyampaikan seluruh wahyu Allah SWT kepada umatnya tanpa mengurangi atau menambah sedikitpun. Mereka menyampaikan risalah Allah dengan jelas dan tanpa ragu, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan perlawanan.
Tidak ada satupun ayat atau wahyu yang disembunyikan oleh para rasul, bahkan ketika penyampaian wahyu tersebut mendapat perlawanan dari umatnya, mereka tidak pernah gentar menghadapinya. Sifat ini memastikan bahwa ajaran Islam sampai kepada umat secara utuh dan murni.
Dalam Al-Qur'an surah al-Ahzab ayat 39, Allah SWT berfirman, "(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan." Ayat ini menunjukkan keberanian dan keteguhan rasul dalam menjalankan tugas tabligh.
4. Fathonah: Kecerdasan dan Kebijaksanaan Tinggi
Fathonah (فَطَانَة) berarti cerdas dan bijaksana. Rasul memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan yang tinggi, memungkinkan mereka untuk memahami berbagai permasalahan umat dan memberikan solusi yang tepat serta bijak. Kecerdasan ini membantu mereka dalam menjalankan tugas kenabian dan menghadapi berbagai tantangan kompleks.
Para rasul telah dibekali kecerdasan dan kemampuan yang hebat oleh Allah untuk menghadapi umatnya, bahkan Nabi Muhammad SAW yang dijuluki Ummi (tidak bisa membaca dan menulis) tetap memiliki kecerdasan luar biasa karena ilmu yang didapatnya langsung dari wahyu Allah. Kecerdasan ini bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga dalam strategi dakwah dan penyelesaian masalah.
Hal ini disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an surah al-An'am ayat 83, "Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui." Ayat ini menegaskan bahwa kecerdasan para rasul adalah anugerah ilahi yang mendukung misi mereka.
Sifat Jaiz Rasul: Kemanusiaan yang Tak Mengurangi Derajat
Selain sifat wajib, para rasul juga memiliki sifat jaiz, yaitu sifat yang boleh terjadi pada diri seorang rasul. Sifat jaiz ini hanya satu, yakni al-'aradhul basyariyah. Sifat ini menunjukkan bahwa meskipun mereka adalah utusan Allah, para rasul tetaplah manusia biasa dengan segala kebutuhan dan kondisi fisik layaknya manusia pada umumnya.
Al-'aradhul basyariyah mencakup sifat-sifat seperti makan, minum, haus, sakit, lapar, sedih, senang, beristri, dan sebagainya. Kendati demikian, sifat-sifat tersebut tidak mengurangi atau menurunkan derajat seorang rasul sebagai utusan Allah. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah teladan yang relevan bagi umat manusia, karena mereka mengalami kehidupan seperti kita.
Hal ini disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an surah al-Mu'minun ayat 33, "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan dia minum apa yang kamu minum." Ayat ini menegaskan kemanusiaan para rasul, menjadikan mereka lebih dekat dan mudah diteladani oleh umat.
Sifat Mustahil Rasul: Lawan dari Sifat Wajib
Selain sifat wajib dan jaiz, terdapat pula sifat mustahil bagi para rasul, yaitu sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada diri mereka karena bertentangan dengan kedudukan mereka sebagai utusan Allah.
Sifat-sifat mustahil ini adalah kebalikan dari sifat wajib, yang meliputi kizib (bohong), khianat (tidak dapat dipercaya), al-kitman (menyembunyikan wahyu), dan al-baladah (bodoh).
Seorang rasul tidak mungkin berkata dusta (kizib) dalam kehidupan sehari-harinya, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, apalagi di depan umatnya, karena apa yang disampaikan adalah kebenaran dari Allah.
Mereka juga tidak mungkin berkhianat (khianat) terhadap amanah yang diberikan Allah atau umatnya, selalu menepati janji dan bertanggung jawab.
Para rasul juga tidak mungkin menyembunyikan (al-kitman) walaupun sedikit dari wahyu yang telah diterimanya, karena tugas mereka adalah menyampaikan secara sempurna. Terakhir, seorang rasul tidak mungkin bersifat bodoh (al-baladah), karena mereka diutus untuk membimbing umat dan memerlukan kecerdasan tinggi untuk itu.
Penerapan Sifat Rasul di Era Digital
Nilai-nilai keislaman, termasuk sifat wajib bagi para rasul, dapat selalu diterapkan di berbagai aspek kehidupan dan di zaman apapun, termasuk di era digital saat ini.
Pemanfaatan teknologi, seperti kriptografi dalam pengiriman pesan, dapat menjadi salah satu upaya penerapan sifat-sifat mulia ini.
Mengutip dari jurnal Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains (2021) oleh Nur Hasna Fajriyah, Purnama Sari, dan Nafida Nurhidayati, dijelaskan bahwa dalam konteks pengiriman pesan digital, sifat Shiddiq terwujud ketika pesan yang dikirim sama persis dengan pesan yang diterima, tanpa manipulasi atau kebohongan. Ini menjamin kebenaran informasi.
Sifat Amanah tercermin dalam penggunaan enkripsi, di mana pesan diubah menjadi bentuk yang tidak dipahami (ciphertext) untuk menjaga kerahasiaan dan orisinalitasnya dari pihak yang tidak berhak.
Fathonah (kecerdasan) diterapkan melalui pemilihan cara yang tepat dan cerdas, seperti kriptografi modern, untuk menyesuaikan perkembangan zaman dan menghindari masalah keamanan data.
Sementara itu, Tabligh (menyampaikan) terwujud ketika pesan yang ingin disampaikan oleh pengirim benar-benar tersampaikan kepada penerima secara utuh dan akurat.
Daftar Pustaka
- Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas V SD. Kemendikbud RI.
- Suyanto dan Bahran. Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VIII.
- Muhammad Ahsan dan Sumiyat. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
- Kholifah, Nur. (2018). SIFAT-SIFAT RASULULLAH YANG DIJADIKAN PEDOMAN DALAM BERDAGANG YANG HALAL. Jurnal Al-Tsaman, 1(1), 29-34.
- Fajriyah, Nur Hasna, Sari, Purnama, & Nurhidayati, Nafida. (2021). UPAYA PENERAPAN SIFAT WAJIB RASUL DI ERA DIGITAL MELALUI PEMANFAATAN KRIPTOGRAFI DALAM PENGIRIMAN PESAN. PROSIDING KONFERENSI INTEGRASI INTERKONEKSI ISLAM DAN SAINS, 3, 37-41.
FAQ
1. Apa yang dimaksud dengan sifat wajib bagi para rasul?
Sifat wajib rasul adalah empat sifat utama yang harus dimiliki setiap rasul, yaitu Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah, sebagai bukti kebenaran dan kesempurnaan mereka dalam menyampaikan risalah Allah.
2. Mengapa para rasul harus memiliki sifat Shiddiq?
Karena Shiddiq (jujur) memastikan bahwa segala perkataan dan tindakan rasul adalah benar dan bersumber dari wahyu Allah, tanpa adanya kebohongan.
3. Apa arti dari sifat Amanah dan bagaimana contohnya?
Amanah berarti dapat dipercaya; contohnya, Nabi Muhammad SAW selalu menjaga kepercayaan, baik terhadap wahyu Allah maupun amanah dari umatnya.
4. Bagaimana para rasul menjalankan sifat Tabligh?
Mereka menyampaikan seluruh wahyu Allah kepada umat secara utuh, tanpa menambah atau mengurangi, meskipun menghadapi penolakan atau ancaman.
5. Apa makna Fathonah dalam konteks kenabian?
Fathonah berarti cerdas dan bijaksana, yang memungkinkan para rasul memahami persoalan umat dan menyampaikan ajaran dengan tepat dan efektif.
6. Apa itu sifat jaiz bagi rasul?
Sifat jaiz adalah sifat manusiawi seperti lapar, haus, tidur, dan merasa sedih, yang menunjukkan bahwa rasul juga manusia biasa.
7. Apa saja sifat mustahil bagi rasul?
Sifat mustahil meliputi kebalikan sifat wajib: bohong (kizib), khianat, menyembunyikan wahyu (kitman), dan bodoh (baladah), karena hal ini bertentangan dengan tugas kenabian.