Tata Cara Jawaban Adzan dalam Islam, Pahami Bacaan dan Keutamaannya

2 months ago 19

Liputan6.com, Jakarta Adzan merupakan panggilan suci yang menandai masuknya waktu sholat bagi umat Muslim di seluruh dunia. Lebih dari sekadar seruan, adzan adalah syiar Islam yang agung, sarat makna, dan keutamaan. Mendengar adzan berkumandang, hati seorang Muslim seharusnya bergetar, merasakan panggilan Ilahi yang mengajak untuk menghadap Sang Pencipta.

Para ulama sepakat bahwa menjawab adzan adalah amalan yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Anjuran ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, "Apabila kamu mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan." Hadits ini menjadi landasan penting bagi umat Islam untuk senantiasa merespon panggilan adzan dengan jawaban yang sesuai.

Menjawab adzan bukan hanya sekadar mengikuti ucapan muadzin, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap syiar Islam dan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amalan ini memiliki keutamaan yang besar, di antaranya mendapatkan ampunan dosa, pahala yang berlimpah, dan syafaat dari Rasulullah SAW di hari kiamat. Lebih dari itu, menjawab adzan adalah wujud kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang jawaban adzan dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Senin (14/7/2025).

Beredar video suara adzan berkumandang di bangunan bersejarah Hagia Sophia, Turki. Kejadian ini terjadi karena presiden Turki telah menetapkan kembali Hagia Sophia menjadi masjid.

Lafal Adzan dan Tata Cara Menjawabnya yang Benar

Adzan merupakan seruan resmi untuk menandai masuknya waktu salat fardu. Dijelaskan dalam kitab al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi (Jilid 3, hlm. 84), dan dalam Fathul Bāri karya Ibnu Hajar al-Asqalani (Jilid 2, hlm. 88), Lafal adzan secara umum terdiri dari kalimat-kalimat berikut:

اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ (4x)

Allāhu Akbar, Allāhu Akbar

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ (2x)

Asyhadu allā ilāha illallāh

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ (2x)

Asyhadu anna Muḥammadar Rasūlullāh

حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ (2x)

Ḥayya ‘alaṣ-ṣalāh

حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ (2x)

Ḥayya ‘alal-falāḥ

اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ (2x)

Allāhu Akbar, Allāhu Akbar

لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ (1x)

Lā ilāha illallāh

Tambahan pada Adzan Subuh:

الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِّنَ النَّوْمِ (2x)

Aṣ-ṣalātu khayrun minan-naum

Artinya: Salat lebih baik daripada tidur.

Tambahan ini hanya dibacakan pada adzan Subuh dan diletakkan setelah "حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ". Dasar hukumnya adalah hadits dari Abu Mahdzurah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad, serta dijelaskan dalam Subulus Salam karya Muhammad bin Ismail ash-Shan‘ani (Jilid 1, hlm. 168).

Tata Cara Menjawab Adzan

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim no. 384:

إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ

"Apabila kamu mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan."

Namun terdapat pengecualian:

Saat mendengar:

حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ dan حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ,

jawabannya adalah:

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ

Lā ḥawla wa lā quwwata illā billāh

(Artinya: Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.)

Saat adzan Subuh dan mendengar:

الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِّنَ النَّوْمِ,

maka dijawab dengan:

صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ

Ṣadaqta wa baraŧa

(Artinya: Engkau benar dan jujur.)

Doa Setelah Adzan

Setelah adzan, disunnahkan membaca doa berikut, sebagaimana hadits sahih riwayat Bukhari no. 614:

اللَّهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلَاةِ القَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ

Allāhumma Rabbā hādzihid-da‘watit-tāmmati, waṣ-ṣalātil-qā’imah, āti Muḥammadanil-wasīlata wal-faḍīlah, wab‘aṡ-hu maqāman maḥmūdan alladzī wa‘adtah.

Artinya: "Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna dan salat yang ditegakkan, berilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia di tempat yang terpuji sebagaimana yang telah Engkau janjikan."

Keutamaan Menjawab Adzan

  • Azan menjadi saksi kebaikan di Hari KiamatDalam hadis riwayat Imam al‑Bukhari dari Abu Sa’id al‑Khudri, Nabi ﷺ bersabda: “Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendengarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat.”
  • Masuk surga bagi yang menjawab dengan keyakinanDiriwayatkan dari Abu Hurairah melalui Imam at‑Tirmidzi bahwa Bilal pernah mengumandangkan azan, lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa mengucapkan seperti ini dengan yakin, niscaya dia masuk surga.” Ini menegaskan pentingnya mengulang jawaban azan dengan penuh kesungguhan hati.
  • Pengampunan dosaDari Sa’d bin Abi Waqqash, Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengar azan dia berkata… ‘aku ridha Allah Rabbku, dan Muhammad utusan-Nya, dan Islam agamaku’ maka dosa-dosanya diampuni.” (HR. Ahmad & Muslim)
  • Mendapatkan shalawat dan syafaatHadis dari Abdullah bin Amr bin Ash menyatakan: “Jika kalian mendengar muadzin dan menjawab darinya, kemudian bershalawat untukku, maka Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali.” Lebih lanjut, meminta wasilah untuk Nabi ﷺ setelah azan menjanjikan syafaat beliau
  • Lindungan keamanan hingga esok harinyaMenurut hadis riwayat at‑Thabrani: “Kelompok yang terpanggil dengan azan Subuh, berada dalam lindungan Allah hingga sore. Dan yang terpanggil azan petang, berada dalam lindungan Allah hingga pagi.”
  • Potensi menjadi ahli surgaBincangSyariah menyimpulkan tiga keutamaan menjawab azan: saksi kebaikan, mendapat pengampunan, dan dijanjikan surga jika dijawab dengan keyakinan penuh

Hukum dan Dalil Menjawab Adzan

Hukum Menjawab Adzan

Dalam hukum Islam, menjawab adzan termasuk sunah muakkadah, yaitu sunah yang sangat dianjurkan. Hal ini berdasarkan hadits shahih riwayat Imam Muslim:

“Apabila kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan.” (HR. Muslim, No. 383)

Dalam Kitab Fath al-Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalani, dijelaskan bahwa hadits ini menunjukkan kewajiban moral untuk menjawab adzan, meskipun mayoritas ulama menyepakati bahwa hukumnya tidak wajib, tetapi sunah muakkadah. (Lihat: Fath al-Bari, Jilid 2, hlm. 77)

Dalil-Dalil Penunjang

Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menyatakan:

“Dalam hadits ini terdapat anjuran yang sangat kuat untuk menjawab adzan, dan bahwa hal itu merupakan bentuk dzikir dan ibadah yang utama.” (Syarh Shahih Muslim, Juz 4, hlm. 85)

Dalil lain adalah hadits dari Abdullah bin Amr yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud:

"Apabila kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkannya. Kemudian bershalawatlah kepadaku..." (HR. Abu Dawud, No. 524)

Hadits ini memperkuat bahwa menjawab adzan menjadi bagian dari rangkaian ibadah, termasuk shalawat kepada Nabi setelahnya.

Pandangan Ulama

Dalam al-Majmu’ karya Imam Nawawi, dijelaskan:

"Para ulama dari kalangan kami (Syafi’iyyah) sepakat bahwa menjawab adzan itu disunahkan bagi setiap orang yang mendengarnya, baik laki-laki atau perempuan, dalam keadaan suci maupun tidak." (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Juz 3, hlm. 115)

Sementara itu, ulama dari mazhab Hanbali seperti Ibnu Qudamah dalam al-Mughni menyebutkan:

“Disunahkan menjawab adzan dengan lafaz yang sama seperti muadzin, kecuali pada lafaz ‘hayya 'ala ash-shalah’ dan ‘hayya 'ala al-falah’, dijawab dengan ‘la haula wa la quwwata illa billah’.” (al-Mughni, Ibnu Qudamah, Juz 1, hlm. 420)

Hal ini sesuai pula dengan riwayat hadits shahih Muslim No. 385 yang menjelaskan respon khusus terhadap dua lafaz tersebut.

Pendapat Kontemporer

Dalam artikel ilmiah berjudul “Menjawab Adzan dalam Perspektif Fikih Islam” oleh Ahmad Syamsudin, dipublikasikan oleh Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum (UIN Walisongo, 2018), disebutkan bahwa:

"Menjawab adzan bukan hanya bentuk penghormatan terhadap syiar Islam, tetapi juga sarana menginternalisasi nilai-nilai tauhid dan ketundukan kepada Allah." (Syamsudin, 2018, Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol. 16 No. 2)

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tradisi menjawab adzan juga memiliki nilai edukatif dalam penguatan keimanan dan spiritualitas umat.

Menjawab adzan adalah bagian dari sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dalam hadits riwayat Muslim no. 384, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan."

Berdasarkan penjelasan dalam kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalani (jilid 2, hlm. 88), jawaban adzan yang benar adalah dengan mengulangi setiap lafal adzan yang dikumandangkan, kecuali pada bagian-bagian tertentu:

Ketika muadzin mengucapkan: "Ḥayya ‘alaṣ-ṣalāh" dan "Ḥayya ‘alal-falāḥ", jawaban yang benar adalah: "Lā ḥawla wa lā quwwata illā billāh" artinya: "Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah."Ketika muadzin mengucapkan: "Aṣ-ṣalātu khayrun minan-naum" (khusus adzan Subuh), maka jawaban pendengar adalah: "Ṣadaqta wa baraŧa" artinya: "Engkau benar dan jujur." Hal ini dijelaskan dalam al-Majmū’ Syarh al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi (jilid 3, hlm. 84), yang juga menegaskan bahwa kalimat ini tidak perlu diulang seperti kalimat lainnya, karena merupakan tambahan khusus pada adzan Subuh.

Keutamaan Menjawab Adzan

1. Azan menjadi saksi kebaikan di Hari Kiamat

Dalam hadis riwayat Imam al‑Bukhari dari Abu Sa’id al‑Khudri, Nabi ﷺ bersabda:

“Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendengarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat.”  

Mengamalkan audiens azan—termasuk menjawabnya—mendatangkan catatan amal baik dari segala makhluk di sekitarnya.

2. Masuk surga bagi yang menjawab dengan keyakinan

Diriwayatkan dari Abu Hurairah melalui Imam at‑Tirmidzi bahwa Bilal pernah mengumandangkan azan, lalu Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa mengucapkan seperti ini dengan yakin, niscaya dia masuk surga.”  

Ini menegaskan pentingnya mengulang jawaban azan dengan penuh kesungguhan hati.

3. Pengampunan dosa

Dari Sa’d bin Abi Waqqash, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa yang ketika mendengar azan dia berkata… ‘aku ridha Allah Rabbku, dan Muhammad utusan-Nya, dan Islam agamaku’ maka dosa-dosanya diampuni.” (HR. Ahmad & Muslim)  

Kitab Bulughul Maram juga mengutip hadis serupa yang menekankan pengampunan dosa bagi si pendengar dan penerima azan 

4. Mendapatkan shalawat dan syafaat

Hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash menyatakan:

“Jika kalian mendengar muadzin dan menjawab darinya, kemudian bershalawat untukku, maka Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali.”  

Lebih lanjut, meminta wasilah untuk Nabi ﷺ setelah azan menjanjikan syafaat beliau  

5. Lindungan keamanan hingga esok harinya

Menurut hadis riwayat at‑Thabrani:

“Kelompok yang terpanggil dengan azan Subuh, berada dalam lindungan Allah hingga sore. Dan yang terpanggil azan petang, berada dalam lindungan Allah hingga pagi.” journal.stiba.ac.id+9Tebuireng Online+9bincangsyariah.com+9

Walau ini terkait mendengar azan, implikasinya mendorong sikap menjawab dan memaknai azan sebagai pelindung spiritual.

6. Potensi menjadi ahli surga

Tiga keutamaan menjawab azan: saksi kebaikan, mendapat pengampunan, dan dijanjikan surga jika dijawab dengan keyakinan penuh  

QnA Seputar Jawaban Adzan

Q: Kenapa kita dianjurkan menjawab adzan, padahal sudah ada muadzin yang mengumandangkannya? 

A: Menjawab adzan adalah sunnah yang dianjurkan untuk setiap Muslim agar mendapatkan keutamaan doa yang mustajab, sesuai hadits riwayat Muslim: “Apabila kalian mendengar adzan, maka jawablah seperti apa yang dikatakan muadzin.” Hal ini bukan untuk menggantikan muadzin, tetapi sebagai bentuk dzikir dan mengingat Allah, serta persiapan hati untuk sholat.

Q: Bagaimana jika mendengar adzan saat sedang membaca Al-Qur’an, apakah tetap harus menjawab adzan? 

A: Ya, sebaiknya berhenti sejenak untuk menjawab adzan sebagai bentuk mengutamakan syiar Islam dan sunnah Nabi ﷺ. Setelah selesai menjawab, dapat membaca Shalawat untuk Nabi ﷺ dan melanjutkan bacaan Al-Qur’an kembali. Hal ini termasuk adab dan menunjukkan pengagungan terhadap panggilan sholat.

Q: Apakah wanita juga dianjurkan menjawab adzan yang dikumandangkan muadzin? 

A: Iya, wanita juga dianjurkan menjawab adzan sama seperti laki-laki karena hukum menjawab adzan adalah sunnah bagi setiap Muslim yang mendengar, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan, selama bukan dalam kondisi sedang shalat.

Q: Apakah saat menjawab adzan perlu mengangkat tangan seperti doa atau cukup diucapkan saja? 

A: Menjawab adzan cukup dengan diucapkan dengan suara pelan (tidak keras) tanpa perlu mengangkat tangan. Setelah adzan selesai, dianjurkan membaca doa setelah adzan sambil mengangkat tangan sebagaimana dalam sebagian riwayat, bukan ketika menjawab lafaz adzan.

Q: Apakah menjawab adzan bisa dilakukan jika kita mendengar adzan dari rekaman atau adzan televisi? 

A: Para ulama berbeda pendapat, tetapi mayoritas berpendapat bahwa yang disunnahkan dijawab adalah adzan yang dikumandangkan secara langsung oleh muadzin, bukan rekaman. Namun, jika seseorang ingin menjawab adzan dari rekaman dengan tujuan dzikir, tidak mengapa, hanya saja tidak mendapat keutamaan seperti menjawab adzan secara langsung.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |