5 Doa Akhir Bulan Safar: Keutamaan, Bacaan, dan Hikmah Spiritualnya

1 month ago 18

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah. Doa akhir bulan Safar menjadi salah satu amalan yang dilakukan sebagai bentuk permohonan perlindungan kepada Allah SWT.

Tradisi membaca doa akhir bulan Safar telah berkembang di berbagai komunitas Muslim, khususnya di Indonesia. Amalan ini dipandang sebagai upaya spiritual untuk memohon keberkahan dan menjauhkan diri dari segala bentuk musibah atau cobaan.

Melansir dari unisai.ac.id, disebutkan bahwa bulan Safar memiliki keistimewaan tersendiri dan dikenal dengan sebutan "Safarul khairi" atau bulan kebaikan. Berbagai amalan khusus dianjurkan untuk dilaksanakan, terutama pada hari Rabu terakhir bulan Safar yang dikenal dengan "Arba Mustamir".

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Minggu (03/8/2025).

Bacaan Doa Akhir Bulan Safar yang Dianjurkan

1. Doa Perlindungan dari Segala Bala

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبَّنَا أَنْ يُصْرَفُنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَجَبَّرْ لَنَا مِنْ رَبِّنَا رَأْفًا

Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan yang terkutuk, dan aku berlindung kepada-Mu ya Rabbku agar Engkau tidak menyesatkan kami setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan aku mohon kepada-Mu ya Rabbku karunia yang luas dari-Mu."

2. Doa Keberkahan Rezeki

رَبِّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: "Ya Rabb kami, berkahilah kami dalam rezeki yang Engkau berikan kepada kami dan lindungilah kami dari siksa neraka."

3. Doa Memohon Kebaikan Dunia Akhirat

رَبِّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Artinya: "Ya Rabb, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan di dunia dan akhirat."

4. Doa Komprehensif dari Tradisi NU

Terdapat doa khusus yang sering diamalkan:

وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ هَذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ

Artinya: "Semoga Allah selalu memberi rahmat kepada Tuan kami, Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabatnya semuanya. Aku berlindung dari keburukan zaman ini dan orang-orang yang memiliki keburukan itu."

5. Doa Tolak Bala Umum

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Amalan dan Tradisi Rabu Akhir Safar (Rebo Wekasan)

Tradisi Rabu akhir Safar atau yang dikenal dengan "Rebo Wekasan" merupakan praktik yang berkembang di kalangan masyarakat Muslim Indonesia, khususnya Jawa, Sunda, dan Madura. Amalan ini dilakukan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriah.

Berdasarkan referensi dari unisai.ac.id, terdapat beberapa amalan yang dianjurkan pada hari Arba Mustamir (Rabu akhir Safar):

1. Membaca Surat Al-Falaq dengan Tata Cara Khusus

Al-Imam Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi menganjurkan membaca surat Al-Falaq ke empat arah mata angin dengan doa pembuka dan penutup yang khusus. Amalan ini dimulai dengan membaca doa pembuka, kemudian menghadap ke berbagai arah sambil membaca surat Al-Falaq.

2. Shalat Sunat Rabu Akhir Safar

Terdapat dua versi pelaksanaan shalat sunat ini. Versi pertama adalah shalat 4 rakaat yang dapat dikerjakan dengan dua kali salam atau sekali salam. Versi kedua adalah 6 rakaat. Pada setiap rakaat pertama setelah Al-Fatihah dibaca Ayat Kursi, dan pada rakaat kedua dibaca surat Al-Ikhlas.

3. Membaca Shalawat Munjiyat

Setelah membaca surat Yasin, dianjurkan membaca Shalawat Munjiyat sebanyak 11 kali. Shalawat ini berisi permohonan agar diselamatkan dari segala bahaya dan diberikan keberkahan dalam hidup.

4. Ritual Mandi Safar

Melansir dari penelitian dalam jurnal Al-Banjari Vol. 11 No. 1 tahun 2012, masyarakat Banjar memiliki tradisi mandi Safar dengan niat khusus untuk dijauhkan dari bala dan fitnah dajjal. Sebelum mandi, disarankan menulis ayat-ayat tertentu yang kemudian direndam dalam air mandi.

5. Membaca Surat Yasin dengan Pengulangan Khusus

Para ulama shalih menyebutkan bahwa ketika membaca surat Yasin pada hari Rabu terakhir bulan Safar, saat sampai pada ayat "سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبِّ الرَّحِيْمْ" (Salamun qaulan min rabbin rahim), hendaklah mengulangnya sebanyak 313 kali.

Hikmah dan Keutamaan Doa Akhir Bulan Safar

Amalan doa akhir bulan Safar mengandung berbagai hikmah spiritual yang mendalam bagi kehidupan seorang Muslim. Hikmah utama terletak pada penguatan hubungan vertikal antara hamba dengan Khaliq-Nya melalui media doa dan dzikir.

Peningkatan kesadaran spiritual

Keutamaan pertama adalah peningkatan kesadaran spiritual. Melalui rutinitas doa di akhir bulan Safar, seorang Muslim dilatih untuk selalu mengingat Allah dalam setiap kondisi dan waktu. Kesadaran ini membantu membangun karakter yang selalu bergantung kepada Allah dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Sarana pembersihan jiwa

Hikmah kedua adalah sebagai sarana pembersihan jiwa dari berbagai dosa dan maksiat. Doa-doa yang dipanjatkan mengandung unsur taubat dan istighfar yang berfungsi sebagai penyucian spiritual. Proses ini membantu seseorang untuk memulai babak baru dengan jiwa yang lebih bersih.

Melansir dari jurnal Al-Banjari yang diterbitkan IAIN Antasari Banjarmasin, tradisi doa akhir bulan Safar juga memiliki fungsi psikologis dalam memberikan ketenangan batin. Ritual-ritual yang dilakukan bukan hanya sebagai upaya menangkal bala, tetapi lebih jauh merupakan usaha pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan harapan hidup selamat dan bahagia.

Penguatan ikatan sosial dalam komunitas

Keutamaan lainnya adalah penguatan ikatan sosial dalam komunitas. Tradisi seperti Rebo Wekasan seringkali dilakukan secara berjemaah, sehingga memperkuat silaturahmi dan solidaritas di antara sesama Muslim. Kebersamaan dalam beribadah menciptakan rasa persaudaraan yang mendalam.

Pandangan Islam tentang Kepercayaan Bulan Safar

Dalam pandangan Islam yang benar, tidak ada bulan yang secara inheren membawa kesialan atau keberuntungan, termasuk bulan Safar. Kepercayaan terhadap bulan tertentu sebagai pembawa sial bertentangan dengan prinsip dasar Islam tentang tauhid dan takdir.

Rasulullah SAW telah memberikan peringatan tegas tentang kepercayaan yang keliru terhadap bulan atau waktu tertentu. Dalam sebuah hadits, Nabi menegaskan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang melekat pada bulan Safar: "Tidak ada 'adwa (penularan penyakit), tidak ada thiyarah (pengaruh buruk burung), tidak ada hamah (sial karena burung hantu), dan tidak ada safar (sial karena bulan Safar)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik yang baik maupun yang buruk, merupakan ketentuan Allah SWT berdasarkan hikmah-Nya yang sempurna. Konsep qadar dan takdir menjadi landasan fundamental dalam memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.

Namun demikian, amalan-amalan baik seperti doa, dzikir, dan ibadah lainnya tetap dianjurkan untuk dilakukan kapan saja, termasuk di bulan Safar. Hal yang perlu dihindari adalah kepercayaan yang berlebihan terhadap waktu atau ritual tertentu hingga mengabaikan prinsip-prinsip tauhid.

Para ulama kontemporer menegaskan bahwa tradisi doa akhir bulan Safar dapat tetap diamalkan selama tidak mengandung unsur syirik atau kepercayaan yang menyimpang.

Sumber Referensi

  • unisai.ac.id
  • baznas.go.id
  • Siti Faridah dan Mubarak. "Kepercayaan Masyarakat Banjar terhadap Bulan Safar: Sebuah Tinjauan Psikologis." Al-Banjari, Vol. 11, No. 1, Januari 2012.
  • Syekh Abd al-Hamid Muhammad al-Quds. Kanz al-Najah wa al-Surur fi al-Ad'iyah allati Tasyrah al-Shudur.
  • Siti Nur Aidah. Kitab Doa-Doa Tolak Bala.
  • Al-Bukhari dan Muslim. Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apakah ada doa khusus yang wajib dibaca di akhir bulan Safar?

Tidak ada doa yang secara khusus diwajibkan untuk dibaca di akhir bulan Safar. Islam tidak menetapkan kewajiban ritual tertentu untuk bulan ini. Yang dianjurkan adalah memperbanyak doa-doa umum seperti istighfar, dzikir, dan permohonan perlindungan kepada Allah SWT. Amalan yang berkembang di masyarakat merupakan tradisi yang boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

2. Benarkah bulan Safar membawa kesialan atau musibah?

Dalam ajaran Islam yang benar, tidak ada bulan yang secara inheren membawa kesialan, termasuk bulan Safar. Rasulullah SAW telah menegaskan dalam hadits sahih bahwa tidak ada pengaruh buruk yang melekat pada bulan Safar. Kepercayaan tentang kesialan bulan Safar berasal dari tradisi Arab Jahiliyah yang tidak memiliki dasar dalam Al-Quran dan Sunnah. Segala sesuatu yang terjadi merupakan ketentuan Allah berdasarkan hikmah-Nya.

3. Bagaimana cara melaksanakan tradisi Rebo Wekasan dengan benar?

Tradisi Rebo Wekasan dapat dilaksanakan dengan membaca Al-Quran (terutama surat Yasin), memperbanyak dzikir dan istighfar, serta berdoa memohon perlindungan Allah. Yang terpenting adalah melakukannya dengan niat yang benar sebagai bentuk ibadah kepada Allah, bukan karena kepercayaan terhadap kekuatan gaib bulan Safar. Hindari ritual-ritual yang mengandung unsur syirik atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam.

4. Apakah amalan di akhir bulan Safar dapat menolak bala dan musibah?

Doa dan amalan shalih memang merupakan salah satu sebab yang dapat menolak bala berdasarkan ajaran Islam. Namun, yang harus dipahami adalah bahwa doa bukan karena keistimewaan waktu atau bulan tertentu, melainkan karena doa itu sendiri merupakan ibadah yang disukai Allah. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa doa dapat mengubah takdir dan menolak bala.

5. Bolehkah melakukan pernikahan atau hajatan di bulan Safar?

Tidak ada larangan dalam Islam untuk melaksanakan pernikahan atau hajatan di bulan Safar. Anggapan bahwa bulan Safar tidak baik untuk acara-acara penting merupakan kepercayaan yang tidak berdasar dalam ajaran Islam.

6. Apa perbedaan antara tradisi dan ajaran Islam yang benar terkait bulan Safar?

Ajaran Islam yang benar menegaskan bahwa bulan Safar adalah bulan biasa tanpa keistimewaan atau kesialan khusus. Sementara itu, tradisi yang berkembang di masyarakat sering kali mengaitkan bulan Safar dengan berbagai kepercayaan dan ritual tertentu. Tradisi boleh diamalkan selama tidak bertentangan dengan prinsip tauhid dan tidak mengandung unsur syirik.

7. Bagaimana sikap yang benar terhadap orang yang mempercayai kesialan bulan Safar?

Sikap yang benar adalah memberikan pemahaman dengan hikmah dan cara yang baik tanpa memaksakan atau menghakimi. Jelaskan dengan dalil-dalil yang benar bahwa Islam tidak mengajarkan kepercayaan terhadap kesialan bulan tertentu. Apresiasi tradisi positif yang mereka lakukan seperti memperbanyak doa dan dzikir, namun luruskan pemahaman yang keliru dengan memberikan penjelasan yang santun.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |