Liputan6.com, Jakarta - Amalan menyambut bulan Jumadil Awal 1447 H penting diketahui umat Islam mengingat sebentar lagi bulan tersebut akan tiba seturut berakhirnya bulan Rabiul Akhir. Jumadil Awal (Arab: Jumādā al-Awwal atau Jumādā I) adalah bulan kelima dalam kalender Hijriyah (lunar). Kata Awal mengindikasikan ada bulan kedua Jumadil, yakni Jumadil Akhir.
Merujuk artikel berjudul 'Nama Bulan Kelima Hijriah: Jumadil Awwal, Jumadil Ula, atau Jumadal Ula?' oleh Ustadz Tatam Wijaya di Kemenag.go.id, penamaan bulan Jumadal Ula seperti nama beberapa bulan Arab yang lain, juga dilatarbelakangi oleh musim yang terjadi pada bulan tersebut, yaitu musim dingin (syita). Jumada sendiri berasal dari kata jamada, yang berarti ‘beku’ sesuai dengan keadaan air yang beku di musim dingin.
Meski bukan termasuk salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam (Haram), pada Jumadil Awal, umat Islam dianjurkan memperbanyak amal dan ibadah. Menilik posisinya sebagai bulan pertengahan para ulama juga menganjurkan agar bulan ini jadi momen introspeksi atau muhasabah.
Amalan Menyambut Bulan Jumadil Awal 1447 H
Tidak ada amalan khusus yang dikhususkan secara syar‘i hanya untuk bulan Jumadil Awal. Namun, semua amalan sunnah yang dianjurkan sepanjang tahun tetap sangat dianjurkan di bulan ini, sebagai bentuk menghidupkan waktu dengan ketaatan kepada Allah.
1. Doa Awal Bulan Jumadil Awal
Doa ini bukan doa khusus untuk Jumadil Awal, melainkan doa Rasulullah SAW pada awal bulan dan tahun secara umum.
اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيْمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ، وَجِوَارٍ مِنَ الشَّيطَانِ، وَرِضوَانٍ مِنَ الرَّحمَنِ
Latin: Allohumma ad-khilhu 'alainaa bil amni wal iimaani was salaamati wal islaam, wa jiwaarim minasy-syaithooni, wa ridhwanim minar rohmaani.
Artinya: Ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan rasa aman, keimanan, keselamatan, dan Islam, juga lindungilah kami dari gangguan setan, dan agar kami mendapat rida Allah (Ar-Rahman). (HR. Al-Baghawi dalam Mu'jam Ash-Shahabah, sanadnya sahih. Imam Ibnu Hajar mensahihkan hadits ini dalam Al-Ishabah, 6:407-408. Hadits ini mawquf termasuk perkataan sahabat sesuai syarat kitab shahih).
Atau doa awal bulan berikut ini:
Dari Thalhah bin 'Ubaidillah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika melihat hilal, beliau mengucapkan:
اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ
Latin: Allohumma ahlilhu 'alayna bilyumni wal iimaani was salaamati wal islaami. Robbii wa robbukallah.
Artinya: Ya Allah, tampakkanlah bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah. (HR. Ahmad, 1:162 dan Tirmidzi, no. 3451, dan Ad-Darimi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
2. Memperbanyak Dzikir dan Doa
Bulan Jumadil Awal bukan termasuk bulan haram atau bulan istimewa secara khusus menurut syariat, namun memperbanyak dzikir dan doa adalah amalan yang dianjurkan kapan saja, termasuk di bulan ini.
Imam Nawawi dalam Al-Adzkar menganjurkan untuk memperbanyak dzikir di segala waktu, tanpa membatasi pada bulan tertentu.
Hal ini berdasar firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)
Kemudian dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari 6407).
Adapun dzikir yang bisa diamalkan adalah membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan istighfar secara rutin.
3. Puasa Sunnah (Senin-Kamis, Ayyamul Bidh)
Tidak ada puasa khusus pada bulan Jumadil Awal, namun puasa sunnah seperti Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, 15 hijriyah) tetap sangat dianjurkan.
Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ menyebutkan keutamaan puasa sunnah ini berlaku di setiap bulan hijriyah.
Dalil puasa puasa Senin-Kamis termaktub dalam hadis Nabi SAW:
“Amal-amal itu diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku ingin amalku diperlihatkan dalam keadaan aku berpuasa.” (HR. Tirmidzi 747)
Sementara, dallil puasa Ayyamul Bidh: “Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk berpuasa pada Ayyamul Bidh: tanggal 13, 14, dan 15 (setiap bulan hijriyah).” (HR. Abu Dawud 2449)
4. Memperbanyak Istighfar dan Taubat
Bulan apapun, termasuk Jumadil Awal, adalah waktu yang baik untuk memperbanyak istighfar dan bertaubat. Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin menegaskan pentingnya istighfar dan taubat di setiap waktu.
Dasarnya adalah firman Allah SWT:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Ayat ini adalah seruan umum kepada seluruh orang beriman untuk senantiasa bertaubat, tanpa memandang besar atau kecil dosanya. Taubat adalah kunci keberuntungan dunia dan akhirat. Para ulama menekankan bahwa taubat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh (taubat nashuha) agar mendapat keberuntungan sebagaimana dijanjikan Allah dalam ayat ini.
5. Sedekah dan Amal Sosial
Bersedekah dan membantu sesama di bulan apapun, termasuk Jumadil Awal, sangat dianjurkan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa keutamaan sedekah adakan datang di setiap waktu.
Allah berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir…” (QS. Al-Baqarah: 261).
Contoh konkretnya adalah:
- Bersedekah kepada fakir miskin.
- Memberi makan orang lapar.
- Membantu masjid, yatim, atau dakwah.
- Menyisihkan sebagian rezeki setiap Jumat di bulan Jumadil Awal.
6. Membaca Al-Qur’an
Membaca, mentadabburi, dan mengamalkan Al-Qur’an adalah amalan utama yang tidak terbatas pada bulan tertentu. Imam Nawawi dalam At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an menganjurkan membaca Al-Qur’an secara rutin.
Rasulullah bersabda:
اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
Artinya: “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim 804).
Di antara keutamaan membaca Al-Qur'an adalah mendapat syafaat. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa maksud “pemberi syafaat” adalah Al-Qur’an akan memohonkan ampunan dan rahmat kepada Allah untuk orang yang rajin membacanya, mengamalkannya, dan memuliakannya di dunia. Syafaat ini berupa pertolongan agar dosanya diampuni atau derajatnya ditinggikan di surga.
7. Menghadiri Majelis Ilmu
Amalan yang dianjurkan dilakukan pada Jumadil Awal adalah menghadiri majelis ilmu. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebut menuntut ilmu termasuk ibadah yang paling mulia, karena dengan ilmu seseorang mengetahui cara beribadah yang benar.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699).
Contoh amalan praksisnya adalah:
- Menghadiri pengajian, ceramah, kajian tafsir, atau fiqih.
- Membaca kitab ulama salaf, seperti Riyadhus Shalihin, Tafsir Ibnu Katsir, atau Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi.
- Mengajarkan ilmu yang telah dipelajari kepada keluarga atau masyarakat.
Hikmah Memperbanyak Amalan di Bulan Jumadil Awal
Memperbanyak amalan di bulan Jumadil Awal adalah bentuk pemanfaatan waktu, latihan keistiqamahan, dan bukti kecintaan kepada Allah. Tidak ada amalan khusus di bulan ini, namun memperbanyak amal kebaikan tetap sangat dianjurkan untuk meraih pahala, keberkahan, dan ampunan Allah SWT.
Berikut ini adalah hikmah memperbanyak amalan di bulan Jumadil Awal merujuk Syarah Shahih Muslim An-Nawawi dan Baznas.go.id:
1. Mengisi Waktu dengan Kebaikan
Bulan Jumadil Awal, meskipun tidak memiliki keutamaan khusus seperti bulan Ramadhan atau bulan haram, tetap merupakan bagian dari waktu yang Allah berikan kepada manusia. Dengan memperbanyak amalan (ibadah, dzikir, sedekah, puasa sunnah, membaca Al-Qur’an, dll), seseorang memanfaatkan setiap detik kehidupannya untuk hal-hal yang bermanfaat dan mendekatkan diri kepada Allah.
2. Meningkatkan Konsistensi dan Keistiqamahan
Amalan yang dilakukan secara rutin di setiap bulan, termasuk Jumadil Awal, akan membentuk pribadi yang istiqamah (konsisten) dalam beribadah. Allah sangat mencintai amalan yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit, sebagaimana sabda Nabi SAW: "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Melatih Diri untuk Tidak Pilih-pilih Waktu Beribadah
Dengan memperbanyak amalan di bulan yang tidak memiliki keutamaan khusus, seseorang dilatih untuk tetap beribadah kapan saja, tidak hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Ini menunjukkan keikhlasan dan kesungguhan dalam beribadah.
4. Meneladani Para Sahabat dan Ulama
Para sahabat dan ulama terdahulu selalu memanfaatkan setiap waktu, termasuk bulan-bulan biasa, untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh. Mereka tidak menunggu waktu-waktu istimewa untuk berbuat baik.
5. Mengisi Kekosongan dengan Kebaikan
Bulan Jumadil Awal bisa menjadi momen untuk memperbaiki diri dan mengisi kekosongan hati dan waktu dengan amal saleh, sehingga terhindar dari perbuatan sia-sia atau maksiat.
6. Menggapai Keberkahan dan Ampunan Allah
Setiap amal saleh yang dilakukan, baik di bulan khusus maupun di bulan biasa, tetap bernilai pahala besar di sisi Allah. Dengan memperbanyak amalan di bulan Jumadil Awal, seseorang berpeluang meraih keberkahan hidup dan ampunan dari Allah.
7. Menyambut Bulan-bulan Berikutnya dengan Semangat Ibadah
Memperbanyak amalan di bulan Jumadil Awal dapat menjadi persiapan mental dan spiritual untuk menyambut bulan-bulan berikutnya, termasuk bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan.
People also Ask:
1. Apa keutamaan Jumadil Awal?
Sebagai bulan di pertengahan tahun Hijriah, Jumadil Awal menjadi momen refleksi dan evaluasi diri untuk memperbaiki amal serta meningkatkan kualitas hubungan dengan Allah subhanahu wa ta'ala.
2. Sedekah di bulan Jumadil Awal?
Makna Bersedekah di Bulan Jumadil Awal
Sedekah pada bulan ini dipahami sebagai bentuk syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah subhanahu wa ta'ala selama ini. Lebih dari itu, sedekah di bulan Jumadil Awal juga menjadi sarana untuk membersihkan harta dan jiwa dari berbagai kotoran yang menempel.
3. Larangan bulan Jumadil Awal hari apa?
Dalam kepercayaan masyarakat tertentu, larangan di bulan Jumadil Awal berlaku pada hari Senin dan Selasa, terutama untuk aktivitas seperti pernikahan. Namun, perlu diingat bahwa dalam ajaran Islam tidak ada larangan khusus untuk bulan Jumadil Awal, dan semua hari adalah baik untuk melakukan ibadah dan aktivitas halal.
4. Jumadil Awal apakah bagus?
Bulan Jumadil Awal juga dikenal sebagai momen untuk merenungi diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Banyak ulama menyarankan agar umat Muslim menjadikan bulan ini sebagai kesempatan untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri.