Liputan6.com, Jakarta - Sakit adalah keniscayaan. Tiap orang pernah merasakan sakit, termasuk para nabi dan rasul. Dalam kondisi ini, penting untuk mengetahui doa agar cepat sembuh.
Rasulullah SAW mengajarkan agar seseorang bersabar ketika ditimpa penyakit. Nabi SAW juga menganjurkan agar memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, suatu ketika Nabi melewati suatu kaum yang ditimpa oleh sesuatu, apakah penyakit atau yang lainnya. Mereka betul-betul beroleh ujian berat. Dari wajah mereka hingga cara mereka hidup tampak mereka sedang tidak baik.
Lalu Nabi bersabda, “amakana ha’ula’i yas’alunallahal `afiyah (apakah kaum ini tidak meminta kepada Allah `afiyah).
"Dengan kata lain, Nabi hendak mengajarkan kita bahwa ketika kita ditimpa penyakit, maka kita perlu berdoa kepada-Nya memohon 'afiyah (perlindungan). Perlindungan dari segala marabahaya, baik di dunia dan akhirat. Karenanya, doa terbaik agar terlindungi dari penyakit adalah berdoa," demikian dikutip dari umsb.ac.id, Minggu (10/8/2025).
Berikut ini adalah lafal doa agar cepat sembuh, yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Doa ini bisa untuk diri sendiri maupun orang lain yang sedang ditimpa penyakit.
1. Doa Afiah (Perlindungan dan Keselamatan)
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ، اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ وَاٰمِنْ رَوْعَاتِيْ
(Allâhumma innî as-alukal ‘âfiyah fid dunyâ wal âkhirah, allâhumma innî as-alukal ‘afwa wal âfiyah fî dînî wadunyâya wa ahlî wa mâlî, allâhumma-stur ‘aurâtî wa âmin rau‘âtî)
Artinya: “Ya Allah, aku memohon keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut…” (Imam Nawawi, al-Adzkar, Semarang: Alawiyah, hal. 74).
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasai dan Ibnu Majjah dari Ibnu Umar ra bahwa doa ini tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baik di pagi maupun sore hari.
Dalam versi pendek doa ini dibaca:
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ
Allâhumma innî as-alukal ‘âfiyah fid dunyâ wal âkhirah
Artinya: Ya Allah, aku memohon keselamatan di dunia dan akhirat
2. Doa Kesembuhan Rasulullah saat Keluarga Ditimpa Penyakit
لَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا
Allāhumma rabban nāsi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syāfi. Lā syāfiya illā anta syifā’an lā yughādiru saqaman.
Artinya: Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri.
3. Doa Nabi ketika Meruqyah Sahabat
Rasulullah saw membaca doa ini ketika meruqyah salah seorang sahabat.
امْسَحِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِك الشِّفَاءُ لَا كَاشِفَ لَهُ إلَّا أَنْتَ
Imsahil ba’sa rabban nāsi. Bi yadikas syifā’u. Lā kāsyifa lahū illā anta.
Artinya: Tuhan manusia, sapulah penyakit ini. Di tangan-Mu lah kesembuhan itu. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali Kau.
4. Doa Nabi Ketika Menjenguk Orang Sakit
Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menganjurkan baca doa berikut ini sebanyak tujuh kali di hadapan orang yang sakit. Dengan doa ini, Allah diharapkan mengangkat penyakit yang diderita orang tersebut.
أَسْأَلُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَ العَرْشِ العَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
As’alullāhal azhīma rabbal ‘arsyil ‘azhīmi an yassfiyaka.
Artinya: Aku memohon kepada Allah yang agung, Tuhan arasy yang megah agar menyembuhkanmu.
5. Doa Nabi dengan Menyebut Langsung Orang yang Sakit
Kita juga dapat mendoakan kesembuhan dengan menyebut langsung nama orang yang sakit. Ini dilakukan Rasulullah saw saat menjenguk Sa‘ad bin Abi Waqqash sebagaimana riwayat Imam Muslim berikut. Hanya saja kita mengganti nama Sa‘ad dengan nama orang sakit di hadapan kita.
اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا
Allāhummasyfi Sa‘dan. Allāhummasyfi Sa‘dan. Allāhummasyfi Sa‘dan
Artinya: Tuhanku, sembuhkan Sa‘ad. Tuhanku, sembuhkan Sa‘ad. Tuhanku, sembuhkan Sa‘ad.
6. Doa Nabi saat Menjenguk Orang Badui
Lafal doa ini bisa dibaca sebagai alternatif untuk penyakit apa saja. Lafal berikut ini dibaca Rasulullah saw ketika menjenguk seorang badui yang menderita demam sebagai riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas ra.
لَا بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ
Lā ba’sa thahūrun insyā’allāhu.
Artinya: (Semoga) tidak apa-apa (sakit), semoga suci dengan kehendak Allah (HR. Bukhari).
7. Doa Kesembuhan Disertai Pengampunan
Kita juga dapat menyertakan doa pengampunan dosa dan perlindungan agama dan raga mereka yang sedang sakit. Doa ini yang dibaca oleh Rasulullah ketika menjenguk sahabat Salman Al-Farisi ra sebagaimana riwayat Ibnu Sunni di Kitab Amalul Yaum wal Lailah.
شَفَى اللهُ سَقَمَكَ، وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، وَعَافَاكَ فِي دِيْنِكَ وَجِسْمِكَ إِلَى مُدَّةِ أَجَلِكَ
Syafākallāhu saqamaka, wa ghafara dzanbaka, wa ‘āfāka fī dīnika wa jismika ilā muddati ajalika.
Artinya: Wahai (sebut nama orang yang sakit), semoga Allah menyembuhkanmu, mengampuni dosamu, dan mengafiatkanmu dalam hal agama serta fisikmu sepanjang usia.
Hikmah di Balik Sakit
Musibah sakit bisa menimpa siapa saja. Namun, di balik sakit ada hikmah luar biasa. Allah menciptakan sakit agar bisa merasakan nikmat sehat, makan dengan leluasa dan dapat beraktivitas serta beribadah dengan baik. Berikut ini 4 di antaranya:
1. Sakit Menggugurkan Dosa
Sakit dapat menyucikan dosa, menutupi kesalahan, dan mengangkat derajat.
Hal tersebut sesuai dengan Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim, yang artinya:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa- dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun- daunnya”. (HR.Bukhari no 5660 dan muslim no 2571).
2. Kecintaan Allah terhadap Suatu Kaum
Ujian sakit adalah bentuk kecintaan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya:
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji,” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302)).
3. Mendapatkan ridha Allah
Seorang yang beriman harus yakin bahwa segala perkara yang terjadi merupakan takdir dan ketetapan dari Allah Ta’ala. Di antara sikap yang perlu ditanamkan pada diri seorang hamba yang sedang mengalami sakit adalah sikap rida. Dengan sikap rida atas cobaan tersebut, maka Allah akan memberikan keridaan kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya pahala yang besar diperoleh melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang rida (menerimanya) maka Allah akan meridainya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.” (HR. At Tirmidzi no. 2396).
3. Pahala yang tetap mengalir
Terkadang ketika sakit menimpa diri kita, kita tidak dapat menjalankan aktivitas ibadah sebagaimana biasanya. Di antara bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah pahala amal saleh yang terus mengalir meskipun kita dalam keadaan sakit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Apabila seorang hamba sakit atau sedang safar, maka Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.” (HR. Bukhari no. 2996)
4. Kecintaan Allah dan pahala tanpa batas jika bersabar
Sikap mulia orang yang beriman ketika ditimpa musibah adalah sabar. Oleh karena itu, sakit yang kita rasakan sudah semestinya kita hadapi dengan penuh kesabaran. Kita tahu bahwa Allah amat mencintai orang-orang yang sabar. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya:
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar.“. (QS. Ali Imran:146)Allah Ta’ala juga menjanjikan pahala yang tak berhingga bagi hamba-Nya yang bersabar.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).
Sumber Referensi:
- QS. Ali Imran
- QS. Az-Zumar: 10)
- HR Bukhari
- HR Muslim
- Kitab al-Adzkar, Imam Nawawi, Semarang: Alawiyah
- Kitab Al-Adzkar, Imam An-Nawawi, Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H
- Kitab Amalul Yaum wal Lailah, Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim bin Sunni ad-Dimasyqi (Ibnu Sunni).
- fk.uii.ac.id
- umsb.ac.id