Pendidikan anak dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis karena menyangkut pembentukan generasi masa depan umat. Islam tidak memandang pendidikan hanya sebagai proses mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai proses pembentukan karakter (akhlak), penguatan aqidah (keyakinan), serta pelatihan ibadah sejak dini. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab besar orang tua kepada Allah SWT atas amanah yang telah diberikan berupa anak.
Menurut konsep Islam, pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga. Ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menyebut bahwa pendidikan berasal dari tiga sumber utama: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Namun, dalam Islam, keluarga memiliki peran yang lebih dominan karena anak menghabiskan masa pertumbuhan awalnya di lingkungan rumah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjelaskan bahwa anak-anak lahir dalam kondisi suci dan lurus, namun arah kehidupan mereka akan sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan pendidikan dari orang tua. Oleh karena itu, tanggung jawab utama dalam mendidik anak-anak berada di pundak keluarga, terutama ayah dan ibu.
Dalam tulisan Mulyadi di laman fis.uii.ac.id (Tendik FIAI UII) disebutkan bahwa keberhasilan pendidikan pada usia dini banyak dipengaruhi oleh pola pendidikan dalam keluarga. Pada masa balita (di bawah lima tahun), anak mengalami pertumbuhan kognitif dan perkembangan kepribadian yang sangat pesat. Apabila dalam usia ini anak dibiasakan pada nilai-nilai positif dan spiritual, maka nilai-nilai tersebut akan menjadi pondasi kuat dalam kehidupannya kelak.
Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur secara lengkap bagaimana cara mendidik anak. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl: 78:
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur."
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap anak terlahir tanpa pengetahuan, namun Allah telah memberikan potensi dasar berupa pendengaran, penglihatan, dan akal. Potensi-potensi ini harus diasah dan dikembangkan melalui pendidikan. Jika tidak diarahkan dengan benar, maka potensi tersebut dapat berkembang ke arah yang negatif.
Dalam tulisannya di fis.uii.ac.id, Burhan Nudin, S.Pd.I., M.Pd.I. menjelaskan bahwa pendidikan dalam Islam mencakup aspek tarbiyah dan ta’dib.
- Tarbiyah merupakan pendidikan yang berfokus pada kasih sayang, perhatian, dan pengembangan potensi anak, baik fisik maupun emosional. Contohnya seperti membiasakan anak untuk mandiri, menjaga kebersihan, dan menyelesaikan tugas-tugas ringan di rumah.
- Ta’dib adalah pembudayaan nilai-nilai moral dan disiplin dalam kehidupan anak. Ini mencakup pembiasaan untuk berperilaku baik, seperti shalat tepat waktu, berkata jujur, bersikap sopan, dan taat pada perintah agama.
Dua konsep ini harus berjalan beriringan agar pendidikan yang diberikan kepada anak bisa membentuk pribadi yang utuh dan berkarakter Islami.
Pilar Pendidikan Anak dalam Islam: Aqidah, Ibadah, dan Akhlak
Pendidikan anak dalam perspektif Islam tidak terlepas dari tiga aspek utama: aqidah, ibadah, dan akhlak. Ketiganya harus ditanamkan sejak usia dini.
1. Pendidikan Aqidah
Aqidah merupakan dasar dari semua amalan dalam Islam. Seorang anak harus diajarkan untuk mengenal Allah sebagai Tuhan yang Maha Esa, mengenal Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir, serta memahami bahwa kehidupan ini adalah bentuk pengabdian kepada Allah. Penanaman aqidah harus dilakukan sebelum anak diajarkan tentang ilmu lainnya.
Sebagaimana disebutkan dalam kisah Luqmanul Hakim kepada anaknya (QS. Luqman: 13):
"Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."
Ayat ini menjadi contoh langsung bagaimana pentingnya pendidikan tauhid (keesaan Allah) diberikan kepada anak sejak kecil.
2. Pendidikan Ibadah
Ibadah adalah bentuk ketaatan nyata seorang hamba kepada Allah. Sejak kecil, anak-anak perlu dibiasakan untuk mengenal ibadah dasar seperti berdoa, wudhu, shalat, dan puasa. Proses pembiasaan ini tidak hanya mengajarkan tata cara ibadah, tetapi juga menanamkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zariyat: 56:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah, sehingga pendidikan ibadah harus menjadi prioritas dalam mendidik anak.
3. Pendidikan Akhlak
Akhlak mulia adalah cerminan dari keimanan seseorang. Rasulullah SAW sendiri menyatakan dalam hadis riwayat Ahmad:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
Anak-anak harus dibiasakan untuk bersikap jujur, sopan, menyayangi yang lebih muda, menghormati yang lebih tua, dan tidak menyakiti makhluk lain. Pendidikan akhlak ini lebih banyak ditanamkan melalui keteladanan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Anak-anak lebih cepat meniru apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Maka orang tua harus menjadi teladan utama dalam hal akhlak.
Pendidikan anak bukanlah perkara sepele, melainkan investasi jangka panjang. Anak-anak yang dididik dengan baik akan menjadi pemimpin masa depan yang mampu mengemban amanah dengan bijaksana. Dalam tulisan Mulyadi, disebutkan bahwa:
“Generasi muda yang terdidik dengan baik akan menjadi pemimpin yang bijaksana dan mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Mereka akan membawa umat Islam ke arah yang lebih baik dan menjadi teladan bagi generasi berikutnya.”
Oleh karena itu, orang tua, guru, dan masyarakat harus bersinergi dalam memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak. Mereka harus disiapkan menjadi generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan berjiwa pemimpin.
Di era modern, pendidikan anak menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kemajuan teknologi, arus informasi yang deras, hingga gaya hidup hedonis yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, selain pendidikan agama yang kuat, anak juga harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan filter terhadap pengaruh negatif.
Sekolah dan lingkungan masyarakat juga berperan penting. Guru harus mampu menjadi role model yang baik, sementara masyarakat harus menciptakan suasana yang kondusif untuk tumbuh kembang anak.