Liputan6.com, Jakarta - Doa awal bulan Safar sangat dianjurkan untuk umat Islam. Doa ini menjadi penting sebagai kekuatan spiritual dan mematahkan kepercayaan di kalangan tertentu bahwa Safar bulan sial.
Rasulullah SAW bersabda, “Laa ‘adwaa wala thiyarata wala haammah wala shafar.” Artinya: Tidak ada penyakit menular (tanpa izin Allah), tidak ada ramalan buruk, tidak ada burung hantu, dan tidak ada kesialan di bulan Safar (HR. Bukhari dan Muslim).
Dikutip dari Jurnal 'Analisis Tradisi dalam Pesan Dakwah Budaya Mandi Safar pada Masyarakat Muslim Seram Bagian Timur, karya Risqiatul Hasanah, dkk mengkaji bagaimana tradisi mandi Safar dipraktikkan di Seram Timur dan bagaimana pesan-dakwah (ajaran Islam) digunakan untuk meluruskan pemahaman yang keliru tentang bulan Safar.
Maka itu, doa awal bulan Safar menjadi pengingat bahwa bulan Safar tidak berbeda dari bulan lainnya, dan umat Islam diajak untuk menghilangkan stigma negatif serta fokus pada ibadah, termasuk membaca doa awal bulan Safar dan melakukan sedekah Safar.
1. Doa Rasulullah di Awal Bulan Safar
Berikut ini adalah doa awal bulan Safar yang bisa diamalkan oleh umat Islam. Salah satunya adalah doa Rasulullah yang diriwayatkan oleh Thalhah bin Ubaidillah RA.
Doa Rasulullah di Awal Bulan Safar
اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ، وَالسَّلامَةِ وَالإِسْلَامِ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ هِلَالُ رُشْدٍ وَخَيْرٍ
Latin: Allaahumma Ahillahuu 'Alainaa bil Amni wal iimaani, was Salaami, wal Islaami, Rabbii wa Rabbukallaahu Hilaalu Rusydin wa Khair.
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah ini bulan membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, wahai bulan petunjuk dan kebaikan." (HR Ahmad dan At-Tirmidzi).
Doa ini diriwayatkan Thalhah bin Ubaidillah RA, dia berkata:
النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى الهلال قال: (اللهم أهله علينا بالامن والإيمان والسلام والإسلام ربي وربك الله)
Artinya: "Nabi shollallahu 'alaihi wasallam apbila melihat bulan hilal berdoa: "Ya Allah, tampakkan al-Hilal itu kepada kami (jadikanlah ini bulan) membawa keamanan dan keimanan, dengan keselamatan dan Islam." (HR At-Tirmidzi 3451, Hasan)
Imam Tirmidzi menyebut hadits ini hasan gharib. “Hasan” di sini berarti kualitas sanad atau matannya cukup baik, namun “gharib” berarti termasuk unik, jarang dalam riwayat atau sedikit periwayatnya, sehingga tidak banyak sanad bantuannya.
Karena status haditsnya bukan shahih mutlak di semua versi tetapi ada ulama yang menilai baik (hasan/sahih at-Tirmidhi), maka doa ini boleh diamalkan, tetapi dengan pemahaman bahwa ini adalah sunnah.
2. Doa Rasulullah Riwayat Abdullah bin Amr RA
Doa ini bersumber dari riwayat Abdullah bin 'Amr RA saat ditanya sahabat agar dipalingkan dari segala bentuk kesialan. Doa ini dishahihkan oleh Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah.
اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
Latin: Allahumma laa khaira illa khairuka wa laa thaira illa thairuka wa laa ilaaha ghairuka
Artinya: Wahai Allah, tidak ada kebaikan melainkan kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kecuali kesialan yang engkau takdirkan dan tidak ada sembahan selain-Mu." (HR Ahmad).
3. Doa Rasulullah Riwayat Utsman RA
Dalam riwayat lainnya, ada doa tolak bala lain yang bisa diamalkan muslim. Utsman bin Affan RA pernah mendengar Rasulullah SAW menganjurkan bacaan doa tolak bala berikut.
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Latin: Bismillahilladzi la yadurru ma'asmihi syai'un fil ardhi wa laa fissamaa'i, wa huwassamii'ul 'aliim
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan (mendatangkan mudharat). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)." (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
4. Doa Penolak Bala dari Abu Bakar Al-‘Adni
Doa ini dikutip dari kitab Mandzûmah Syarhil Atsar fî Mâ Warada ‘an Syahris Shafar karya Habib Abu Bakar Al-‘Adni dan ditulis Ustadz Amien Nurhakim dalam artikelnya berjudul Doa Bulan Safar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ هٰذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ، وَأَسْأَلُكَ بِجَلَالِكَ وَجَلَالِ وَجْهِكَ وَكَمَالِ جَلَالِ قُدْسِكَ أَنْ تُجِيْرَنِيْ وَوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَأَهْلِيْ وَأَحْبَابِيْ وَمَا تُحِيْطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِيْ مِنْ شَرِّ هٰذِهِ السَّنَةِ، وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ فِيْهَا، وَاصْرِفْ عَنِّيْ شَرَّ شَهْرِ صَفَرَ، يَا كَرِيْمَ النَّظَرِ، وَاخْتِمْ لِيْ فِيْ هٰذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِالسَّلَامَةِ وَالْعَافِيَةِ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَلِأَهْلِيْ وَمَا تَحُوْطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِيْ وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هٰذَا الشَّهْرِ، وَمِنْ كُلِّ شِدَّةٍ وَبَلَاءٍ وبَلِيَّةٍ قَدَّرْتَهَا فِيْهِ يَا دَهْرَ، يَا مَالِكَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ، يَا عَالِمًا بِمَا كَانَ وَمَا يَكُوْنُ، وَمَنْ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا قَالَ لَهُ: (كُنْ فَيَكُوْنُ) يَا أَزَلِيُّ يَا أَبَدِيُّ يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيْدُ يَاذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، يَاذَا الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ أَنْتَ تَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ اَللّٰهُمَّ احْرِسْ بِعَيْنِكَ أَنْفُسَنَا وَأَهْلَنَا وَأَمْوَالَنَا وَوَالِدِيْنَا وَدِيْنَنَا وَدُنْيَانَا الَّتِيْ ابْتَلَيْتَنَا بِصُحْبَتِهَا، بِبَرَكَةِ الْأَبْرَارِ وَالْأخْيَارِ، وَبِرَحْمَتِكَ يَاعَزِيْزُ يَاغَفَّارُ، يَاكَرِيْمُ يَاسَتَّارُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَنِ، يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ، اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ يَا مُجْمِلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنَا اللّٰهُمَّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْن
Latin: Bismilahirrahmanirrahim, wa shallallahu ta’âla ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala âlihi wa shahbihi ajma’în. A’ûdzu billahi min syarri hadzaz zaman wa ahlihi, wa as`aluka bi jalâlika wa jalâli wajhika wa kamâli jalâli qudsika an tujîrani wa walidayya wa ahlî wa ahbâbi wa mâ tuhîthuhu syafaqatu qalbi min syarri hadzas sanati, wa qini syarra mâ qhaddaita fîha, washrif ‘anni syarra syahri shafar, yâ Karîman nazhar, wakhtim lî fî hâdzas syahri wad dahri bis salamati wal ‘afiyati lî wa liwâdayya wa aulâdi wa li ahli wa mâ tahûthuhu syafaqatu qalbi wa jamî’il muslimîn, wa shallallahu ta’âla ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘alâ âli wa shahbihi wa sallam.
Allahumma innâ na’udzubika min syarri hadzas syahri, wa min kulli syiddatin wa balâin wa baliyyatin qaddartahâ fîhi yâ dahru, ya mâlikad dunya wal akhirat, ya ‘âliman bima kâna wa mâ yakûnu, wa man idzâ arâda syai`an qâla lahu: (kun fayakûn) yâ azaliyyu ya abadiyyu ya mubdi-u ya mu‘id ya dzal jalâli wal ikrâm, ya dzal ‘arsyil majîd anta taf’alu mâ turîd. Allahummahris bi ‘anika anfusana wa ahlana wa amwalana wa wâlidina wa dînana wa dunyânal latî ibtalaina bi suhbatiha, bi barakatil abrâri wal akhyâri, wa birahmatika ya ‘azîzu yâ ghaffâru, yâ karîmu yâ sattâru yâ arhamar râhimin.
Allahuma yâ syadîdal qawiyyi wa yâ syadidal mihani, yâ ‘azîzu dzallat li’izzatika jamîu khalkika, ikfîni min jami’i khalkika, yâ Muhsinu yâ Mujmilu yâ Mutafaddhil, yâ Mun’im, ya Mutakarrim, yâ man lâ ilaha illa Anta, irhamnâ allahumma bi rahmatika yâ arhamar rahimîn. Wa shallallahu ta’âla ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala âlihi wa shahbihi ajma’în.
Artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah selalu memberi rahmat kepada Tuan kami, Muhammad saw dan keluarganya serta sahabatnya semuanya. Aku berlindung dari keburukan zaman ini dan orang-orang yang memiliki keburukan itu, dan aku memohon dengan wasilah keagungan-Mu dan keagungan keridhaan-Mu serta keagungan kesucian-Mu, supaya Engkau melindungiku, kedua orang tuaku, keluargaku, orang-orang yang aku cintai dan sesuatu yang diliputi kasih sayangku, dari keburukan tahun ini, dan cegahlah aku dari keburukan yang telah Engkau tetapkan di dalamnya. Palingkanlah dariku keburukan di bulan Safar, wahai Dzat Yang Memiliki Pandangan Yang Mulia. Akhirilah aku di bulan ini, di waktu ini dengan keselamatan dan sejahtera bagi kedua orang tuaku, anak-anakku, keluargaku, dan sesuatu yang diliputi kasih sayangku seluruhnya. Semoga Allah selalu memberi rahmat dan keselamatan kepada tuan kami Muhammad saw dan keluarganya serta sahabatnya.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari keburukan bulan ini, dan dari segala kesukaran, bencana dan cobaan yang telah Engkau takdirkan di dalamnya, wahai Ad-Dahr (Allah), wahai sang pemilik dunia dan akhirat, wahai Zat Yang Maha mengetahui sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi, wahai Zat yang apabila menghendaki sesuatu mengucapkan: Kun fayakun, Wahai yang Zat yang tidak terikat waktu, wahai Zat yang abadi, wahai Zat yang menciptakan segala sesuatu, wahai Zat yang mengembalikan segala sesuatu, wahai Zat pemilik keagungan dan kemuliaan, wahai Zat pemilik ‘Arsyi yang mulia, Kau maha melakukan apa yang Kau kehendaki.
Ya Allah jagalah diri kami dengan pandangan-Mu, dan keluarga kami, harta kami, orang tua kami, agama kami, dunia yang kami dicoba untuk menghadapinya, dengan wasilah keberkahan orang-orang yang baik dan pilihan, dan dengan kasih sayang-Mu wahai yang maha perkasa, maha pengampun, maha mulia, maha menutup aib, duhai yang paling maha penyayang di antara para penyayang. Wahai Allah, wahai Zat yang sungguh amat kuat, Zat yang cobaannya sangat berat, wahai yang maha perkasa, yang mana seluruh mahlukNya tunduk karena keperkasaan-Mu, jagalah aku dari semua mahluk-Mu, wahai yang maha memperbagus, yang maha memperindah, yang maha memberikan keutamaan, yang maha memberikan kemuliaan, Yang Siapa tiada tuhan kecuali Engkau, kasih sayangilah kami dengan rahmat-Mu wahai Zat paling penyayang di antara para penyayang. Semoga Allah selalu memberi rahmat dan kepada tuan kami Muhammad SAW, dan keluarganya serta sahabatnya semua.”
Catatan: Doa ini bukan hadits Nabawi mutawātir yang dipakai untuk hukum. Mandzûmah Habib Abu Bakar adalah karya madzhûlah (kitab karangan ulama kontemporer/kitab manaqib/penjelasan atsar), bukan kitab hadits utama seperti Bukhari/Muslim.
Abu Bakar mengkompilasi atsar dan memberi panduan amalan. Oleh karena itu doa yang ia cantumkan dipandang sebagai amalan yang baik (sunnah atau dzikir yang sesuai), bukan sebagai kewajiban atau dalil fiqh yang mengikat.
Amalan-Amalan Sunnah di Bulan Safar
Imam Nawawi dalam Al-Adzkar menegaskan bahwa tidak ada amalan khusus pada bulan Safar. Imam Nawawi meluruskan bahwa bulan Safar tidak memiliki ibadah khusus, terlebih jika dikaitkan dengan kesialan. Ini berbeda seperti halnya Ramadhan (puasa) atau Dzulhijjah (haji, qurban).
Maka itu, umat Islam bisa melakukan amalan-amalan keseharian yang juga diamalkan di luar Safar. Berikut amalannya.
1. Puasa Sunnah (Senin-Kamis, Ayyamul Bidh: tanggal 13-14-15)
Puasa sunnah kapan saja dianjurkan dalam Islam karena memperkuat ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah. Di bulan Ṣafar, banyak yang menganjurkannya sebagai bagian dari meningkatkan ibadah menggantikan takhayul dan rasa takut yang tidak berdasar.
Jurnal Mudarrisuna berjudul 'Agama dan Kepercayaan Masyarakat Melayu Sungai Jambu Kayong Utara terhadap Bulan Safar, Wahab dkk, UIN Raniary, membahas kepercayaan tradisional Safar dan bagaimana Islam menawarkan amalan seperti puasa sebagai respons keimanan.
2. Memperbanyak Istighfar, Taubat, Doa, Dzikir Perlindungan
Karena bulan Safar sering dikaitkan dengan mitos dan takhayul bahwa bulan itu “sial”, umat Islam dianjurkan memperbanyak istighfar, memperbaharui taubat, dan memohon perlindungan Allah agar hati tidak terjerumus dalam kepercayaan salah dan agar dijauhkan dari bala dan ujian.
Jurnal Mudarrisuna juga mengidentifikasi bahwa komunitas yang masih memegang mitos biasanya dibarengi oleh dorongan untuk melakukan amalan-taubat agar dijauhkan dari keburukan.
3. Sedekah, Infak, Amal Sosial
Berbagi kepada sesama, membantu yang membutuhkan, merupakan amal sunnah yang membawa hikmah dan keberkahan. Di bulan Safar, sedekah juga dipandang sebagai cara melawan takhayul dan sebagai wujud iman bahwa segala kebaikan datang dari Allah.
4. Sholat Sunnah & Ibadah Tambahan
Melaksanakan sholat sunnah selain wajib, seperti Dhuha, Rawatib, Witir, tahajud, sebagai cara memperbanyak ibadah, memperkuat iman, menumbuhkan kesadaran akan hidup sebagai hamba, dan mendekatkan diri kepada Allah.
5. Menghadiri Majelis Ilmu
Menghadiri majelis ilmu, membaca dan merenungkan Al-Qur’an, diskusi agama; karena ilmu memperkuat keimanan dan bisa menjadi benteng dari kepercayaan yang keliru.
Keutamaan Bulan Safar
1. Bulan Pembersihan Diri
Salah satu keutamaan terbesar bulan Safar adalah menjadi waktu yang tepat untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan. Bulan ini memberikan kesempatan bagi setiap muslim untuk memperbaiki hubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala melalui tobat yang nasuha. Proses pembersihan diri ini sangat penting untuk mempersiapkan diri menghadapi bulan-bulan berikutnya.
2. Waktu yang Baik untuk Berdoa dan Berzikir
Bulan Safar merupakan waktu yang sangat baik untuk memperbanyak doa dan zikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak ada halangan atau larangan khusus untuk beribadah pada bulan ini, sehingga kita dapat beribadah dengan tenang dan khusyuk. Doa-doa yang dipanjatkan pada bulan ini memiliki peluang yang sama untuk dikabulkan seperti bulan-bulan lainnya.
3. Kesempatan Meningkatkan Amal
Bulan Safar memberikan kesempatan yang luas untuk meningkatkan berbagai amal tanpa ada batasan khusus. Semua bentuk ibadah seperti salat sunnah, puasa sunnah, membaca Al Quran, dan sedekah dapat dilakukan dengan bebas. Tidak ada anggapan atau kepercayaan yang melarang melakukan kebaikan pada bulan ini.
4. Bulan Refleksi dan Evaluasi Diri
Keutamaan lain dari bulan Safar adalah menjadi waktu yang tepat untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri. Setelah melewati bulan Muharram, kita dapat menggunakan bulan ini untuk mengevaluasi pencapaian dan merencanakan perbaikan ke depan. Refleksi yang mendalam akan membantu kita mengenali kekurangan dan kelebihan dalam beribadah.
5. Waktu yang Tepat untuk Menuntut Ilmu
Bulan Safar juga merupakan waktu yang sangat baik untuk menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Tidak ada larangan atau pantangan untuk belajar pada bulan ini, sehingga kita dapat memanfaatkannya untuk memperdalam pengetahuan keislaman. Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam dan memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Peristiwa Penting di Bulan Safar
1. Pernikahan Rasulullah SAW dengan Khadijah RA
Pernikahan Rasulullah SAW dan Khadijah RA berlangsung pada Bulan Safar tahun ke-25 sebelum hijrah. Rasulullah menikah pada usia 25 tahun saat beliau belum diangkat menjadi rasul.
Mahar yang diberikan kepada Khadijah adalah 20 ekor unta betina. Menikahnya Rasulullah dengan istri pertama beliau membuat banyak kaum muslim ikut mencontoh untuk menikah pada bulan yang sama yaitu Bulan Safar.
2. Hijrah Pertama dalam Sejarah Islam
Pada Bulan Safar jugalah terjadi peristiwa penting hijrah pertama dalam Islam, yang menjadi titik awal berdirinya kekhalifahan Islam di Madinah Al Munawwarah.
Hijrah Rasulullah dengan para sahabat bukanlah hijrah karena ingin memperluas kekuasaan semata. Hijrah ini adalah bentuk pertolongan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada umat Islam yang tertindas oleh kaum Quraisy di Mekah saat itu.
Riwayat lain mengatakan bahwa Rasulullah hijrah pertama kalinya pada Rabiul Awal 622 M, namun Rasulullah sudah memulai perjalanan hijrah sejak akhir Bulan Safar 622 M dan mengakhiri perjalanan pada Bulan Rabiul Awal di Madinah.
3. pernikahan Fatimah RA dengan Ali bin Abi Thalib
Fatimah binti Rasulullah adalah anak bungsu buah hati Rasulullah bersama Khadijah Radhiallahu ‘anhu. Fatimah adalah putri kesayangan Rasulullah dan disebut-sebut yang paling mirip dengan beliau. Mulai dari cara berjalan, berbicara, bahkan hingga cara duduknya.
Bulan Safar turut menjadi saksi bisu bersatunya dua insan yang saling memendam perasaan dalam diam karena ketakwaan yang kuat. Bukannya tidak ada laki-laki yang tertarik menjadi menantu Rasulullah, namun pria yang diharapkan belum kunjung datang untuk melamar.
Perlahan Rasulullah mulai memahami keinginan Fatimah yang ingin dinikahi Ali, sehingga Rasulullah pun ikut menjadi perantara bersatunya dua insan ini. Beliau jugalah yang menikahkan Fatimah dengan sahabat sekaligus sepupu beliau Ali bin Abi Thalib pada bulan safar.
4. Takluknya Romawi oleh Umat Islam
Peristiwa penting dan tak terlupakan selanjutnya dalam sejarah Islam adalah takluknya imperium Romawi oleh umat Islam kala itu. Peristiwa penaklukan ini terjadi pada Bulan Safar di bawah komando panglima islam Usamah bin Zaid yang dipercayai oleh Rasulullah Shalallahu Wassalam untuk memimpin pasukan.
Usamah bin Zaid adalah seorang anak muda yang awalnya diragukan para sahabat, namun karena Rasulullah mengetahui kehebatan terpendam pemuda ini. Tanpa ragu Rasulullah yang langsung menunjuk beliau menjadi komando, dibanding sahabat lain yang telah berpengalaman di Medan perang.
5. Perang Al-Abwa
Dalam terminologi sejarah keislaman, terdapat dua macam jenis perang, yakni Ghazwah yang artinya peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW sendiri, dan Sariyah yang artinya peperangan yang dipimpin oleh para sahabat. Pada tahun pertama hijriah Bulan Safar, Rasulullah SAW, ikut andil dalam perang Abwa. Secara langsung, Rasulullah SAW turut terjun dalam medan perang yang kadangkala disebut juga sebagai perang Buwath itu.
6. Perang Khaibar
Dikutip dari buku Sirah Nabawiyyah karya Abul Hasan Ali Al-Hasani An Nadwi, sekembalinya Rasulullah SAW dari Hudaibiyah pada bulan Dzulhijjah, beliau tinggal di Madinah selama beberapa hari pada bulan Muharram, lalu sisa hari dari bulan Muharram ke Bulan Safar itulah Rasulullah SAW pergi menuju Khaibar. Dengan pasukannya yang berjumlah 1.400 orang disertai 200 pasukan berkuda itu, Rasulullah SAW mampu menaklukan Khaibar yang meliputi benteng-benteng terkenal bernama Naim, Qumush, Syiq, dan Nithah. Perang tersebut terjadi pada tahun ketujuh hijriah di Bulan Safar.
Dan masih banyak lagi peristiwa besar dan penting pada bulan Safar yang menunjukkan bahwa bulan ini bukanlah bulan sial.
People also Ask:
1. Doa bulan Safar dibaca kapan?
Doa bulan Safar dapat dibaca sepanjang bulan Safar, khususnya pada malam pergantian bulan (awal Safar), setelah shalat subuh dan maghrib, serta pada hari Rabu terakhir bulan Safar yang dikenal sebagai Rebo Wekasan untuk memohon perlindungan dari bala dan malapetaka.
2. Apa yang harus dibaca di bulan Safar?
“Allahumma barik lana fii shafar, wa a'inna 'ala tho'atik, waqina syarra maa qaddart wa qadar.” Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Safar, bantulah kami untuk taat kepada-Mu, dan lindungilah kami dari keburukan apa yang Engkau takdirkan.”
3. Doa Safar yang shahih?
Arab latin: Allaahumma hawwin 'alainaa safaranaa hadzaa wathwi 'annaa bu'dahu allaahumma anta ashshoohibu fissafari walkholiifatu fil-ahl. Artinya: "Ya Allah, mudahkanlah kami bepergian ini, dan dekatkanlah kejauhannya. Ya Allah yang menemani dalam bepergian, dan Engkau pula yang melindungi keluarga."
4. Apa yang harus didoakan di bulan Safar?
Anda juga bisa berdoa: " Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dalam perjalanan kami untuk kebaikan, ketakwaan, dan amal saleh yang Engkau ridhoi . Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami dan perpendeklah jarak perjalanan kami. Ya Allah, Engkau adalah teman perjalanan kami dan pelindung keluarga kami (saat kami tidak ada).