Ahmad Ya Habibi Lirik dan Artinya, Ketahui Makna Mendalam di Balik Nasyid Populer

2 months ago 22

Liputan6.com, Jakarta Lagu “Ahmad Ya Habibi” menjadi salah satu nasyid populer yang sering dilantunkan dalam majelis sholawat dan dzikir di berbagai tempat. Liriknya sederhana namun sarat makna cinta, salam, dan kerinduan mendalam kepada Rasulullah ﷺ.

Menurut buku Al-Madīḥ an-Nabawī fīl-Adab al-‘Arabī karya Dr. Muhammad Ibrahim al-Khudhari, qasidah seperti ini merupakan bagian dari madīḥ nabawi yang memiliki keindahan sastra sekaligus kekuatan spiritual. Lirik-lirik tersebut bukan hanya puisi pujian, tetapi juga bentuk doa dan rasa cinta mendalam umat kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Lagu ini bukan hanya sebuah karya seni suara, tetapi juga refleksi teologis dan emosional yang menggambarkan kehadiran Rasulullah sebagai pusat cinta ilahi. Setiap bait dalam “Ahmad Ya Habibi” menyimpan pengajaran akhlak Islam, keindahan bahasa Arab, dan menghidupkan rasa rindu umat kepada Rasulullah ﷺ.

Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang ahmad ya habibi lirik dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (10/7/2025).

Ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Demak, Jawa Tengah menggelar istighosah dan doa bersama di Jalan Pantura.

Ahmad Ya Habibi Lirik Arab dan Artinya

Sholawat “Ahmad Ya Habibi” termasuk dalam genre qasidah madīḥ, yaitu puisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang berkembang sejak era klasik Islam. Liriknya banyak digunakan dalam majelis-majelis dzikir, perayaan Maulid Nabi, dan pertunjukan nasyid. Berikut kutipan lirik utama dalam bentuk Arab dan transkripsi Latin-nya:

أَحْمَدْ يَا حَبِيْبِيْ، حَبِيْبِي سَلَامْ عَلَيْكَ  

Ahmad ya habibi, habibi salam ‘alaika

"Ahmad, wahai kekasihku." "Wahai kekasih, keselamatan tercurah atasmu."

يَا عَوْنَ الْغَرِيبِ، سَلَامٌ عَلَيْكَ  

Ya ‘aunal ghorīb, salām ‘alaika

"Wahai penolong orang yang asing/terasing."

أَمْنٌ وَسَلَامٌ، سَلَامٌ عَلَيْكَ  

Amnun wa salām, salām ‘alaika

"Kedamaian dan keamanan."

دِينُكَ الْإِسْلَامُ، سَلَامٌ عَلَيْكَ  

Dīnukal Islām, salām ‘alaika

"Agamamu adalah Islam."

جِئْتَ بِالْقُرْآنِ، سَلَامٌ عَلَيْكَ  

Ji’ta bil-Qur’ān, salām ‘alaika

Ji’ta bil-Qur’ān

Makna Mendalam Lirik Ahmad Ya Habibi

Ahmad ya habibi"

Ahmad, wahai kekasihku."

Frasa ini merupakan pembuka yang sangat kuat dalam struktur puisi Arab. Nama “Ahmad” adalah salah satu nama Nabi Muhammad SAW yang termaktub dalam Al-Qur’an (QS. As-Saff: 6), ketika Nabi Isa AS menyampaikan nubuat:

"Dan memberi kabar gembira tentang seorang Rasul yang akan datang setelahku, namanya Ahmad.”

Penggunaan kata “habibi” (حبيبي) yang berarti "kekasihku" adalah ungkapan cinta spiritual tertinggi dalam syair madīḥ. Dalam sufisme, Nabi Muhammad diposisikan bukan hanya sebagai teladan atau pemimpin, tetapi juga sebagai kekasih ruhani (maḥbūb rūḥānī) yang menjadi pusat cinta ilahi (maḥabbah). Frasa ini mencerminkan relasi batin umat dengan Nabi yang sangat dalam, penuh kasih, hormat, dan kerinduan.

Habibi salam ‘alaika"

Wahai kekasih, keselamatan tercurah atasmu."

Kalimat ini mengandung sholawat dan salam, yaitu bentuk doa yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam banyak hadits sahih, Nabi Muhammad bersabda bahwa siapa yang membaca sholawat kepadanya akan mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat. (HR. Muslim, No. 408)

Secara spiritual, ucapan “salam ‘alaika” merupakan bentuk komunikasi rohani yang menunjukkan bahwa cinta kepada Nabi bukan sekadar emosional, tetapi juga aktual dalam bentuk penghormatan, doa, dan harapan pertemuan di akhirat. Dalam konteks madīḥ, salam juga merupakan pujian agung, karena hanya orang yang memiliki kemuliaan besar yang pantas menerima salam secara khusus.

Ya ‘aunal ghorīb"

Wahai penolong orang yang asing/terasing."

Ungkapan ini sangat kuat secara psikologis dan sosial. Kata “ghorīb” (غريب) dalam bahasa Arab tidak hanya berarti orang asing dalam arti geografis, tetapi juga mencakup makna keterasingan spiritual, kesendirian dalam iman, dan rasa kehilangan arah.

Dalam Qasāid al-Madīḥ an-Nabawī karya Syaikh Ahmad al-Barzanji, Nabi digambarkan sebagai penolong orang yang tersesat, yatim, tertindas, dan mereka yang tidak punya siapa-siapa. Nabi Muhammad disebut sebagai "rahmatan lil ‘alamin" (rahmat bagi semesta alam), dan dalam konteks ini, beliau adalah pelindung semua yang merasa kehilangan arah di dunia.

Amnun wa salām

"Kedamaian dan keamanan."

Frasa ini menyiratkan dua dimensi: batin dan sosial. Nabi Muhammad membawa Islam sebagai agama yang akar katanya dari “salām” (damai), yang esensinya adalah keselamatan, keamanan, dan ketenangan. Menurut Dr. Muhammad Ibrahim al-Khudhari dalam bukunya Al-Madīḥ an-Nabawī fīl-Adab al-‘Arabī, kata-kata semacam ini merupakan bagian penting dari puisi-puisi pujian karena menggambarkan manfaat nyata dari ajaran Nabi: menciptakan masyarakat yang damai dan individu yang tenang jiwanya.

Dīnukal Islām

"Agamamu adalah Islam."

Pernyataan ini adalah afirmasi yang sangat tegas dan lugas mengenai risalah Nabi Muhammad SAW. Dalam QS. Al-Mā’idah: 3, Allah menyatakan:

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam sebagai agamamu.”

Madīḥ ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad membawa agama yang bukan hanya ritualistik, tetapi juga sistem hidup yang mencakup akhlak, sosial, ekonomi, dan peradaban. Islam sebagai agama Nabi adalah agama yang membawa nilai-nilai keadilan, cinta kasih, dan kebenaran universal.

Ji’ta bil-Qur’ān"

Engkau datang membawa Al-Qur’an."

Baris ini menyoroti peran fundamental Nabi Muhammad sebagai rasūl, yaitu pembawa wahyu. QS. Al-Baqarah: 185 menyebutkan:

“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang batil.”

Dengan membawa Al-Qur’an, Nabi bukan hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga memberi pedoman moral dan hukum yang menuntun umat dari kegelapan menuju cahaya (minazh-zulumāti ilan-nūr). Dalam konteks qasidah, lirik ini adalah bentuk penghormatan atas peran kenabian sebagai pembawa petunjuk dan penyelamat jiwa manusia dari kesesatan.

Asal Usul Lagu Ahmad Ya Habibi

Lagu atau kasidah “Ahmad Ya Habibi” merupakan salah satu bentuk ekspresi cinta kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diwariskan turun-temurun dari tradisi keilmuan Islam klasik, khususnya dari dunia Arab. Berdasarkan catatan sejarah dan beberapa kajian pustaka, lagu ini diyakini berasal dari karya ulama besar Yaman, Habib Ahmad bin Muhammad Al-Haddad dari Hadhramaut, yang hidup pada abad ke-18.

Dalam buku Diwan al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Haddad yang disusun oleh para murid beliau dan diterbitkan ulang oleh Dar al-Hawi (1998), sejumlah syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang serupa dengan “Ahmad Ya Habibi” tercantum dalam bentuk qasidah klasik. Meski tidak menyebutkan judul "Ahmad Ya Habibi" secara eksplisit, struktur lirik dan pujiannya sangat mirip dengan versi populer saat ini, terutama pada bait:

"Ahmad ya Habibi, ya nur al-‘ayni..." yang dalam kitab tersebut disebut sebagai bentuk madih nabawi atau pujian kenabian.

Lebih lanjut, peneliti Arab asal Yaman, Dr. Muhammad Bin al-Shalih al-Harithi, dalam bukunya Turats al-Hadrami fi al-Madih al-Nabawi (Warisan Hadhrami dalam Pujian kepada Nabi), menyebutkan bahwa qasidah-qasidah dari Hadhramaut banyak menyebar ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, melalui para dai dan habaib sejak abad ke-19. Salah satu yang populer adalah bentuk pujian yang kemudian diadopsi sebagai “Ahmad Ya Habibi”. Dr. al-Harithi mencatat bahwa bentuk pengulangan bait dan struktur musikal lagu ini memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kasidah lisan di berbagai majelis zikir.

Hal ini diperkuat oleh penjelasan dalam buku Islam Nusantara: Relasi Hadhramaut dan Jawa dalam Bidang Dakwah dan Sastra Religius karya Dr. Azyumardi Azra (Penerbit Kencana, 2011). Azra menjelaskan bahwa para penyair dan ulama Hadhrami yang bermigrasi ke Nusantara membawa serta tradisi kasidah pujian, yang kemudian berkembang dalam budaya Islam Indonesia. Kasidah “Ahmad Ya Habibi” diduga kuat merupakan bagian dari gelombang ini.

Dalam praktiknya, lagu ini terus berkembang dan mengalami modifikasi musikal. Versi populer di Indonesia banyak dikenal melalui rekaman Haddad Alwi dalam album Cinta Rasul dan lebih belakangan lagi, melalui Sabyan Gambus di kanal YouTube. Namun, bentuk aslinya sebagai syair qasidah dapat dirunut ke karya-karya sastra Arab klasik seperti yang dibahas dalam buku Qawa‘id al-Madih al-Nabawi oleh Dr. Ibrahim al-Jurani (Dar Ibn Hazm, 2003), yang menjelaskan struktur dan keindahan kasidah pujian kepada Nabi yang menjadi akar dari lagu-lagu seperti ini.

QnA Seputar Ahmad Ya Habibi

Q: Apa arti sebenarnya dari “Ahmad Ya Habibi”?

A: “Ahmad Ya Habibi” berarti Wahai Ahmad, Kekasihku. Dalam konteks sholawat atau qasidah, “Ahmad” adalah salah satu nama Nabi Muhammad ﷺ, sedangkan “Ya Habibi” adalah panggilan mesra penuh cinta dan penghormatan kepada beliau.

Q: Mengapa sholawat “Ahmad Ya Habibi” sering membuat pendengarnya menangis?

A: Banyak yang menangis saat mendengar “Ahmad Ya Habibi” karena lantunan nadanya yang lembut, liriknya menyentuh kerinduan kepada Nabi ﷺ, dan menghadirkan suasana haru yang menggetarkan hati, apalagi jika didengar dalam kondisi hati sedang rindu ketenangan.

Q: Dari mana asal lagu atau qasidah “Ahmad Ya Habibi” ini sebenarnya?

A: “Ahmad Ya Habibi” berasal dari tradisi qasidah Arab yang kemudian banyak dibawakan dalam acara maulid dan majelis sholawat di Yaman, Mesir, hingga Indonesia. Versinya sangat beragam, mulai dari qasidah klasik hingga aransemen modern oleh grup hadroh seperti Al-Banjari.

Q: Apakah “Ahmad Ya Habibi” hanya boleh dinyanyikan dalam acara keagamaan saja?

A: Tidak harus. “Ahmad Ya Habibi” juga sering dilantunkan saat berkendara, sebelum tidur, atau saat belajar untuk mendatangkan ketenangan hati. Namun, tetap dijaga adab saat melantunkannya karena isinya berupa pujian kepada Rasulullah ﷺ.

Q: Apakah ada keutamaan membaca atau mendengarkan sholawat seperti “Ahmad Ya Habibi”?

A: Ya, mendengarkan dan bersholawat kepada Nabi ﷺ termasuk amal yang mendatangkan ketenangan, rahmat, serta syafaat di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali” (HR. Muslim).

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |