Apa Itu Huruf Arab Pegon? Ini Penjelasan dan Sejarahnya

8 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Huruf Arab Pegon adalah salah satu warisan kebudayaan Islam yang memiliki nilai sejarah tinggi di Nusantara. Keyword: Huruf Arab Pegon menjadi simbol akulturasi antara Islam dan budaya Jawa yang berkembang sejak masa Wali Songo. Aksara ini tidak hanya berfungsi sebagai media tulis, tetapi juga sarana dakwah yang efektif pada masanya.

Huruf Arab Pegon berasal dari bentuk tulisan Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Sunda, dan Madura. Melalui aksara ini, masyarakat Jawa dapat memahami ajaran Islam tanpa harus menguasai bahasa Arab secara mendalam. Inovasi ini menjadi jembatan antara nilai-nilai Islam dan tradisi lokal yang kuat.

Dalam sejarahnya, huruf Pegon berperan besar dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Para ulama dan santri menggunakan aksara ini untuk menulis tafsir, kitab kuning, hingga karya sastra yang bernafaskan keislaman. Tak jarang, pesan-pesan moral dan nasihat dalam bentuk tembang atau puisi juga ditulis menggunakan huruf Pegon.

Penamaan “Pegon” berasal dari kata Jawa pego, yang berarti “tidak lazim” atau “aneh”, sebab tulisan Arab digunakan untuk menulis bahasa lokal. Kendati demikian, kehadirannya justru menjadi langkah strategis dakwah Islam di masa lalu.

Promosi 1

Asal-usul Huruf Arab Pegon

Menurut berbagai catatan sejarah, huruf Pegon pertama kali diciptakan oleh Sunan Ampel, salah satu anggota Wali Songo. Pada masa transisi dari Majapahit menuju Mataram Islam, masyarakat Jawa masih terbiasa dengan aksara Jawa kuno dan bahasa Sansekerta. Kondisi ini membuat dakwah Islam sulit diterima secara menyeluruh.

Sunan Ampel kemudian memadukan aksara Arab dengan bahasa Jawa, menghasilkan tulisan baru yang mudah dipahami masyarakat setempat. Dengan cara ini, para santri dapat membaca teks berbahasa Jawa namun tetap merasakan nuansa keislaman melalui huruf Arab.

Dalam buku Tulisan Pegon Wujud Identitas Islam-Jawa karya Titik Pudjiastuti, dijelaskan bahwa huruf Pegon menjadi simbol identitas Islam Jawa. Bentuknya Arab, namun bunyinya Jawa—sebuah bentuk harmoni yang merepresentasikan penyebaran Islam dengan cara damai dan kultural.

Huruf Pegon ditulis dalam dua sistem: berharakat dan tanpa harakat. Tulisan berharakat digunakan untuk teks agama agar maknanya lebih jelas, sedangkan tanpa harakat sering dipakai dalam catatan atau surat pribadi.

Struktur dan Bunyi Huruf Pegon

Seperti tulisan Arab, Pegon menggunakan tanda diakritik untuk menandai vokal. Namun, ada tambahan vokal khas yang berasal dari bahasa Jawa, seperti ê pepet, é taling, dan o taling tarung.

ê pepet ditandai dengan garis kecil bergelombang di atas huruf

é taling menggunakan kombinasi huruf ya dan fathah

o taling tarung memakai kombinasi huruf wau dan fathah

Perpaduan tanda tersebut menjadikan Pegon lebih fleksibel dalam melafalkan bunyi bahasa daerah, tanpa kehilangan ciri khas Arab-nya.

Di pesantren-pesantren tradisional, para kiai masih menggunakan huruf Pegon untuk menulis syarah kitab kuning. Hal ini membantu para santri memahami makna teks Arab melalui bahasa daerah yang mereka kuasai.

Fungsi Huruf Pegon di Masa Lalu dan Kini

Awalnya, Huruf Arab Pegon difungsikan sebagai alat bantu dakwah. Namun, seiring perkembangan zaman, Pegon juga digunakan dalam berbagai karya tulis, mulai dari surat pribadi, teks sejarah, hingga karya sastra.

Kitab klasik seperti Hidayah al-Mubtadi’in fi Bayan Makharij al-Huruf wa Sifatiha karya KH Abdul Hamid dari Cianjur menggunakan aksara Pegon Sunda. Sementara naskah sejarah seperti Babad Diponegoro juga ditulis dalam Pegon.

Tak hanya di Jawa, huruf ini juga berkembang di wilayah lain seperti Banten, Madura, hingga Lombok. Hal ini menunjukkan bahwa aksara Pegon diterima luas sebagai media tulis umat Islam Nusantara.

Aksara dan Identitas Islam Nusantara

Dalam buku Wali Sanga karya Masykur Arif, disebutkan bahwa penciptaan Pegon memiliki misi besar: memudahkan masyarakat memahami Islam. Dengan menulis ajaran agama menggunakan bahasa mereka sendiri, pesan Islam bisa tersampaikan secara lebih menyentuh.

Fenomena ini memperlihatkan kecerdasan dakwah Wali Songo yang tidak hanya berfokus pada dogma, tetapi juga pendekatan budaya. Islam diterima bukan melalui kekuasaan, melainkan melalui penyesuaian dan kasih sayang.

Kini, keberadaan huruf Pegon menjadi bagian dari identitas Islam Nusantara. Di pesantren, para santri masih belajar menulis dan membaca Pegon, menjaga kesinambungan tradisi yang telah berusia berabad-abad.

Upaya Pelestarian dan Pembelajaran Pegon

Beberapa pesantren modern mulai mengajarkan kembali Huruf Arab Pegon kepada generasi muda. Melalui buku seperti Pintar Menulis Arab & Pegon serta pelatihan daring, aksara ini dikenalkan secara praktis kepada pelajar dan santri.

Kementerian Agama juga mendorong integrasi Pegon dalam pelajaran bahasa Arab di madrasah, agar siswa tidak hanya memahami struktur Arab, tetapi juga mengenal sejarah kebudayaan Islam Nusantara.

Dalam dunia akademik, sejumlah penelitian menyoroti eksistensi Pegon, seperti jurnal “Eksistensi Aksara Pegon: Media Penyebaran Ilmu Agama di Pesantren Salaf Se-Kabupaten Banyuwangi” karya Aris Widyanto dan Fandi Akhmad (2022).

Penelitian lain, “Fenomena Aksara Pegon dalam Tradisi Penulisan Tafsir Pesantren” oleh Ahmad Baidowi (2020), menegaskan bahwa Pegon menjadi sarana penguatan identitas keilmuan pesantren tradisional.

Contoh Huruf dan Pelafalan

Berikut beberapa contoh huruf Pegon hasil modifikasi dari abjad Arab:

ا = ʾalif ب = bāʾ ت = tāʾ ث = ṡaʾ ج = jīm چ = ca ح = ha خ = kha د = dal ذ = zal ڎ = dha ر = ra ز = za س = sin ش = syin ص = sad ض = dha ط = ta ڟ = tha ظ = za ع = ain' غ = gain ڠ = nga ف = fa ڤ = pa ق = qaf ك = kaf ڮ = gaf ل =lam م = mim ن = nun ۑ = nya و = wau ھ = ha ي = ya

Selain itu, huruf-huruf seperti tha, dha, dan syin tetap dipertahankan untuk menjaga keaslian karakter Arab. Perpaduan ini menghasilkan sistem tulisan yang unik dan kaya secara fonetik.

Sebagai contoh sederhana, kata “ngaji” dalam Pegon bisa ditulis dengan huruf ن (nun), ڠ (nga), ج (jim), dan ي (ya). Sistem ini memudahkan masyarakat memahami teks tanpa kehilangan esensi bahasa daerah.

Makna Spiritual dan Filosofis

Huruf Pegon tidak hanya sarana tulis, tetapi juga memiliki makna spiritual. Para ulama memandangnya sebagai bentuk cinta terhadap ilmu dan upaya mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam setiap goresan huruf, terkandung nilai dakwah yang lembut: mengajarkan tanpa memaksa, mendidik tanpa menggurui. Inilah yang membuat aksara ini bertahan di hati masyarakat pesantren hingga kini.

Tulisan Pegon juga menjadi simbol keberanian budaya Islam Jawa untuk beradaptasi tanpa kehilangan akidah. Ia membuktikan bahwa Islam dapat tumbuh di berbagai tanah dengan wajah yang penuh kearifan lokal.

Huruf Arab Pegon adalah hasil akulturasi Islam dan budaya Jawa yang melahirkan karya tulis sarat nilai sejarah, linguistik, dan spiritualitas. Dari Sunan Ampel hingga pesantren modern, Pegon terus menjadi jembatan pengetahuan dan iman.

Keberadaannya menegaskan bahwa Islam di Nusantara berkembang melalui pendekatan budaya dan bahasa, bukan kekerasan. Pelestarian Pegon berarti menjaga warisan peradaban yang mengajarkan toleransi dan kebijaksanaan.

People Also Talk:

1. Apa fungsi utama huruf Arab Pegon? Sebagai media dakwah Islam dan alat bantu memahami teks agama bagi masyarakat Jawa.

2. Siapa pencipta huruf Pegon? Sunan Ampel, salah satu anggota Wali Songo.

3. Apakah huruf Pegon sama dengan aksara Arab? Tidak. Pegon menggunakan huruf Arab tetapi disesuaikan dengan fonetik bahasa Jawa dan daerah lain.

4. Mengapa disebut “Pegon”? Karena dalam bahasa Jawa, pego berarti “tidak lazim”, merujuk pada penggunaan huruf Arab untuk bahasa Jawa.

6. Apakah huruf Pegon masih digunakan sekarang? Ya, terutama di pesantren tradisional dan penelitian naskah kuno Islam Nusantara.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |