Liputan6.com, Jakarta Sebelum menunaikan sholat, terlebih dulu umat Islam harus bersuci dengan wudhu. Dengan wudhu, seseorang tidak hanya membersihkan diri dari kotoran fisik, tapi juga mensucikan hati dan jiwa sebelum menghadap Allah SWT. Amalan ini merupakan bentuk penyucian lahir batin, dan wajib dilakukan sebagai awal dari suatu ibadah.
Sholat tanpa wudhu tidak akan sah. Bahkan Nabi ﷺ pernah bersabda,
“Tidak ada sholat kecuali dengan thoharoh. Tidak ada sedekah dari hasil pengkhianatan.” (HR. Muslim.)
Lebih dari sekadar ritual, wudhu memiliki nilai spiritual yang mendalam. Untuk mengawalinya, ada niat wudhu tertentu yang perlu kita lafadzkan. Bacaan niat wudhu ini adalah bagian dari tata cara wudhu yang membuatnya menjadi lebih afdhal.
Pengertian dan Hukum Wudhu
Secara bahasa, wudhu diambil dari kata “al-wadha’ah” yang memiliki arti kebersihan dan keindahan. Sementara secara syar’I, wudhu merupakan penggunaan air di bagian tubuh tertentu dengan niat ibadah untuk menghilangkan hadas kecil.
Hukum wudhu bisa berbeda pula, tergantung pada kondisi. Wudhu akan menjadi wajib ketika seseorang hendak melaksanakan ibadah seperti sholat, thawaf, atau menyentuh Al-Quran. Namun juga bisa menjadi sunnah ketika dilakukan untuk menjaga kebersihan atau saat berusaha menjaga wudhu sebagaimana kebiasaan Nabi ﷺ.
Dalil kewajiban wudhu termaktub dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 6, yang menjelaskan tata cara dan anggota tubuh yang harus dibasuh.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Niat Wudhu
Niat merupakan inti dari setiap ibadah. Tanpa niat wudhu, wudhu hanya menjadi aktivitas membasuh tubuh tanpa nilai ibadah. Dengan berniat, kita menghadirkan kesadaran dalam hati untuk melaksanakan wudhu semata-mata karena Allah SWT. Bacaan wudhu ini tidak harus diucapkan dengan keras, melainkan cukup dalam hati.
Adapun lafadz niat wudhu yang bisa Anda baca yaitu:
نَوَيْتُ الْوُضُوءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الأَصْغَرِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitul wudhu’a li raf‘il hadatsil ashghari lillāhi ta‘ālā
“Aku berniat berwudhu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah Ta’ala.”
Syarat Sah Wudhu
Dalam berwudhu, ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi agar ibadah menjadi sah secara syariat. Jika syarat-syarat ini tidak dipenuhi, wudhu bisa tidak dianggap sah meski urutan cara berwudhunya sudah tepat.
Syarat sah wudhu tersebut antara lain:
- Menggunakan air suci lagi menyucikan, bukan air najis atau air musta’mal.
- Tidak terdapat sesuatu yang menghalangi air menyentuh kulit, seperti cat kuku, lem, atau make up tebal.
- Wudhu dilakukan oleh orang berakal dan sudah mumayyiz (bisa membedakan baik dan buruk).
- Tidak dalam keadaan junub, karena hadas besar harus disucikan dengan mandi wajib.
- Masuk waktu shalat, menurut sebagian ulama, jika wudhu dilakukan untuk ibadah tertentu.
Syarat ini menjadi pondasi agar wudhu diterima dan memiliki nilai ibadah. Sebagaimana dijelaskan dalam Safinatun Naja, kesempurnaan niat dan kebersihan air menjadi faktor utama sahnya wudhu.
Rukun Wudhu
Selain syarat sahnya, ada pula enam rukun utama yang harus dilakukan agar wudhu menjadi sah. Sama seperti rukun Iman, rukun wudhu ini juga bersifat wajib dan tidak boleh ditinggalkan meskipun hanya satu.
Rukun wudhu tersebut adalah:
- Niat Wudhu
- Membasuh wajah
- Membasuh kedua tangan hingga siku
- Mengusap sebagian kepala
- Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
- Tertib (berurutan)
Tata Cara Wudhu Lengkap Sesuai Sunnah
Usai membaca niat wudhu, maka seseorang masuk ke tata cara wudhu. Tata cara wudhu yang benar harus dilakukan sesuai dengan contoh Rasulullah ﷺ. Setiap urutan tidak boleh ada yang terbalik, karena kesempurnaan wudhu mencerminkan kesempurnaan ibadah.
Urutan wudhu yang benar dijelaskan dalam salah satu hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan dari Humran, seorang pembantu Utsman yang menceritakan bahwa Utsman bin Affan pernah meminta air untuk wudhu kemudian dia ingin berwudhu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya 3 kali, kemudian berkumur-kumur diiringi memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh mukanya 3 kali, kemudian membasuh tangan kanan sampai ke siku tiga kali, kemudian mencuci tangan yang kiri seperti itu juga, kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki yang kiri seperti itu juga. Kemudian Utsman berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian dia shalat dua rakaat dengan khusyuk (tidak memikirkan urusan dunia dan yang tidak punya kaitan dengan shalat), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. Ibnu Syihab berkata, “Ulama kita mengatakan bahwa wudhu seperti ini adalah contoh wudhu yang paling sempurna yang dilakukan seorang hamba untuk shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim.)
Jika diurutkan, maka langkah-langkah wudhu sesuai sunnah Nabi ﷺ adalah sebagai berikut:
- Membaca basmalah sebelum memulai.
- Mencuci kedua tangan sebanyak tiga kali.
- Berkumur dan membersihkan hidung (istinsyaq) masing-masing tiga kali.
- Membasuh wajah tiga kali, mulai dari dahi hingga dagu.
- Membasuh kedua tangan hingga siku, kanan dahulu lalu kiri.
- Mengusap kepala, termasuk telinga bagian dalam dan luar.
- Membasuh kedua kaki hingga mata kaki, dimulai dari kanan.
Usai berwudhu, ada pula bacaan doa setelah wudhu yang bisa diamalkan.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ
Asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah. Wa asyhadu anna muhammadan 'abduhuu warasuuluh. Allaahummaj'alnii mina-t-tawwaabiina waj'alnii minal mutathahhiriin.
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang yang menyucikan diri.”
Amalan berikutnya yang bisa dilakukan setelah wudhu adalah mendirikan sholat sunnah wudhu.
Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
Penting juga untuk mengetahui hal-hal yang bisa membatalkan wudhu agar ibadah tetap sah. Hal-hal yang membatalkan wudhu antara lain:
- Keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur (seperti air kencing, angin, atau tinja).
- Hilangnya akal karena tidur nyenyak, pingsan, atau mabuk.
- Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa penghalang.
- Bersentuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram (menurut sebagian ulama).
- Keluarnya darah atau muntah banyak (menurut sebagian mazhab).
Mengetahui hal-hal ini membantu seseorang menjaga kesucian diri sepanjang hari. Dengan begitu, setiap ibadah yang dilakukan tetap sah dan diterima oleh Allah SWT.
Pertanyaan dan Jawaban
1. Apa niat wudhu yang benar?
Niat wudhu cukup di dalam hati, boleh dibantu dengan lafaz Arab untuk membantu konsentrasi.
2. Berapa kali membasuh anggota wudhu?
Tiga kali untuk sunnah, satu kali sudah sah menurut syariat.
3. Apakah wudhu batal jika menyentuh istri?
Tergantung mazhab. Menurut Syafi’i batal, sedangkan menurut Hanafi tidak.
4. Apa doa setelah wudhu?
“Asyhadu an laa ilaaha illallaah... wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah.”
5. Apakah boleh wudhu tanpa air?
Boleh jika tidak ada air atau tidak bisa menggunakannya, dengan cara tayamum.