Apa yang Harus Dilakukan di Hari Rebo Wekasan? Ini Panduan Lengkapnya

1 week ago 7

Liputan6.com, Jakarta Rebo Wekasan adalah istilah untuk hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriah. Dalam kepercayaan sebagian umat Islam, khususnya di Indonesia, hari ini diyakini sebagai momen turunnya berbagai musibah atau bala. Meskipun tidak seluruh ulama sepakat akan keyakinan ini, tradisi Rebo Wekasan tetap dilestarikan sebagai bentuk spiritualitas dan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan.

Pemahaman ini mendorong masyarakat untuk meningkatkan ibadah dan melakukan sejumlah amalan. Fokusnya bukan pada menganggap waktu membawa kesialan, melainkan pada kesadaran bahwa kehidupan selalu mengandung potensi ujian. Oleh karena itu, momentum ini dimanfaatkan untuk memperbanyak doa, memohon keselamatan, dan introspeksi diri.

Tahun 2025, Rebo Wekasan jatuh pada tanggal 20 Agustus. Momen ini menjadi waktu yang tepat untuk mengisi hari dengan ibadah dan amalan yang bermanfaat. Berikut panduan lengkap amalan yang bisa dilakukan, disusun secara kronologis dan mudah dipahami.

Asal-usul dan Keyakinan Rebo Wekasan

Tradisi Rebo Wekasan, yang juga dikenal sebagai Rebo Pungkasan atau Rebo Kasan, secara harfiah berarti "Rabu terakhir". Penamaan ini merujuk pada waktu pelaksanaannya yang selalu jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Hijriah. Sebagai contoh, Rebo Wekasan pada tahun 2025 diperkirakan akan jatuh pada tanggal 20 Agustus 2025.

Keyakinan utama di balik tradisi ini adalah anggapan bahwa hari Rebo Wekasan merupakan waktu turunnya berbagai macam bala atau bencana. Sebagian ulama bahkan menyebutkan bahwa pada hari ini diyakini akan turun hingga tiga ratus ribu jenis bencana ke bumi. Oleh karena itu, berbagai upacara dan amalan yang dilakukan bersifat tolak bala, bertujuan untuk menghindarkan diri dari marabahaya dan penyakit.

Asal-usul tradisi Rebo Wekasan dapat ditelusuri dari anjuran beberapa ulama terkemuka seperti Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi dalam kitabnya "Fathul Malik Al-Majid". Tradisi ini juga dipercaya telah ada sejak zaman Walisongo, yang menggunakan pendekatan budaya untuk menyebarkan ajaran Islam di Nusantara. Beberapa catatan sejarah juga mengaitkannya dengan mitos lokal seperti pertemuan Sultan Agung dengan Kanjeng Ratu Kidul di tempuran Sungai Gajahwong dan Sungai Opak.

1. Mandi Sunah untuk Menyambut Hari dengan Kesucian

Sebelum memulai aktivitas pada hari Rebo Wekasan, disarankan untuk mandi sunah sebagai bentuk penyucian diri secara fisik dan spiritual. Mandi ini dilakukan sebagaimana mandi sunah biasa, dengan niat untuk membersihkan diri dan menyambut hari yang dianggap penting oleh sebagian kalangan.

Tujuan dari mandi ini bukanlah karena meyakini adanya bala dari air atau udara pada hari tersebut, melainkan sebagai bentuk kesiapan mental dan spiritual. Dalam Islam, kebersihan adalah bagian dari iman. Maka, mandi ini menjadi awal yang baik untuk memasuki hari dengan niat ibadah.

Waktu terbaik untuk mandi sunah Rebo Wekasan adalah pagi hari sebelum salat sunah dikerjakan. Dengan tubuh bersih dan segar, diharapkan pikiran menjadi jernih dalam menjalankan ibadah selanjutnya.

2. Salat Sunah 4 Rakaat sebagai Bentuk Perlindungan

Salah satu amalan utama pada Rebo Wekasan adalah melaksanakan salat sunah empat rakaat. Salat ini tidak secara khusus disebut dalam syariat sebagai salat Rebo Wekasan, namun dapat dilaksanakan sebagai salat sunah mutlak. Salat dilakukan dua rakaat dengan satu salam, dan diulangi kembali dua rakaat untuk genap empat rakaat.

Dalam pelaksanaannya, disarankan membaca surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali, Al-Ikhlas sebanyak 5 kali, serta masing-masing satu kali surat Al-Falaq dan An-Nas setelah Al-Fatihah di setiap rakaat. Amalan ini diyakini memiliki keutamaan dalam mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai sarana memohon perlindungan.

Meskipun sebagian kalangan menganggap salat ini tidak berdasar, banyak umat tetap melaksanakannya dengan niat ibadah sunah mutlak. Niat yang lurus dan pemahaman yang benar akan menjadikan amalan ini sebagai bentuk kebaikan yang berpahala, bukan sebagai praktik yang mengandung keyakinan syirik.

Tata cara salat ini meliputi bacaan surat setelah Al-Fatihah sebagai berikut:

  • Surat Al-Kautsar dibaca sebanyak 17 kali
  • Surat Al-Ikhlas dibaca sebanyak 5 kali
  • Surat Al-Falaq dan An-Nas dibaca masing-masing 1 kali

Berikut salah satu ayat yang menguatkan pentingnya memohon perlindungan kepada Allah:

وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ

"Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia." (QS. Al-An’am: 17)Melalui salat sunah ini, umat Islam mempertegas keyakinannya bahwa hanya Allah yang mampu melindungi dari segala bentuk musibah.

3. Membaca Doa Tolak Bala dengan Penuh Kekhusyukan

Setelah melaksanakan salat sunah, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa khusus yang berisi permohonan perlindungan dari segala bentuk bencana, bala, dan kesulitan hidup. Doa ini bersifat panjang dan mencakup permintaan dibukanya pintu-pintu kebaikan, rezeki, kesehatan, keselamatan, serta dihindarkan dari azab dunia dan akhirat.

Membaca doa ini bisa dilakukan dengan lisan maupun tertulis, tergantung kondisi dan kemampuan masing-masing. Yang penting, niat dalam hati harus benar-benar tulus dan penuh pengharapan kepada Allah. Memahami makna doa juga penting agar setiap kalimatnya mampu menyentuh hati.

Doa ini tidak bersumber dari Al-Qur’an secara langsung, melainkan rangkaian doa yang disusun ulama terdahulu dan diamalkan secara turun temurun. Meskipun begitu, isinya sangat sesuai dengan nilai-nilai syariat dan tidak bertentangan dengan akidah Islam.

Berikut salah satu cuplikan doa yang bisa dibaca:

"Allahummaftah lana abwabal khair, wa abwabal barakah, wa abwaban ni‘mah, wa abwabar rizqi, wa abwabal quwwah, wa abwabas shihhah, wa abwabas salamah, wa abwabal ‘afiyah, wa abwabal jannah..."Artinya: “Ya Allah, bukakanlah untuk kami pintu-pintu kebaikan, keberkahan, kenikmatan, rezeki, kekuatan, kesehatan, keselamatan, afiyah, dan pintu-pintu surga.”

Dalam Al-Qur’an, Allah juga memerintahkan kita untuk senantiasa berdoa:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”(QS. Ghafir: 60)

Dengan membaca doa secara rutin dan penuh penghayatan, diharapkan Allah melindungi kita dari berbagai bentuk bencana dan penderitaan.

Salah satu tradisi unik yang dilakukan pada Rebo Wekasan adalah menulis tujuh ayat Al-Qur’an yang mengandung kata "Salamun" (keselamatan). Ayat-ayat ini diambil dari beberapa surat seperti Yasin, As-Saffat, Az-Zumar, dan Al-Qadr. Setelah ditulis di atas piring atau kertas yang bisa larut air, air dituangkan, dan airnya diminum sebagai bentuk permohonan keselamatan.

Amalan ini lebih bersifat simbolis dan spiritual. Tulisan ayat-ayat Al-Qur’an dipandang memiliki keutamaan, dan tindakan meminum airnya adalah bentuk internalisasi pesan keselamatan ke dalam diri. Penting untuk menanamkan bahwa keselamatan sejati hanya datang dari Allah, bukan dari benda atau tindakan magis.

Meski tidak wajib, praktik ini dilakukan oleh sebagian masyarakat sebagai bagian dari tradisi dan wasilah doa. Yang terpenting adalah tidak meyakini bahwa air tersebut secara zat memiliki kekuatan gaib, tetapi melihatnya sebagai media pengharapan kepada Allah.

Berikut daftar ayat salamun beserta artinya:

سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ

“Salam, sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang.”(QS. Yasin: 58)

سَلَامٌ عَلَىٰ نُوحٍۢ فِى ٱلْعَٰلَمِينَ

“Salam sejahtera atas Nuh di antara alam semesta.”(QS. As-Saffat: 79)

سَلَامٌ عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

“Salam sejahtera atas Ibrahim.”(QS. As-Saffat: 109)

سَلَامٌ عَلَىٰ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ

“Salam sejahtera atas Musa dan Harun.”(QS. As-Saffat: 120)

سَلَامٌ عَلَىٰٓ إِلْ يَاسِينَ

“Salam sejahtera atas Ilyas.”(QS. As-Saffat: 130)

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَٱدْخُلُوهَا خَٰلِدِينَ

“Salam sejahtera atasmu, masuklah ke dalam surga, kekal di dalamnya.”(QS. Az-Zumar: 73)

سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

“Salam sejahtera itu hingga terbit fajar.”(QS. Al-Qadr: 5)

Membaca dan menuliskan ayat-ayat ini menjadi bagian dari dzikir dan pengharapan kepada Allah agar diberi keselamatan dalam menghadapi hidup.

5. Membaca Surat Yasin dan Al-Qur’an secara Umum

Malam sebelum Rebo Wekasan biasanya diisi dengan membaca surat Yasin secara berjamaah atau individu. Surat ini diyakini memiliki banyak keutamaan dan menjadi sarana untuk memperkuat doa-doa keselamatan dan perlindungan. Niatkan bacaan sebagai bentuk ikhtiar spiritual dalam mengarungi hari esok.

Selain surat Yasin, membaca ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an juga sangat dianjurkan. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah yang bernilai tinggi kapan pun dilakukan, dan momen Rebo Wekasan bisa menjadi momentum untuk meningkatkan intensitas membaca dan merenungkan maknanya.

Aktivitas ini dapat dilakukan di rumah, masjid, atau majelis bersama keluarga. Dengan memperbanyak bacaan Al-Qur’an, diharapkan hati menjadi lebih tenang dan segala bentuk kekhawatiran terhadap musibah bisa diredakan melalui kekuatan iman.

6. Berzikir, Istighfar, dan Bersedekah untuk Memohon Ampunan dan Keberkahan

Hari Rebo Wekasan juga menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak zikir dan istighfar. Kedua amalan ini merupakan bagian dari penyucian jiwa dan bentuk permohonan ampun atas dosa-dosa yang mungkin tidak disadari. Ucapan istighfar seperti “Astaghfirullah” diulang sebanyak mungkin dengan penuh kesadaran.

Sebagaimana dalam firman Allah: 

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah tidak akan mengazab mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka dan Allah tidak akan mengazab mereka sementara mereka meminta ampun.”(QS. Al-Anfal: 33)

Selain itu, sedekah juga menjadi amalan yang sangat dianjurkan. Memberi kepada sesama, terutama yang membutuhkan, adalah salah satu cara menolak bala dan mengundang keberkahan hidup. Sedekah tidak harus dalam jumlah besar, namun dilakukan dengan niat ikhlas dan tanpa pamrih.

Tradisi mengadakan hajatan atau berbagi makanan juga dilakukan oleh sebagian kalangan pada hari ini. Meskipun tidak wajib, praktik tersebut menjadi sarana untuk berbagi kebahagiaan dan menciptakan suasana yang harmonis dalam lingkungan masyarakat.

FAQ

1. Apakah Rebo Wekasan benar-benar hari sial menurut Islam?

Tidak. Dalam ajaran Islam tidak ada hari yang dianggap sial. Anggapan tentang kesialan lebih berasal dari tradisi atau kebudayaan lokal.

2. Apakah salat Rebo Wekasan itu wajib dilakukan?

Tidak wajib. Salat yang dilakukan pada hari Rebo Wekasan adalah salat sunah mutlak yang boleh dilakukan kapan saja.

3. Apakah air dari tulisan ayat salamun memiliki kekuatan khusus?

Tidak secara zat. Meminumnya adalah bentuk simbolik dan spiritual yang diniatkan sebagai permohonan keselamatan, bukan karena kekuatan airnya.

4. Apa manfaat memperbanyak zikir dan sedekah pada Rebo Wekasan?

Zikir dan sedekah membawa ketenangan batin, menghapus dosa, dan membuka pintu keberkahan. Amalan ini berlaku kapan saja, termasuk Rebo Wekasan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |