Liputan6.com, Jakarta Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ucapan salam ini menjadi identitas umat Muslim di seluruh dunia. Lebih dari sekadar sapaan, arti assalamualaikum mengandung doa dan harapan baik bagi yang mengucapkannya maupun yang mendengarnya.
Dalam Tafsir al-Qurthubi, Al-Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa as-salam adalah salah satu nama Allah (asma’ul husna). Mengucapkan assalamualaikum berarti mendoakan agar seseorang berada dalam perlindungan dan rahmat Allah. Dengan demikian, salam bukan hanya etiket sosial, tetapi juga ibadah.
Ucapan salam memiliki kekuatan untuk menciptakan kedamaian dan mempererat tali persaudaraan. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa menyebarkan salam adalah cara untuk saling mencintai dan memperkuat iman. Salam adalah doa dan komunikasi spiritual yang mencerminkan etika Islam dalam membangun masyarakat yang harmonis.
Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang arti assalamualaikum dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (11/7/2025).
Ribuan warga Yogyakarta menghadiri acara halalbihalal gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Bangsal Kepatihan Yogyakarta,
Arti Assalamualaikum dan Kandungan Doanya
Ucapan "Assalamualaikum" berasal dari bahasa Arab, terdiri dari dua kata: “as-salām” yang berarti kedamaian atau keselamatan, dan “‘alaikum” yang berarti atas kalian. Secara harfiah, frasa ini berarti “Semoga keselamatan tercurah atas kalian.”
Dalam kitab “Tafsir al-Qurthubi” karya Al-Imam Al-Qurthubi, dijelaskan bahwa kata “as-salam” juga merupakan salah satu asma’ul husna (nama-nama Allah). Dengan demikian, mengucapkan “Assalamualaikum” juga mengandung doa agar seseorang berada dalam perlindungan dan rahmat Allah yang Maha Penyelamat (Al-Qurthubi, Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Juz 1, hlm. 199).
Kandungan Doa dalam Ucapan “Assalamualaikum”
Ucapan salam bukan sekadar sapaan sosial. Menurut kitab “Adab al-Mufrad” oleh Imam al-Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (Adab al-Mufrad, hadis no. 989)
Hadis ini menunjukkan bahwa mengucapkan salam adalah sarana menciptakan kedamaian, kasih sayang, dan mempererat ukhuwah. Dengan mengucapkan salam, seseorang mendoakan keselamatan, rahmat, dan keberkahan Allah SWT bagi sesamanya.
Dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi, disebutkan bahwa jawaban dari salam juga merupakan doa:
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh” yang berarti: “Dan semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah pula atasmu.”
Dengan demikian, interaksi salam ini adalah pertukaran doa dan kebaikan yang saling menguatkan antara sesama Muslim.
Dalam jurnal ilmiah “Salam Sebagai Media Dakwah Islam” oleh Siti Syamsiatun yang diterbitkan di Jurnal Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (Vol. 6 No. 1, 2012), dijelaskan bahwa salam memiliki dimensi sosiologis dan teologis. Pengucapan salam mencerminkan etika Islam dalam membangun masyarakat yang damai dan saling menghormati. Salam adalah doa dan komunikasi spiritual, bukan sekadar etiket sosial.
Buku “Adab dan Etika Islam dalam Kehidupan Sehari-hari” oleh Dr. Muhammad Al-Munajjid juga menekankan bahwa menjawab salam adalah fardhu kifayah dan mengucapkannya adalah sunnah muakkadah, terutama saat bertemu sesama Muslim.
Etika Salam yang Perlu Diketahui Umat Muslim
1. Makna dan Dasar Salam dalam Islam
Salam merupakan bagian dari ajaran Islam yang memiliki dimensi ibadah, sosial, dan moral. Ucapan "Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh" bukan sekadar sapaan, tetapi doa keselamatan dan ungkapan kedamaian.
Dalam kitab Adab al-Mufrad karya Imam al-Bukhari, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.” (HR. Muslim, dikutip dalam Adab al-Mufrad)
Salam memiliki fungsi sosial, yaitu mempererat ukhuwah Islamiyah dan menyebarkan kasih sayang di tengah umat.
2. Siapa yang Harus Memulai Salam?
Buku Bulughul Maram min Adillatil Ahkam karya Al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani, mengutip hadis dari Abu Hurairah r.a.:
“Yang muda memberi salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Etika tersebut mengajarkan nilai rendah hati, sopan santun, dan penghargaan kepada orang lain. Dalam konteks sosial, hal ini memperlihatkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk proaktif dalam menebar kedamaian.
3. Menjawab Salam dengan Sempurna
Al-Qur’an secara tegas memerintahkan untuk menjawab salam dengan yang lebih baik atau setara. Dalam QS An-Nisa: 86 disebutkan:
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa."
Buku Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa menjawab salam hukumnya wajib (fardhu ‘ain) bagi individu, sementara memulai salam hukumnya sunnah. Jika salam ditujukan kepada sekelompok orang, maka cukup satu orang yang menjawab sebagai fardhu kifayah.
4. Hukum Memberi Salam kepada Non-Muslim
Dalam buku Al-Adzkar oleh Imam an-Nawawi, dijelaskan bahwa umat Islam tidak dianjurkan memulai salam kepada non-Muslim, tetapi jika mereka memberi salam, maka boleh menjawab dengan “wa ‘alaikum”.
Penelitian dari jurnal Universum terbitan IAIN Kediri (2022), menjelaskan bahwa dalam konteks toleransi modern, menjawab salam dari non-Muslim tidak dilarang, selama tetap menjaga batasan syariat.
5. Salam sebagai Dakwah dan Pendidikan Etika
Dalam skripsi Riswandi Raja (UIN Alauddin, 2019), salam dipandang sebagai sarana dakwah yang efektif karena membawa pesan moral yang mendalam. Anak-anak perlu dididik sejak dini untuk memahami arti salam sebagai bagian dari akhlak Islami.
Begitu pula dalam buku Akhlak Mulia karya Prof. Dr. Hamka, disebutkan bahwa salam adalah “simbol adab dan kebudayaan Islam yang luhur. Ia bukan hanya basa-basi, tapi pernyataan kesucian hati.”
Keutamaan Mengucap Salam di Islam
Ucapan salam merupakan ajaran dasar dalam Islam yang memiliki banyak keutamaan. Salam bukan sekadar sapaan sosial, tetapi juga ibadah yang berpahala, mencerminkan nilai persaudaraan, dan menjadi ciri keimanan.
1. Perintah dan Keutamaan Salam dalam Al-Qur’an
Allah SWT secara langsung memerintahkan umat Islam untuk menyebarkan salam. Dalam Surah An-Nisa ayat 86, Allah berfirman:
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan (salam), maka balaslah dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang serupa...” (QS. An-Nisa: 86)
Ayat ini menegaskan bahwa salam bukan hanya sunnah, tetapi bagian dari adab sosial yang diwajibkan untuk dijaga dan dibalas dengan kebaikan yang sama atau lebih baik.
2. Hadits-Hadits Shahih tentang Keutamaan Salam
Dalam Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi, disebutkan hadits-hadits yang mengangkat nilai salam sebagai bentuk penyebaran cinta dan keimanan:
Rasulullah SAW bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim, dikutip dalam Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi, Bab Salam)
Imam Nawawi dalam penjelasannya menegaskan bahwa salam memiliki posisi strategis dalam membentuk masyarakat Islam yang penuh cinta dan kasih sayang.
3. Pahala Bertingkat Sesuai Lafaz
Dalam Kitab Al-Adzkar juga karya Imam Nawawi, dijelaskan bahwa mengucapkan salam dengan lafaz yang lengkap mendapatkan pahala yang lebih besar. Hadits dari Abdullah bin Umar RA menyebutkan:
“Barang siapa yang mengucapkan ‘As-salamu’alaikum’ maka baginya sepuluh pahala; yang menambah ‘wa rahmatullah’ baginya dua puluh pahala; dan yang menambah ‘wa barakatuh’ baginya tiga puluh pahala.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi; disebutkan dalam Al-Adzkar)
Dengan demikian, Islam memberikan penghargaan moral dan spiritual bagi siapa pun yang menyempurnakan salamnya.
4. Salam Sebagai Tanda Ketaatan dan Ketinggian Derajat
Dalam buku Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, ditegaskan bahwa orang yang memulai salam lebih utama. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Allah adalah yang memulai salam.” (HR. Abu Dawud)
Hal ini menegaskan bahwa memulai salam adalah bentuk ketaatan dan kerendahan hati yang tinggi, serta mendapat kedudukan mulia di sisi Allah.
5. Nilai Sosial dan Spiritualitas Salam
Dalam jurnal AL-ATSAR: Jurnal Ilmu Hadis, Rifdah dan Nur Ihsan (2025) meneliti “Peran Hadis Menyebarkan Salam dalam Meningkatkan Akhlak Mahasiswi STDI Imam Syafi’i Jember”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamalan salam secara konsisten mampu meningkatkan solidaritas, adab berbicara, dan kualitas akhlak. Salam bukan hanya ritual verbal, tetapi juga mendidik karakter dan mempererat ukhuwah islamiyah.
QnA Seputar Arti Assalamualaikum
1. Apa arti “Assalamualaikum”?
Artinya “Semoga keselamatan tercurah atasmu.” Ini bukan hanya salam, tapi doa agar orang yang disapa diberi ketenangan dan perlindungan oleh Allah.
2. Bolehkah “Assalamualaikum” diucapkan ke non-Muslim?
Ulama berbeda pendapat. Salam ini khusus untuk sesama Muslim, tapi tetap boleh menyapa non-Muslim dengan kata “Salam” atau doa kebaikan sebagai bentuk akhlak baik.
3. Kenapa jawaban salam dianjurkan lebih panjang?
QS. An-Nisa:86 memerintahkan membalas salam dengan yang lebih baik, misalnya:
Salam: “Assalamualaikum”
Jawab: “Waalaikumsalam warahmatullah”
Ini mengajarkan membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih besar.
4. Apakah bisa mengganti kata “Halo” dengan “Assalamualaikum”?
Bisa. “Assalamualaikum” adalah sapaan yang mengandung doa dan pahala, berbeda dengan “Halo” yang hanya sekadar sapaan biasa.
5. Kenapa Rasulullah ﷺ menganjurkan menyebarkan salam?
Karena salam dapat menumbuhkan cinta dan persaudaraan antar Muslim, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)