Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah pengajian yang penuh nuansa spiritual sekaligus hangat oleh humor khasnya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha kembali mengungkapkan satu amalan dzikir yang dinilainya sangat dahsyat.
Menurutnya, dzikir ini bisa membuat malaikat kewalahan dalam mencatat pahala yang terus mengalir dari setiap lafaznya.
Gus Baha menuturkan bahwa dzikir atau wirid merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lebih dari itu, dengan wirid, hati manusia menjadi lebih tenang karena selalu terhubung dengan Sang Pencipta. Dalam satu kesempatan, Gus Baha membagikan satu redaksi dzikir yang diyakininya memiliki nilai pahala luar biasa besar.
Dzikir ini, menurut Gus Baha, mengandung lafaz-lafaz pujian yang sangat dalam maknanya. Ia menyebut bahwa malaikat pencatat amal bisa merasa kelelahan karena harus mencatat pahala dari dzikir tersebut secara terus-menerus. Hal ini menggambarkan betapa agungnya nilai dzikir di sisi Allah SWT.
Lafaz dzikir ini menjadi perhatian khusus para jemaah karena tidak hanya kaya akan makna, tetapi juga menyimpan kedalaman spiritual yang menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya.
Dikutip Sabtu (12/07/2025) dari tayangan YouTube Kalam - Kajian Islam, Gus Baha menyampaikan redaksi dzikir yang dimaksud.
Simak Video Pilihan Ini:
Terekam CCTV, Aksi 3 Menit Pencuri Bawa Kabur Mobil Pikap di Bekasi
Begini Dzikir yang Dimaksud
Bacaannya sebagai berikut:
سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ ، وَالْحَمْدُ لِلّهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ. وَاللهُ أَكْبَرُ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ
Latin: Subhanallah mil’al mīzān wa muntahal ‘ilm, wa mablagharridlā wa zinatal ‘arsy. Walhamdulillāh mil’al mīzān wa muntahal ‘ilm, wa mablagharridlā wa zinatal ‘arsy. Wallāhu akbar mil’al mīzān wa muntahal ‘ilm, wa mablagharridlā wa zinatal ‘arsy.
Artinya: Maha Suci Allah seberat timbangan, sesempurna ilmu, sepenuh keridhaan, dan seberat timbangan 'Arsy. Segala puji bagi Allah seberat timbangan, sesempurna ilmu, sepenuh keridhaan, dan seberat timbangan 'Arsy. Allah Maha Besar seberat timbangan, sesempurna ilmu, sepenuh keridhaan, dan seberat timbangan 'Arsy.
Menurut Gus Baha, dzikir ini memiliki bobot pahala yang amat besar hingga malaikat pun dibuat kewalahan mencatatnya. Saking besarnya nilai dzikir tersebut, Gus Baha menyebutkan bahwa ia tidak membacanya setiap saat, melainkan cukup sebulan sekali saja.
“Kadang malaikat itu seperti mengeluh kepada Allah,” ujar Gus Baha sambil tersenyum. “Ya Allah, orang-orang itu jangan terlalu sering baca dzikir itu, aku capek nyatatnya, sepenuh langit dan bumi,” katanya menirukan keluhan malaikat dengan gaya jenaka.
Kebiasaan membaca dzikir ini biasanya dilakukan Gus Baha setelah menutup pengajian. Meskipun disampaikan dengan nada canda, pesan yang ingin disampaikan sangat dalam—bahwa betapa besarnya pahala sebuah dzikir yang tulus.
Malaikat Sampai Capek Mencatatnya
Gus Baha menekankan bahwa rasa capek yang dirasakan malaikat tentu tidak sama dengan manusia. Namun, sebagai makhluk, malaikat juga tidak luput dari ketentuan tugas yang berat ketika manusia berbuat kebaikan maupun keburukan secara terus-menerus.
“Jare sopo malaikat mboten kesel? Saya pernah membaca hadis, malaikat itu juga bisa sangat lelah,” ungkapnya dalam logat khas Jawa yang mengundang tawa para hadirin. Hal ini menunjukkan sisi kemanusiaan Gus Baha dalam memahami dimensi makhluk gaib seperti malaikat.
Ia melanjutkan bahwa dirinya menyimpan wirid tertentu yang tidak dibaca secara rutin setiap hari. Alasannya bukan karena tidak mampu, melainkan karena empati kepada para malaikat yang mencatat semua amalan manusia.
“Saya punya wiridan, tapi saya bacanya jarang-jarang. Karena kalau saya baca terus, bisa-bisa malaikat mengadu ke Allah,” lanjut Gus Baha sambil tertawa lepas, mencairkan suasana pengajian.
Meski penuh humor, Gus Baha tetap menyampaikan pesan mendalam: bahwa setiap makhluk, tak terkecuali malaikat, tetap berada dalam keterbatasan sebagai ciptaan Allah SWT. Hanya Allah yang sempurna tanpa kekurangan apapun.
“Sebab segala sesuatu selain Allah SWT Sang Maha Sempurna, pasti punya kekurangan masing-masing, termasuk dalam bentuk lelah,” tutup Gus Baha dengan nada bijak namun tetap hangat.
Narasi ini menjadi salah satu pengingat penting bagi umat Islam tentang keutamaan berdzikir. Selain menenangkan hati, dzikir juga menjadi ladang pahala yang luar biasa, bahkan bisa mengguncang langit dan memenuhi timbangan amal.
Pemaparan Gus Baha ini sekali lagi menunjukkan bagaimana tradisi keilmuan dan kebijaksanaan pesantren tetap relevan dan menyentuh masyarakat luas. Bukan hanya lewat dalil, tapi juga melalui keteladanan dan kehangatan dalam menyampaikan ilmu.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul