Liputan6.com, Jakarta Sholat Dhuha menjadi salah satu amalan sunnah yang banyak dilakukan umat Islam untuk meraih keberkahan di pagi hari. Sholat ini dilaksanakan setelah matahari terbit hingga menjelang waktu dzuhur dengan jumlah rakaat minimal dua rakaat.
Dalam Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa sholat Dhuha termasuk sholat sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Beliau menegaskan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan sholat Dhuha secara berkala sebagai bentuk syukur dan ibadah kepada Allah SWT.
Sholat Dhuha juga dikenal sebagai sarana untuk mendatangkan rezeki dan ketenangan jiwa, sehingga banyak ulama menganjurkannya sebagai amalan rutin. Banyak umat Islam ingin mengetahui bacaan sholat Dhuha sesuai sunnah agar ibadah mereka semakin sempurna.
Umat Islam perlu memahami tata cara, waktu terbaik, serta bacaan sholat Dhuha agar dapat mengamalkannya dengan benar. Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang bacaan sholat dhuha dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (10/7/2025).
Banjir besar yang beberapa waktu lalu menghantam Jeddah, Arab Saudi tidak menghentikan seorang warga melakukan sholat di tepi air yang mengalir deras.
Bacaan Sholat Dhuha Sesuai Sunnah
Sholat Dhuha termasuk sholat sunnah muakkadah yang sangat dianjurkan. Dalam Fiqhus Sunnah karya Sayyid Sabiq, dijelaskan bahwa jumlah rakaat sholat Dhuha paling sedikit dua rakaat dan boleh ditambah menjadi empat, enam, atau delapan rakaat sesuai kemampuan dan keikhlasan. (Fiqhus Sunnah, Jilid 1, hlm. 145)
Menurut Mazhab Syafi’i, sebagaimana dikutip dari Buku Sehat Dengan Sholat Dhuha karya Mukhamad Rajin tahun 2016, salat Dhuha dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Niat
Dalam hati berniat sholat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala. Tidak ada lafaz niat khusus dari Nabi SAW.
2. Takbiratul Ihram
Mengangkat tangan sambil mengucapkan “Allahu Akbar”.
3. Membaca Doa Iftitah
Contoh: "Allahumma ba'id bayni..." atau doa iftitah lain yang sahih.
4. Membaca Surah Al-Fatihah
Ini wajib dibaca di setiap rakaat.
5. Membaca Surah Pendek
Dalam Al-Mughni karya Ibnu Qudamah, disarankan membaca surat yang berkaitan dengan waktu pagi seperti Asy-Syams (QS. 91) di rakaat pertama dan Adh-Dhuha (QS. 93) di rakaat kedua. (Al-Mughni, Jilid 2, hlm. 207)
Dalam Majmu’ Fatawa wa Rasail karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ditegaskan bahwa tidak ada dalil shahih yang mewajibkan surat tertentu dalam sholat Dhuha. Namun, beliau menjelaskan:
"Jika ingin mengikuti kebiasaan para salaf, bisa membaca surat-surat seperti Asy-Syams, Adh-Dhuha, dan Al-Lail, karena isinya berkaitan dengan waktu pagi."
(Majmu’ Fatawa Al-Utsaimin, Jilid 14, hlm. 305)
6. Ruku’
Setelah selesai membaca surat, ruku’ dengan tuma’ninah sambil membaca tasbih ruku’: "Subhana Rabbiyal 'Azhim."
7. I'tidal
Bangkit dari ruku’ dan membaca: "Sami'Allahu liman hamidah, Rabbana lakal hamd."
8. Sujud
Sujud dengan tuma’ninah sambil membaca: "Subhana Rabbiyal A’la."
9. Duduk di antara dua sujud
Membaca: "Rabbighfir li, warhamni..."
10. Sujud kedua
11. Rakaat Kedua
Bangkit dari sujud kedua ke rakaat kedua, lalu ulangi bacaan seperti rakaat pertama:
Al-Fatihah
Surat pendek (disarankan: Adh-Dhuha)
12. Tasyahud Akhir
Setelah sujud terakhir, duduk tasyahud dan membaca: "At-tahiyyatu lillahi... hingga akhir."
13. Salam
Mengakhiri sholat dengan mengucapkan: "Assalamu’alaikum warahmatullah" ke kanan dan kiri.
Doa Sholat Dhuha
Mengutip dari Buku Kumpulan Doa Sehari-Hari, Kementerian Agama RI tahun 2013, adapun bacaan doa sholat Dhuha Arab dan terjemahannya yang bisa anda lafadkan, yakni:
اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Doa Dhuha Arab Latin: Allaahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka walbahaa-a bahaa-uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quw watuka wal qudrata qudratuka wal 'ishmatta 'ishmatuk. Allaahumma in kaana rizqii fissamaa-i fa anzilhu wa in kaanafil ardhi fa-akhrijhu wa in kaana mu'assaran fayas sirhu wa in kaana haraaman fathahhirhu wa in kaana ba'iidan faqarribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quuwatika wa qudratika aatinii maa aataita 'ibaadakash shalihiin.
Artinya: "Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, dan kekuasaan adalah kekuasaan-Mu serta penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, jika rizqiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah. Jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh."
Keutamaan Sholat Dhuha
Shalat Dhuha merupakan ibadah sunnah muakkad yang memiliki banyak keutamaan, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai literatur Islam klasik dan kontemporer.
1. Sedekah Sendi
Dalam buku Berkah Shalat Dhuha karya M. Khalilurrahman Al-Mahfani, dijelaskan bahwa Shalat Dhuha adalah bentuk sedekah setiap sendi tubuh manusia. Penulis mengutip hadits sahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim:
"Setiap sendi tubuh kalian wajib disedekahi setiap pagi, dan dua rakaat Shalat Dhuha mencukupi semua itu."
2. Mendatangkan Kecukupan Rezeki dan Jiwa
Al-Mahfani juga menyebutkan bahwa Shalat Dhuha mampu mendatangkan kecukupan rezeki, ketenangan jiwa, dan kesehatan fisik. Ia menegaskan, pelaksanaan rutin Shalat Dhuha menjadikan seseorang dibangunkan istana di surga, berdasarkan hadits Nabi yang menyebut keutamaan 12 rakaat Dhuha.
3. Waktu yang mustajab untuk berdoa dan memohon ampunan
Keutamaan lainnya ditegaskan dalam buku Mirojul Mukminin: Mukjizat Shalat Dhuha, juga karya M. Khalilurrahman Al-Mahfani. Buku ini menekankan bahwa Shalat Dhuha adalah waktu yang mustajab untuk berdoa dan memohon ampunan, sekaligus peluang besar untuk menggugurkan dosa. Penulis mengutip riwayat bahwa “orang yang melaksanakan Shalat Dhuha dengan istiqamah akan dicukupkan rezekinya sepanjang hari.”
4. Pembuka pahala sebesar ibadah haji atau umrah
Sementara itu, Muhammad Makhdlori dalam bukunya Shalat Dhuha (Edisi Baru) terbitan Diva Press, menulis bahwa Shalat Dhuha memiliki dampak spiritual dan sosial. Selain memperluas rezeki dan menghapus dosa, amalan ini disebut sebagai pembuka pahala sebesar ibadah haji atau umrah, bila dilakukan secara konsisten dengan niat yang benar.
Keutamaan Shalat Dhuha juga disampaikan melalui pendekatan kisah nyata oleh Ust. Ihsan dalam buku Kisah Nyata Mukjizat Shalat Dhuha. Ia mengutip hadits Qudsi:
"Wahai anak Adam, rukuklah untuk-Ku di awal siang empat rakaat, niscaya Aku cukupkan kebutuhanmu hingga sore hari.” (HR. Ahmad, disahihkan oleh Al-Albani). Buku ini memuat testimoni dan kisah nyata mereka yang mendapat keajaiban rezeki, kesehatan, dan solusi masalah hidup setelah mengamalkan Shalat Dhuha secara rutin.
5. Menghapus dosa
Dalam buku Keajaiban Shalat Dhuha oleh Muhammad Abu Ayyas, disebutkan bahwa Shalat Dhuha adalah saat yang tepat untuk memohon pertolongan Allah. Ia mencatat bahwa Shalat Dhuha bisa menghapus dosa sebanyak buih di lautan, sebagaimana disebut dalam hadits Nabi, serta menjadi pembuka rezeki tak terduga.
Pendekatan ilmiah dan fikih ditemukan dalam buku Panduan Sholat Dhuha karya Ibrahim an-Naji, terbitan Pro-U Media. Buku ini menyajikan tahqiq hadits, pembahasan waktu terbaik Shalat Dhuha, jumlah rakaat ideal, serta dalil-dalil dari ulama mazhab Syafi’i. Ini menjadikan buku tersebut relevan sebagai panduan ibadah berdasarkan kaidah syar’i yang kuat.
6. Membuka Pintu Surga
Akhirnya, dalam buku Dahsyatnya Shalat Dhuha karya Sabil el Marufie, dijelaskan bahwa amalan ini membuka pintu-pintu surga, melapangkan rezeki sepanjang hari, dan menjadi penyebab dihapuskannya dosa-dosa besar. Bahkan disebut bahwa bagi yang rutin melaksanakannya, pahalanya disamakan dengan ibadah haji.
Jumlah Rakaat Salat Dhuha
Berikut adalah poin-poin pembahasan mengenai jumlah rakaat salat Dhuha dikutip dalam Buku Karya Said Ali bin Wahaf Al-Qathani berjudul Panduan Shalat Sunnah Dan Shalat Khusus tahun 2008:
1. Tidak Ada Batasan Jumlah Rakaat (Pendapat Shahih)
Nabi Muhammad saw. mewasiatkan dua rakaat salat Dhuha dan menjelaskan keutamaannya. Aisyah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah biasa melaksanakan empat rakaat salat Dhuha, bahkan beliau menambah sesuai kehendaknya.
Aisyah ra. bercerita, "Rasulullah saw. biasa mengerjakan shalat Dhuhaempat rakaat, dan beliau menambah rakaatnya sesuai kehendak Allah.'
2. Riwayat Enam dan Delapan Rakaat
Jabir dan Anas ra. meriwayatkan bahwa Nabi pernah melaksanakan enam rakaat salat Dhuha. Ummu Hani' binti Abi Thalib ra. menyatakan bahwa Nabi saw. pernah melaksanakan delapan rakaat salat Dhuha di rumahnya saat Fathu Makkah.Salat tersebut dilaksanakan dengan gerakan yang ringan namun tetap menyempurnakan ruku’ dan sujud.
3. Tidak Ada Batasan Maksimal (Hadis Amr bin Abasah ra.)
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Amr bin Abasah ra., dijelaskan bahwa tidak disebutkan batas maksimal rakaat salat Dhuha. Nabi saw. hanya memberi batasan waktu pelaksanaan salat Dhuha, yaitu setelah matahari naik hingga bayang-bayang menjadi pendek (sebelum zawal).Penekanan diberikan pada waktu yang dianjurkan, bukan jumlah rakaat.
Kesimpulan: Salat Dhuha dapat dilakukan minimal dua rakaat dan tidak memiliki batas maksimal yang baku. Riwayat menunjukkan Nabi saw. pernah melaksanakan 2, 4, 6, hingga 8 rakaat, tergantung situasi dan kondisi.
QnA Seputar Bacaan Sholat Dhuha
1. Apa Niat Sholat Dhuha Harus Dilafalkan atau Cukup di Dalam Hati?
Jawaban: Menurut Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq dan penjelasan ulama kontemporer, niat sholat Dhuha cukup di dalam hati untuk membedakan ibadah satu dengan yang lain, dan tidak ada kewajiban melafalkan niat secara lisan. Melafalkannya boleh sebagai sarana membantu hati untuk lebih khusyuk, tetapi bukan syarat sah sholat.
2. Apakah Ada Surat Tertentu yang Dianjurkan Dibaca Setelah Al-Fatihah dalam Sholat Dhuha?
Jawaban: Tidak ada surat khusus yang diwajibkan dalam sholat Dhuha. Namun, sebagian ulama menganjurkan membaca Surat Asy-Syams (QS. 91) pada rakaat pertama dan Adh-Dhuha (QS. 93) pada rakaat kedua, sebagaimana yang diamalkan beberapa ulama salaf untuk menghidupkan makna waktu Dhuha. Hal ini bukan keharusan, sehingga boleh membaca surat apa pun sesuai kemampuan.
3. Benarkah Setelah Sholat Dhuha Disunnahkan Membaca Doa Khusus?
Jawaban: Tidak ada doa khusus yang wajib dibaca setelah sholat Dhuha. Namun, terdapat doa yang diriwayatkan dari sebagian ulama, seperti:
“Allahumma innad-duhaa duhaa’uka, wal-bahaa’a bahaa’uka, wal-jamaala jamaaluka, wal-quwwata quwwatuka, wal-qudrata qudratuka, wal-‘ismata ‘ismatuka. Allahumma in kana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kana fil ardhi fa akhrijhu...”
Doa ini dibaca sebagai ikhtiar memohon keluasan rezeki di waktu Dhuha, namun tidak wajib dan tidak mengikat keabsahan sholat.
4. Kalau Belum Hafal Bacaan Surat Panjang, Bolehkah Membaca Surat Pendek Saat Sholat Dhuha?
Jawaban: Boleh. Tidak ada ketentuan panjang atau pendek surat dalam sholat Dhuha. Jika belum hafal surat panjang, kamu bisa membaca surat pendek seperti Al-Ikhlas, Al-Kawtsar, atau Al-Asr setelah Al-Fatihah pada setiap rakaat. Hal ini tidak mengurangi pahala dan tetap sah, karena yang terpenting adalah keikhlasan dan kekhusyukan dalam ibadah.
5. Apakah Bacaan Sholat Dhuha Berbeda dengan Bacaan Sholat Wajib?
Jawaban: Secara umum bacaan sholat Dhuha sama dengan bacaan dalam sholat wajib: Al-Fatihah dan surat pilihan di setiap rakaat, bacaan rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan tahiyat. Yang membedakan hanyalah niat, waktu pelaksanaan (setelah matahari terbit hingga menjelang dzuhur), dan jumlah rakaat yang bersifat sunnah, biasanya 2–12 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat.