Benarkah Orang yang Meninggal di Hari Jumat Bebas dari Siksa Kubur, Ini Dalilnya

2 weeks ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan mengenai benarkah orang yang meninggal di hari Jumat bebas dari siksa kubur sering menjadi topik diskusi. Hari Jumat memiliki kedudukan istimewa menurut sabda Rasulullah SAW.

Namun, klaim tentang kebebasan dari siksa kubur bagi mereka yang wafat di hari Jumat perlu dikaji lebih mendalam dari segi dalil dan pemahaman ulama. 

Mengutip dari penelitian Sari Faradilla dalam skripsi Tela'ah Kualitas Hadits Orang Meninggal Pada Hari Jum'at (2015) di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, hadits tentang keutamaan meninggal pada hari Jumat memiliki status yang perlu ditelaah lebih lanjut dari aspek sanad dan matan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ahmad bin Hambal memiliki kualitas yang bervariasi dalam hal keshahihan.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (15/08/2025).

Benarkah Orang yang Meninggal di Hari Jumat Bebas dari Siksa Kubur?

Pertanyaan tentang kebebasan dari siksa kubur bagi mereka yang wafat di hari Jumat berasal dari beberapa riwayat hadits yang menyebutkan keutamaan tersebut. Hadits yang paling sering dirujuk adalah riwayat dari Abdullah bin Amr yang menyatakan:

"Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur." (HR Ahmad).

Para ulama modern dilansir dari channel YouTube resminya seperti Ustaz Khalid Basalamah dan Buya Yahya telah memberikan penjelasan mengenai hadits ini.

Menurut Ustaz Khalid, meninggal pada hari Jumat dapat dikategorikan sebagai husnul khatimah atau akhir yang baik.

Beliau menyatakan bahwa siapa pun yang meninggal di hari Jumat akan terbebas dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur, yang merupakan salah satu aspek dari siksa kubur.

Namun, Buya Yahya memberikan pandangan yang lebih hati-hati. Beliau menegaskan bahwa meskipun meninggal di hari Jumat dapat dianggap sebagai kemuliaan dari Allah SWT, hal ini tidak secara mutlak menjamin pengampunan semua dosa.

Masih ada dosa-dosa besar seperti syirik yang tidak dapat diampuni hanya karena waktu kematian. Oleh karena itu, fenomena ini sebaiknya dimaknai sebagai momen untuk berprasangka baik (husnuzan) kepada orang yang meninggal, bukan sebagai jaminan mutlak.

Melansir dari Majalah Suara Muhammadiyah No.14 tahun 2010, permasalahan keutamaan meninggal di hari Jumat termasuk dalam perkara ghaib yang hanya boleh dipercaya berdasarkan dalil-dalil sam'iy-naqliy (Al-Quran dan As-Sunnah).

Dalam hal ghaib, tidak diperkenankan membuat cerita atau meyakini sesuatu tanpa keterangan langsung dari nash Al-Quran maupun As-Sunnah.

Status Hadits tentang Keutamaan Meninggal di Hari Jumat

Dari segi kualitas hadits, para ulama hadits memiliki pandangan yang berbeda mengenai keshahihan riwayat tentang keutamaan meninggal di hari Jumat. Imam At-Tirmidzi yang meriwayatkan hadits ini dalam Sunan At-Tirmidzi menilainya sebagai hadits gharib (diriwayatkan oleh satu orang saja) dan munqathi' karena sanadnya tidak bersambung.

  1. Status Menurut At-Tirmidzi: Imam At-Tirmidzi menilai hadits ini sebagai gharib dan munqathi' karena Rabiah bin Saif tidak pernah bertemu langsung dengan Abdullah bin Amr bin Ash.
  2. Pandangan Ibnu Hajar: Al-Asqalani dalam Fathul-Bari memberikan status dhaif pada hadits ini.
  3. Penelitian Modern: Namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa At-Tirmidzi dalam kitabnya yang lain, Nawadir al-Ushul, meriwayatkan hadits ini secara muttashil (bersambung).
  4. Problem Kredibilitas Perawi: Masalah utama terletak pada kredibilitas beberapa perawi dalam rangkaian sanad, seperti Saif bin Rabi'ah yang dikritik oleh Imam Al-Bukhari sebagai memiliki kemunkaran.
  5. Syawahid dan Penguat: Meskipun demikian, terdapat riwayat-riwayat lain yang menjadi syawahid (penguat) sehingga mengangkat derajat hadits menjadi hasan lighairihi.

Mengutip dari repository.uin-suska.ac.id, hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun hadits tersebut memiliki kelemahan dari segi sanad, namun dengan adanya syawahid dari jalur lain, hadits ini dapat diterima sebagai hasan lighairihi yang memiliki kehujjahan sama dengan hadits shahih.

Melansir dari Majalah Suara Muhammadiyah, sikap yang benar adalah tidak menjadikan hadits ini sebagai alasan untuk "meringankan" usaha dalam beribadah. Sebaliknya, hadits ini sebaiknya menjadi motivasi untuk selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas ibadah setiap hari.

Keistimewaan Hari Jumat dalam Islam

Hari Jumat memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam Islam sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadits shahih. Rasulullah SAW bersabda:

"Sebaik-baiknya hari yang padanya terbit matahari adalah hari Jumat. Pada hari itulah saat diciptakannya Adam, dimasukkannya ia ke surga, dan dikeluarkannya dari surga." (HR Muslim).

Keistimewaan hari Jumat tidak hanya terbatas pada aspek ibadah, tetapi juga mencakup berbagai dimensi kehidupan spiritual umat Muslim. Dalam hadits lain disebutkan bahwa hari Jumat adalah "Sayyidul Ayyam" atau penghulu hari, bahkan lebih agung daripada hari raya Fitri dan Adha.

Pada hari Jumat terdapat waktu mustajab di mana doa-doa dikabulkan Allah SWT.

Para ulama juga menjelaskan bahwa pada hari Jumat, api neraka tidak dinyalakan dan pintu-pintunya ditutup. Hal ini menunjukkan betapa istimewanya hari Jumat di sisi Allah SWT. Namun, keistimewaan waktu ini tidak serta merta mengubah prinsip dasar keadilan Allah yang membalas setiap amal perbuatan manusia.

Melansir dari buku Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah karya Fedrian Hasmand (2011), meninggal di hari Jumat merupakan salah satu tanda husnul khatimah, namun dengan syarat seseorang tersebut beriman dan beramal saleh.

Tanpa keimanan dan amal saleh, seseorang tetap dapat mendapat siksa kubur meskipun meninggal di hari Jumat.

Konsep Siksa Kubur dalam Islam

Siksa kubur atau azab kubur merupakan salah satu konsep eskatologi dalam Islam yang menjelaskan tentang keadaan manusia setelah meninggal dunia sebelum hari kiamat.

Konsep ini berdasarkan pada dalil-dalil Al-Quran dan hadits yang menjelaskan bahwa setelah kematian, ruh manusia akan mengalami berbagai ujian di alam barzakh.

Siksa kubur terjadi ketika seseorang tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir mengenai Tuhan, agama, dan rasul. Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi ujian pertama setelah kematian dan menentukan keadaan seseorang di alam kubur hingga hari kebangkitan.

  1. Penyebab Siksa Kubur: Menurut berbagai hadits, siksa kubur dapat disebabkan oleh berbagai dosa seperti tidak bersuci dari najis, ghibah, dan perbuatan maksiat lainnya.
  2. Bentuk Perlindungan: Allah SWT memberikan perlindungan dari siksa kubur kepada kategori tertentu seperti syuhada, orang yang meninggal dalam keadaan berpuasa, dan menurut beberapa riwayat, mereka yang meninggal di hari Jumat.
  3. Prinsip Keadilan: Namun perlindungan ini tidak bertentangan dengan prinsip keadilan Allah yang membalas setiap amal perbuatan manusia.

Daftar Sumber

  • Sari Faradilla. (2015). Tela'ah Kualitas Hadits Orang Meninggal Pada Hari Jum'at. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
  • Fedrian Hasmand. (2011). Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah.
  • Majalah Suara Muhammadiyah No.14, 2010.
  • repository.uin-suska.ac.id
  • Channel YouTube resmi Gazwah TV
  • Channel YouTube resmi Buya Yahya

FAQ

1. Apakah semua orang yang meninggal di hari Jumat pasti bebas dari siksa kubur?

Tidak semua orang yang meninggal di hari Jumat otomatis bebas dari siksa kubur. Menurut para ulama, keutamaan ini hanya berlaku bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Tanpa keimanan yang benar dan amal saleh, seseorang tetap dapat mengalami siksa kubur meskipun meninggal di hari Jumat.

2. Bagaimana status hadits tentang keutamaan meninggal di hari Jumat?

Hadits tentang keutamaan meninggal di hari Jumat memiliki status yang diperdebatkan ulama. Meskipun ada kelemahan dalam sanad utama, namun dengan adanya jalur riwayat lain yang menjadi penguat (syawahid), hadits ini dapat diterima sebagai hasan lighairihi yang memiliki kehujjahan sama dengan hadits shahih.

3. Apa yang dimaksud dengan fitnah kubur dalam hadits tersebut?

Fitnah kubur yang dimaksud dalam hadits adalah pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur mengenai Tuhan, agama, dan rasul. Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi ujian pertama setelah kematian dan menentukan keadaan seseorang di alam kubur hingga hari kebangkitan.

4. Apakah boleh berharap meninggal di hari Jumat saja tanpa beramal saleh?

Tidak boleh hanya berharap meninggal di hari Jumat tanpa disertai amal saleh. Para ulama menegaskan bahwa hadits ini bukan alasan untuk mengabaikan kewajiban beragama. Sebaliknya, umat Muslim tetap harus berusaha meningkatkan kualitas ibadah dan amal saleh sepanjang hidupnya.

5. Bagaimana sikap yang benar ketika ada orang meninggal di hari Jumat?

Sikap yang benar adalah berprasangka baik (husnuzan) kepada almarhum dan menganggapnya sebagai tanda husnul khatimah. Namun tetap perlu mendoakan almarhum, bersedekah untuk pahalanya, dan tidak mengabaikan kewajiban lain seperti pengurusan jenazah sesuai syariat Islam.

6. Apakah ada waktu lain yang memiliki keutamaan serupa dengan hari Jumat?

Dalam literatur hadits yang shahih, tidak ditemukan keutamaan serupa untuk hari-hari lain seperti hari Rabu atau hari lainnya. Keutamaan meninggal di hari Jumat adalah spesifik berdasarkan riwayat hadits tertentu, meskipun masih terdapat perdebatan mengenai kualitas hadits tersebut.

7. Bagaimana cara mempersiapkan diri agar mendapat husnul khatimah?

Cara terbaik mempersiapkan husnul khatimah adalah dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, memperbanyak amal saleh, istighfar, dzikir, dan selalu memperbaiki diri. Rasulullah SAW mengajarkan untuk memohon kepada Allah agar dimatikan dalam keadaan beriman dan beramal saleh, bukan hanya berharap pada waktu tertentu.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |