Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali seseorang merasa ingin berbagi kisah kelam masa lalunya dengan harapan mendapat pemakluman atau penghiburan. Namun, tidak semua kisah pantas untuk diumbar, apalagi jika itu berkaitan dengan dosa pribadi kepada Allah.
Membuka aib sendiri, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap perintah agama, justru bisa menjadi penghalang bagi datangnya ampunan dari Allah. Hal ini disampaikan secara tegas dalam kajian agama oleh Buya Yahya, seorang pendakwah ternama yang juga pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon.
Menurut ajaran Islam, dosa yang dilakukan seseorang kepada Allah memiliki kemungkinan besar untuk diampuni, selama pelakunya tidak secara terang-terangan mengungkapkannya kepada orang lain. Dalam hal ini, menjaga rahasia dosa menjadi tanda adanya rasa malu dan penyesalan dalam hati seorang hamba.
KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menegaskan bahwa dosa yang terjadi antara hamba dan Allah hendaknya dirahasiakan, bukan diumbar ke publik atau bahkan kepada orang-orang terdekat seperti pasangan dan orang tua.
"Kalau sudah kita ngobrol dosa kita kepada Allah, sudah punya malu. Rahasia kok diobral. Akhirnya bagaimana ini seorang hamba sudah aku tutup ternyata dia bongkar sendiri maka tidak diampuni oleh Allah," ujar Buya Yahya dalam salah satu kajian keagamaannya, dikutip Kamis (17/7/2025).
Simak Video Pilihan Ini:
Salah Tangkap, Pencari Bekicot Diintimidasi dan Dipermalukan
Cukup dengan Allah SWT Curhatnya
Buya Yahya menekankan bahwa seseorang seharusnya merasa cukup dengan Allah sebagai tempat curhat dan penyesalan atas dosa. Membuka dosa kepada orang lain justru menjatuhkan martabat sendiri dan bisa menjadi tanda belum adanya taubat yang sungguh-sungguh.
Dikutip Selasa (15/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya menyoroti bahaya sikap mujahir—yaitu orang yang secara terang-terangan mengungkap dosa yang telah ia lakukan di masa lalu.
Dalam penjelasannya, disebutkan sabda Nabi Muhammad SAW, "Kullu ummati mu’afa illa al-mujahirin", yang artinya seluruh umatku akan diampuni kecuali orang-orang yang secara terang-terangan memperlihatkan dosa.
Contoh dari perbuatan mujahir, menurut Buya Yahya, adalah ketika seseorang melakukan dosa pada malam hari, lalu di siangnya ia menceritakan perbuatan dosanya itu kepada orang lain tanpa rasa malu. Padahal, Allah telah menutup aibnya.
Buya Yahya menambahkan, apabila seseorang justru bangga dan santai bercerita soal masa lalunya yang penuh maksiat, itu adalah pertanda bahwa dosanya tidak akan diampuni, karena ia sendiri yang membuka pintu keburukan itu.
Dalam acara-acara publik, termasuk wawancara atau tayangan inspirasi, sering kali ada narasumber yang menceritakan masa lalunya dengan sangat rinci. Misalnya, menceritakan pernah menjadi pemabuk, pezina, atau pelaku kejahatan lainnya.
Menurut Buya Yahya, kisah seperti itu hendaknya tidak diungkapkan secara vulgar. Ia menyarankan agar kisah kelam dibiarkan terkubur dan cukup dijadikan pelajaran pribadi, bukan konsumsi publik yang bisa menimbulkan kerusakan nilai.
Dosa Sesama Manusia, HArus Minta Maaf
Satu-satunya dosa yang pantas diceritakan adalah yang menyangkut kesalahan kepada sesama manusia, yang membutuhkan permintaan maaf dan penyelesaian secara langsung kepada pihak yang dirugikan.
"Dosa kepada sesama lebih berat," kata Buya Yahya. "Misalnya kita mengambil uangnya, mencacinya, atau menggunjingnya. Itu harus diselesaikan dengan meminta rida dari orang tersebut."
Sementara dosa kepada Allah, lanjut Buya Yahya, sesungguhnya mudah diampuni. Syaratnya, pelakunya harus memiliki rasa takut, malu, dan kesungguhan untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi di masa depan.
Dengan menyembunyikan dosa pribadi dan menjaga rahasia tersebut, Allah akan menutupinya dan memberi ampunan. Namun jika seseorang sengaja membongkar sendiri apa yang sudah Allah tutup, itu menjadi bentuk pengingkaran terhadap kasih sayang-Nya.
Buya Yahya juga mengingatkan umat Islam agar tidak tergoda untuk menceritakan dosa pribadi kepada orang terdekat, meskipun sangat dipercaya, karena hal itu bisa membuka pintu fitnah dan menghilangkan berkah.
Ia menutup nasihatnya dengan penekanan bahwa menjaga rahasia antara hamba dan Allah adalah bukti adab seorang Muslim. Sikap inilah yang dapat mempercepat turunnya ampunan dari Allah.
"Kalau Anda mampu menyembunyikan dosa pribadi Anda kepada Allah, itu tanda Allah mengampuni Anda," tegasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul