Contoh Riya dalam Kehidupan Sehari-hari, Bisa Bikin Amal Ibadah Jadi Percuma

1 week ago 9

Liputan6.com, Jakarta Contoh riya sering ditemukan dalam aktivitas sehari-hari tanpa kita sadari, mulai dari cara beribadah hingga berbuat baik kepada sesama. Dalam Islam, riya dianggap sebagai syirik kecil yang dapat membatalkan pahala amal ibadah.

Sikap ini timbul ketika seseorang melakukan perbuatan baik bukan semata-mata karena Allah SWT, melainkan untuk mendapat pujian dan pengakuan dari orang lain. Memahami berbagai contoh riya dalam kehidupan sehari-hari menjadi penting agar umat Muslim dapat menghindarinya dan menjaga keikhlasan dalam beramal. 

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas X oleh Drs.H. Thoyib Sah Saputra, M.Pd, riya berasal dari kata ra'a yang artinya memperlihatkan, yaitu menampakkan ibadah dengan maksud agar dilihat orang untuk mendapat pujian. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (21/8/2025).

Pengertian dan Definisi Riya

Riya secara bahasa berasal dari kata Arab "ra'a" yang bermakna memperlihatkan atau menampakkan. Dalam konteks agama Islam, riya didefinisikan sebagai sikap menampakkan ibadah atau amal kebaikan dengan tujuan utama agar dilihat dan dipuji oleh orang lain, bukan semata-mata karena Allah SWT.

Menurut para ahli tafsir, riya merupakan perbuatan hati yang tercela dan diklasifikasikan sebagai syirik kecil (asy-syirk al-ashgar). Sikap ini sangat berbahaya karena dapat membatalkan pahala amal ibadah yang telah dilakukan, meskipun secara lahiriah perbuatan tersebut terlihat baik.

Dikutip dari buku Manusia yang Dicintai & Dibenci Allah Kunci-Kunci Menjadi Kekasih Allah oleh Adnan Tharsyah, batasan riya adalah keinginan seorang manusia untuk taat kepada Allah namun disertai dengan motif mendapat pengakuan dan pujian dari manusia lain.

Riya berbeda dengan sum'ah, meskipun keduanya sama-sama tercela. Riya lebih fokus pada keinginan untuk "dilihat" dalam melakukan perbuatan baik, sedangkan sum'ah lebih kepada keinginan untuk "didengar" atau dibicarakan orang tentang kebaikan yang dilakukan.

Contoh Riya Dalam Kehidupan Sehari-hari

Berbagai contoh riya dapat ditemukan dalam aktivitas keseharian umat Muslim. Berikut ini adalah beberapa bentuk riya yang sering terjadi:

1. Riya dalam Ibadah Shalat

Melakukan shalat dengan gerakan yang diperlambat atau suara bacaan yang diperkeras ketika ada orang lain, namun ketika sendirian shalat dilakukan dengan tergesa-gesa.

2. Riya dalam Sedekah dan Zakat

Memberikan sedekah atau zakat dengan cara yang mencolok agar dilihat banyak orang, atau mempublikasikan amal kebaikan di media sosial untuk mendapat pujian.

3. Riya dalam Menuntut Ilmu

Belajar agama atau mengaji bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, melainkan untuk mendapat gelar atau pengakuan sebagai orang yang alim dan pandai.

4. Riya dalam Berpenampilan

Mengenakan pakaian atau atribut keagamaan tertentu hanya untuk menunjukkan kesalehan di hadapan orang lain, bukan karena keyakinan yang tulus.

5. Riya dalam Dakwah

Berdakwah atau memberikan nasihat keagamaan dengan tujuan utama untuk dipandang sebagai orang yang saleh dan berpengetahuan tinggi.

6. Riya dalam Puasa Sunnah

Melakukan puasa sunnah dan sengaja memberitahukan kepada orang lain agar mendapat pujian atas kesalehannya.

Dikutip dari buku yang sama, menurut Ali bin Abi Thalib RA, ada empat tanda orang yang memiliki sifat riya: malas beramal ketika sendirian, rajin beribadah di depan orang lain, semakin giat beramal ketika dipuji, dan menjadi malas ketika tidak ada yang memuji.

Tanda-tanda dan Ciri-ciri Orang yang Riya

Seseorang yang memiliki sifat riya dapat dikenali melalui beberapa tanda dan ciri-ciri khusus. Tanda-tanda ini penting untuk dipahami agar dapat melakukan introspeksi diri dan menghindari jatuh ke dalam perangkap riya.

Ciri utama orang yang riya adalah inkonsistensi dalam beramal. Mereka menunjukkan semangat tinggi dalam beribadah ketika ada orang lain yang melihat, namun menjadi malas dan tidak bersemangat ketika sendirian. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi utama mereka bukanlah untuk mendapat ridha Allah SWT.

Tanda lainnya adalah kecenderungan untuk memamerkan amal secara berlebihan. Orang yang riya sering kali sengaja membuat orang lain mengetahui kebaikan yang mereka lakukan, bahkan terkadang dengan cara yang tidak langsung atau tersirat.

Dikutip dari penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Islamic Psychology, orang yang memiliki kecenderungan riya biasanya juga memiliki kebutuhan validasi yang tinggi dari lingkungan sosialnya dan cenderung membanding-bandingkan amal ibadah mereka dengan orang lain.

Bahaya dan Dampak Buruk Sikap Riya dalam Islam

Riya memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi kehidupan spiritual seorang Muslim. Bahaya utama dari sikap riya adalah dapat membatalkan pahala amal ibadah yang telah dilakukan, sehingga semua usaha dan pengorbanan menjadi sia-sia di hadapan Allah SWT.

Allah SWT dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 106 telah memperingatkan tentang bahayanya menyekutukan Allah: "Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sembahan-sembahan lain." Ayat ini menunjukkan betapa mudahnya seseorang jatuh ke dalam perangkap syirik, termasuk riya.

Rasulullah SAW dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menegaskan: "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: Aku Dzat yang paling tidak butuh kepada sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan yang di dalamnya itu ia menyekutukan Aku dengan selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan ia bersama sekutunya itu." (HR. Muslim)

Hadis ini menjelaskan bahwa Allah akan meninggalkan orang yang riya bersama dengan "sekutu" yang mereka jadikan tujuan, yaitu manusia yang ingin mereka puji. Artinya, amal mereka tidak akan mendapat balasan dari Allah, bahkan bisa mendapat dosa karena telah menyekutukan-Nya.

Cara Menghindari dan Mengobati Sifat Riya

Menghindari dan mengobati sifat riya memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dan konsisten. Langkah pertama adalah dengan selalu melakukan muhasabah atau introspeksi diri secara rutin untuk mengevaluasi niat dalam setiap amal perbuatan.

Cara efektif lainnya adalah dengan memperbanyak amal yang dilakukan secara tersembunyi. Rasulullah SAW bersabda tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat, salah satunya adalah orang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.

1. Memperkuat Pemahaman tentang Tauhid: Memahami secara mendalam konsep tauhid dan keesaan Allah akan membantu menjaga kemurnian niat dalam beramal.

2. Memperbanyak Dzikir dan Doa: Dzikir dan doa dapat membantu menjaga hati tetap terhubung dengan Allah dan menjauhkan dari keinginan untuk dipuji manusia.

3. Menghindari Pamer di Media Sosial: Di era digital, sangat mudah terjebak dalam riya melalui media sosial. Hindari memposting aktivitas ibadah untuk mendapat likes dan komentar pujian.

4. Belajar dari Para Salaf: Mempelajari kisah dan perilaku para salaf yang sangat menjaga diri dari riya dapat menjadi teladan dalam berperilaku.

Dikutip dari Islamic Counseling Journal, terapi kognitif-behavioral yang dikombinasikan dengan pendekatan spiritual Islam terbukti efektif dalam membantu seseorang mengatasi kecenderungan riya.

Daftar Sumber

  • Saputra, Thoyib Sah. Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas X. Jakarta: Kementerian Agama RI.
  • Tharsyah, Adnan. Manusia yang Dicintai & Dibenci Allah Kunci-Kunci Menjadi Kekasih Allah. Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i.
  • Journal of Islamic Psychology. "Understanding Riya in Modern Context".
  • Islamic Counseling Journal. "Cognitive-Behavioral Therapy for Religious Issues".
  • HR. Muslim
  • QS Yusuf Ayat 106

FAQ

1. Apa itu riya dalam Islam? Riya adalah sikap memamerkan ibadah atau amal kebaikan untuk mendapat pujian dari orang lain, bukan semata-mata karena Allah SWT.

2. Apakah riya termasuk dosa besar? Riya termasuk syirik kecil yang dapat membatalkan pahala amal ibadah dan merupakan dosa yang sangat berbahaya.

3. Bagaimana cara mengetahui apakah kita terkena riya? Tanda utamanya adalah rajin beribadah ketika dilihat orang namun malas ketika sendirian, serta suka memamerkan amal kebaikan.

4. Apa perbedaan riya dan sum'ah? Riya adalah keinginan untuk "dilihat" saat beramal, sedangkan sum'ah adalah keinginan untuk "didengar" atau dibicarakan orang tentang amal yang dilakukan.

5. Bagaimana cara mengobati sifat riya? Dengan memperkuat tauhid, memperbanyak amal tersembunyi, rutin muhasabah, dan meneladani para salaf yang menjauhi riya.

6. Apakah semua amal yang dilihat orang termasuk riya? Tidak, yang termasuk riya adalah ketika niat utama melakukan amal adalah untuk dipuji orang, bukan karena Allah SWT.

7. Bisakah amal yang sudah berniat riya masih mendapat pahala? Menurut hadis, amal yang dilakukan dengan riya tidak akan diterima Allah dan tidak mendapat pahala, bahkan bisa mendapat dosa. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |