Liputan6.com, Jakarta - Doa Kafaratul Majelis merupakan amalan sunnah yang dianjurkan untuk dibaca pada akhir setiap pertemuan, terutama majelis ilmu dan musyawarah. Dasar pengamalaannya adalah hadis riwayat Abu Hurairan RA, mengenai anjuran Rasulullah SAW membaca doa sebelum bangun dari mejalisnya.
Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang membaca doa ini sebelum bangun dari majelis, maka dosa-dosa kecil yang terjadi sepanjang majelis tersebut akan diampuni. Hadis lain juga menyebutkan bahwa majelis tanpa zikir bagaikan bangkai keledai, sehingga doa ini berfungsi sebagai penyempurna dan penghidup zikir di penghujung pertemuan.
Imam Nawawi dalam Kitab Riyadhush Sholihin Bab 129: Adab-adab Kesopanan dalam Majelis dan Teman Duduk menjelaskan, ada tiga kandungan dalam doa kafaratul majelis ini: Menyucikan Allah dari berbagai sifat kekurangan dan memuji Allah atas segala perbuatan-Nya, menetapkan uluhiyah hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi Allah dan kesempurnaan Allah, serta istighfar dan bertaubat kepada Allah.
Doa Kafaratul Majelis Pertama
Merujuk Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar: Analisis Implementasi Model Project Based Learning pada Pembelajaran PAI di SMP Negeri, oleh Sabrina Eka Prahayuningtiyas dan Ida Rindaningsih, salah satu fungsi utama doa kafaratul majelis adalah untuk membentuk budaya akademik dan religius di sekolah.
Mengutip pandangan Imam Nawawi, doa kafaratul majelis termasuk adab yang disunnahkan untuk dibaca ketika seseorang mengakhiri suatu pertemuan. Kedudukan doa kafaratul majelis tidak sekadar doa biasa, tetapi tawqīfī, yaitu amalan yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW melalui hadis sahih.
Berikut ini adalah doa-doa kafaratul majelis, merujuk pada Riyadhush Sholihin dan Al-Adzkar, Imam Nawawi, Kumpulan Doa Sehari-hari terbitan Kemenag Jatim, Buku Pintar Doa dan Zikir Rasulullah oleh Abdullah Zaedan dan sumber relevan lainnya.
سُبْحانَكَ اللَّهُمَّ وبِحَمْدِكَ أشْهَدُ أنْ لا إِلهَ إِلاَّ أنْتَ أسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ
Latin: Subhânakallâhumma wa bihamdika asyhadu an-lâilâha illâ anta astaghfiruka wa atûbu ilaik
Artinya: Maha Suci Engkau, ya Allah. Segala sanjungan untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkâr, mengatakan bahwa doa tersebut merupakan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi. Dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa siapa yang membaca doa ini sebelum ia berdiri dari tempat duduknya maka seluruh kesalahan selama dalam majelis tersebut terampuni. Doa dalam hadits di atas juga senada dengan sabda Rasulullah saw yang lain, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad.
Untuk menguatkan doa di akhir atau penutup majelis, Rasulullah saw juga mengingatkan kepada kita pentingnya sebuah doa sebelum meninggalkan majelis. Hal ini agar kita tidak menyesal pada hari kiamat. Lewat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:
“Setiap kaum yang bangkit dari majelis yang tidak ada zikir pada Allah, maka selesainya majelis itu seperti bangkai keledai dan hanya menjadi penyesalan pada hari kiamat” (HR Abu Daud, No 4855; Ahmad, 2: 389. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad Hadits ini shahih).
Doa Kafaratul Majelis Kedua
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Latin: Subhaana rabbikaa rabbil 'izzati 'ammaa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, wal hamdulillahi rabbil 'aalamiin
Artinya: "Maha Suci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan. Selamat sejahtera bagi para rasul. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam." (QS As Saffat: 180-182).
Dengan membaca ayat ini di akhir majelis, seorang muslim menegaskan adab untuk menutup setiap pertemuan dengan penyucian, penghormatan, dan pujian kepada Allah, bukan dengan obrolan sia-sia. Ulama menjelaskan bahwa bacaan ini termasuk bentuk zikir yang menghapus dosa kecil dan menambah keberkahan majelis.
Karena itu, doa kafaratul majelis versi ayat As-Saffat ini melengkapi makna doa “Subhānaka Allāhumma wa bihamdika', di mana keduanya sama-sama berfungsi sebagai penutup majelis yang penuh adab, zikir, dan pujian kepada Allah SWT.
Doa Kafaratul Majelis Ketiga
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَااَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Latin: Allahummaqsim lana min khasy-yatik, maa tahulu bainanaa wa baina ma'shiyyatik, wa min thaa'atika maa tuballighuna bihi jannatak wa minal yaqiini ma tuhawwinu bihi 'alaina mashaaibad dunya.
Allahumma matti'naa bi asmaa'inaa wa abshaarina wa quwwatinaa ma ahyaytana waj'alhul waaritsa minna waj'alhu tsa'ranaa 'alaa man 'aadanaa wa laa taj'al mushiibatanaa fii diininaa wa laa taj'alid dunya akbara hamminaa wa laa mablagha 'ilminaa wa laa tusallith 'alainaa man laa yarhamunaa.
Artinya: "Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi antara kami dan perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan (anugerahkanlah pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini.
Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami berkuasa atas kami." (HR Tirmidzi).
Doa Kafaratul Majelis Keempat
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
Latin: Allahummaghfir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati. Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa. Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Artinya: "Ya Allah, ampunilah seluruh kaum muslimin dan kaum muslimat, kaum mukminin dan kaum mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa." "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami." "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
Bacaan doa ini bersumber dari Al-Qur’an dan hadis shahih. Para ulama sangat menganjurkan membaca dan mengamalkan doa-doa ini, terutama sebagai penutup doa, ceramah, atau majelis.
Doa ini mencakup permohonan ampunan, kebaikan dunia dan akhirat, serta perlindungan dari azab neraka, dan menjadi bentuk kepedulian terhadap sesama muslim.
Dalam Tafsir Al-Qur'an al-Adzim, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa doa-doa yang berasal dari Al-Qur’an adalah doa yang paling utama dan paling layak diamalkan, terutama dalam penutup majelis, khutbah, atau ceramah.
Doa Kafaratul Majelis Kelima
Berdasar penjelasan dalam buku Kumpulan Doa dari Al-Quran dan Hadits karya Syaikh Sa'id bin Wahf Al-Qahthani, Ibnu Umar menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW belum berdiri dari suatu majelis sebelum membaca doa ini sebanyak 100 kali:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُوْرُ.
Latin: Rabbigfirlī wa tub 'alayya innaka antat-tawwābul-gafūr
Artinya: "Wahai Tuhanku! Ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Pengampun." (HR Tirmidzi no 3/153 dan Ibnu Majah no 2/321)
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW sering membaca doa ini dalam majelisnya:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ يُعَدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ: "رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Dihitung oleh para sahabat, Rasulullah SAW dalam satu majelis mengucapkan seratus kali:Rabbi ighfir li wa tub ‘alayya innaka anta at-Tawwab ar-Rahim.”(HR. Abu Dawud no. 1516, At-Tirmidzi no. 3434, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani).
Pada riwayat lain disebutkan dengan lafaz التَّوَّابُ الغَفُورُ (at-Tawwab al-Ghafur).
Dalam Al-Adzkar, Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa doa ini sangat utama diamalkan, baik setelah shalat, dalam majelis, maupun di waktu-waktu lainnya, karena merupakan bentuk permohonan ampun dan taubat kepada Allah.
Doa Kafaratul Majelis Keenam
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Latin: Allahumma musharrifal qulub, sharrif qulubana ila tha'atika. Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi 'alaa Diinika. Rabbana la tuzigh qu- lubana ba'da idz hadaitana wahablana minladunka rahmatan innaka antal wahhab.
Artinya: "Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati ini untuk taat kepada-Mu. Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati ini kepada agama-Mu. Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia, amin ya Allah."
Doa-doa ini berasal dari Al-Qur’an dan hadis shahih, serta sangat dianjurkan diamalkan. Para ulama menekankan pentingnya memohon keteguhan hati dan perlindungan dari penyimpangan, karena hati sangat mudah berbolak-balik. Doa ini mencakup permohonan agar hati selalu diarahkan kepada ketaatan dan dijaga dari kesesatan setelah mendapatkan hidayah.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa Nabi SAW sendiri sering membaca doa ini, padahal beliau adalah manusia paling bertakwa, sebagai pelajaran untuk umatnya agar tidak merasa aman dari fitnah hati.
Keutamaan Membaca Doa Kafaratul Majelis
Berikut keutamaan Doa Kafaratul Majelis sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi SAW dan dipaparkan oleh para ulama:
1. Menghapus dosa yang terjadi selama majelis
Keutamaan terbesar doa ini adalah berfungsi sebagai kafārah—penutup dan penghapus dosa kecil yang mungkin dilakukan seseorang selama berada dalam sebuah pertemuan. Dalam hadis riwayat At-Tirmidzi dan Abu Dawud, Rasulullah SAW menegaskan bahwa siapa saja yang membaca doa ini sebelum bangun dari majelis, maka kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam majelis tersebut akan diampuni oleh Allah SWT. Ini mencakup ucapan sia-sia, canda berlebihan, atau kekurangan adab.
2. Menyempurnakan dan memberkahi majelis
Para ulama, termasuk Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar, menjelaskan bahwa doa ini menutup majelis dengan dzikir dan istighfar, sehingga majelis tersebut menjadi hidup dan bernilai ibadah di sisi Allah. Bila suatu majelis diakhiri tanpa menyebut nama Allah, hadis menyebut bahwa majelis itu bagaikan bangkai keledai—tidak membawa berkah. Doa Kafaratul Majelis menjadi penyempurna, memastikan bahwa setiap pertemuan kembali kepada Allah, sehingga kegiatan yang bersifat duniawi pun bisa menjadi amal saleh.
3. Bentuk adab dan kerendahan hati
Membaca doa ini menunjukkan akhlak seorang muslim yang menyadari keterbatasan dirinya. Manusia tidak mungkin sempurna dalam tutur kata; karena itu, doa ini menjadi wujud tawadhu’, yaitu kesadaran bahwa hanya Allah yang mampu menutupi kekurangan dan menerima amal seseorang. Adab ini sangat ditekankan dalam tradisi ulama sebagai etika penutup dalam majelis ilmu maupun pertemuan umum.
4. Menguatkan tauhid dan sikap berserah diri
Doa ini memadukan tasbih, tahmid, syahadat, dan istighfar. Perpaduan empat bentuk ibadah ini menjadikan doa tersebut sebagai dzikir yang sangat lengkap: menyucikan Allah, memuji-Nya, memperbarui keimanan, serta memohon ampun. Ulama menjelaskan bahwa rangkaian ini memperkuat tauhid dalam hati dan menumbuhkan rasa syukur serta penghambaan yang benar kepada Allah.
5. Membawa ketenangan dan menjaga hati dari kelalaian
Menutup majelis dengan doa ini membantu membersihkan hati dari pengaruh obrolan duniawi yang berlebihan. Pengucapannya menghadirkan ketenangan, menjaga hati agar tetap terikat dengan Allah setelah selesai berinteraksi dengan manusia. Karena itu, doa ini menjadi penutup yang memberi keteduhan spiritual, sekaligus pengingat agar setiap aktivitas tetap berada dalam bingkai ibadah.
People also Ask:
1. Apa doa kafaratul majlis?
Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik. Artinya: "Maha Suci Engkau ya Allah, aku memujiMu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu."
2. Bagaimana bunyi bacaan doa penutup majelis?
Doa penutup majelis (Kafaratul Majelis) adalah "Subhanakallahumma wabihamdika, asyhadu an laa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaika.". Doa ini berisi pengakuan akan kesucian Allah SWT, pujian kepada-Nya, kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, serta permohonan ampun dan tobat.
3. Hamdan Syakirin doa untuk apa?
Kalimat hamdan syakirin hamdan na'imin juga sangat baik dibaca dalam doa, karena doa yang diawali dengan pujian kepada Allah SWT akan lebih mustajab. Selain itu, dzikir ini juga bisa diucapkan ketika seseorang mendapat nikmat, kabar gembira, ataupun saat merenungkan betapa banyak karunia Allah SWT dalam kehidupan.
4. Apa doa pembuka majelis?
Berikut Doa Pembuka Majelis (1)
“Innal hamdalillaah, nahmaduhuu, wa nasta'iinuhu, wa nastagh-firuh.
5. Bagaimana bunyi doa kafarat?
Tahukah kamu apa itu salat Kafarat? Sholat ...Doa kafarat adalah doa setelah sholat kafarat, yang diawali dengan membaca istighfar, shalawat, basmalah, hamdalah, dan syahadat. Doa intinya memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah, seperti: "Ya Allah, aku memohon ampunan-Mu dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku". Setelah itu, dilanjutkan dengan permohonan untuk mengampuni dosa antara dirinya dengan Allah dan antara dirinya dengan makhluk-Nya.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424308/original/005831300_1764139219-Pernikahan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424526/original/011520200_1764144843-Ilustrasi_Tidur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5405874/original/079886700_1762501732-Berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424422/original/074791000_1764142150-Daging_Babi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424058/original/076374400_1764131363-Sholat_berjamaah_di_rumah.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4840923/original/066809800_1716467767-Ilustrasi_haji__Ka_bah__Islami__muslim.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424215/original/085499100_1764136424-Sholawat_Khobbiri.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5288278/original/027721100_1752903757-WhatsApp_Image_2025-07-19_at_12.33.52_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4035011/original/027443700_1653624347-sick-man-sweater-scarf-holding-cup-tea-while-having-cough.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3989128/original/096644500_1649396762-shutterstock_1723409665.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424037/original/048660500_1764130779-sholawat_ujang_bustomi.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365524/original/054763800_1759199598-Wanita_muslim_membaca_buku_di_kasur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365523/original/042845000_1759199598-Dua_wanita_muslimah_membaca_buku.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376360/original/049261700_1760001962-Ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4377921/original/034602000_1680202666-LAFAL_ISTIGHFAR.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285465/original/042576000_1752678571-Screen_Shot_2025-07-16_at_22.02.59.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/937364/original/035696900_1437967494-20150727-Hari-Pertama-Masuk-Sekolah-Jakarta3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3430882/original/001310400_1618561331-20210416-Itikaf-Masjid-Kubah-Emas-8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5423472/original/065770100_1764063704-masjid_di_malam_nisfu_syaban.png)





























