Liputan6.com, Jakarta - Di antara syarat menjadi guru adalah kesabarannya. Sabar menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam proses pendidikan, mengingat perbedaan latar belakang dan kondisi siswa. Dasar kesabaran dalam mendidikan tak lain adalah Al-Qur'an.
Sabar dalam mendidik menurut Al-Qur'an bukanlah sifat pasif melainkan kekuatan aktif (isti'anah) yang berakar pada keimanan, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu" (Q.S. Al-Baqarah: 153).
Merujuk jurnal Pendidikan Sabar dalam Al-Quran (Kajian Surat Al-Baqarah Ayat 153-257) oleh Marhamah dan Yusmi Aminah, UIN Imam Bonjol Padang, bahwa ujian (kesulitan, tantangan) dalam hidup maupun mendidik adalah sebuah kepastian (sunnatullah). Oleh karena itu, tugas pendidik adalah meneladani sabar sebagaimana dicontohkan oleh para Nabi dan Salafus Salih.
Penafsiran konsep sabar dalam Al-Qur'an seperti pandangan Ibnu Katsir menjadikan sabar sebagai kerangka teologis yang kokoh bagi seorang guru. Bahwa setiap kesulitan yang dihadapi dalam proses pendidikan adalah bagian dari takdir yang harus direspon dengan keteguhan hati dan keyakinan akan pertolongan Allah.
Dasar Kesabaran dalam Mendidik dalam Al-Qur'an
Ibnu Qayyim Jauziyah Madarijus Salikin menjelaskan, keteguhan (shabr) dalam menjalankan ketaatan dan menahan diri, merupakan inti dari amanah seorang pendidik. Konsep ini berakar kuat dalam ajaran Al-Qur'an dan menjadi pilar penting yang menjamin proses pembelajaran berjalan efektif dan mencapai tujuannya.
Di antara ayat Al-Qur'an yang menjadi rujukan kesabaran dalam mendidik adalah Surah Al-Baqarah Ayat 153-157. Ayat ini menjadi landasan teologis sekaligus filosofis pengajar.
Pendidikan sabar diawali dengan perintah tegas yang menjadi landasan bagi seorang pendidik: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S. Al-Baqarah: 153)
Dalam jurnalnya, Marhamah menjelaskan ujian adalah suatu kepastian sebagaimana terdapat dalam awal ayat 153. Hal ini mengajarkan bahwa tantangan dan kesulitan, termasuk dalam proses mendidik, adalah sunnatullah yang harus dihadapi dengan sabar.
5 Ujian Guru Perspektif Al-Qur'an dan Relevansinya di Zaman Modern
Maryamah dalam studi Pendidikan Sabar dalam Al-Quran membedah surat Al-Baqarah Ayat 155 dan relevansinya dengan kondisi para pengajar atau guru. Bahwa seorang pendidik, sebagaimana setiap Muslim, akan menghadapi cobaan yang menuntut kesabaran.
Ayat ini menyebutkan lima bentuk ujian utama yang dapat dianalogikan secara mendalam ke dalam tantangan profesional seorang guru:
1. Ujian Ketakutan (bi syai'in minal khauf)
Ujian ini merujuk pada rasa khawatir atau kecemasan terhadap hal-hal yang belum terjadi. Bagi guru, ini terwujud sebagai Kekhawatiran Karir/Profesional.
Guru diuji kesabarannya menghadapi ketakutan akan kegagalan dalam tugas mendidik, kecemasan menjelang evaluasi kinerja atau akreditasi sekolah, hingga kekhawatiran mendalam mengenai masa depan dan moralitas siswa yang mereka didik. Sabar di sini berarti keteguhan mental dalam menghadapi ketidakpastian profesional.
2. Ujian Kelaparan (wal juu')
Secara harfiah berkaitan dengan kebutuhan fisik, ujian ini dapat dianalogikan sebagai Beban Kerja Berlebihan (Burnout). Guru sering mengalami 'kelaparan' waktu, energi, dan sumber daya.
Mereka diuji kesabarannya saat merasa kehabisan tenaga (mental dan fisik) akibat tumpukan beban administrasi, jam mengajar yang padat, dan tuntutan kurikulum yang terus berubah. Sabar di sini adalah daya tahan dan manajemen diri dari kelelahan yang mengikis semangat mendidik.
3. Ujian Kekurangan Harta (wa naqshim minal amwaal)
Ujian ini berkaitan dengan keterbatasan material. Dalam konteks pendidikan, ini diwujudkan sebagai Keterbatasan Fasilitas dan Ekonomi. Guru diuji kesabarannya untuk tetap profesional dan kreatif dalam mengajar meskipun menghadapi kekurangan sumber daya pendidikan, minimnya buku, alat peraga yang usang, atau tidak adanya teknologi yang memadai di sekolah. Sabar di sini adalah kemampuan untuk berinovasi dan berikhlas dalam keterbatasan.
4. Ujian Kekurangan Jiwa (wal anfus)
Ujian klasik merujuk pada kehilangan nyawa atau orang yang dicintai. Dalam konteks profesional, ujian ini dapat diartikan sebagai Kehilangan Semangat dan Kendali Diri. Guru diuji kesabarannya saat menghadapi kesulitan mengelola perilaku siswa yang ekstrem atau penyimpangan disiplin yang parah.
Rasa kehilangan hasil didikan (misalnya, ketika siswa berbakat justru terjerumus ke perilaku negatif) atau hilangnya kepercayaan diri dan semangat mengajar adalah bentuk kekurangan jiwa yang harus dihadapi dengan keteguhan batin.
5. Ujian Kekurangan Buah-buahan (wats tsamaraat)
Ujian ini merujuk pada kegagalan panen atau tidak tercapainya hasil yang diharapkan. Bagi guru, ini adalah Kegagalan Hasil Belajar (Output). Guru diuji kesabarannya ketika hasil didikan (ilmu, nilai, atau akhlak) tidak sesuai dengan usaha dan harapan yang telah dicurahkan.
Misalnya, nilai siswa yang rendah, lulusan yang tidak mengamalkan ilmunya, atau ketidakmampuan siswa dalam menyerap materi. Sabar di sini adalah kesabaran jangka panjang dalam melihat proses, bukan hanya hasil akhir, serta kemampuan untuk memulai kembali dan memperbaiki metode pengajaran.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjadikan sikap sabar sebagai penopang spiritual untuk mencapai kabar gembira dan petunjuk dari Allah. Untuk mencapainya, berikut ini adalah kunci keberhasilan sabar dalam mendidik.
Kunci Keberhasilan Sabar dalam Mendidik
Berikut ini adalah kunci-kunci utama agar seorang guru dapat bersikap sabar dalam mendidik, merangkum studi Marhamah, diperkuat dengan Jurnal Pentingnya Sikap Sabar Bagi Guru PAI Dalam Mengelola Kelas, Buku Tafsir Al-Misbah, dan pandangan Ibnu Katsir.
1. Kunci Spiritual: Isti'anah (Memohon Pertolongan) melalui Sholat dan Sabar
Ini adalah kunci fundamental yang disebutkan secara langsung dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu (isti'anah), sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Isti'anah (Memohon Pertolongan)
Guru harus menjadikan sabar dan sholat sebagai sumber kekuatan spiritualnya. Sholat berfungsi sebagai media penghubung diri dengan Allah, yang memberikan energi ketenangan dan kekuatan batin.
Tanpa adanya jembatan spiritual ini, kesabaran akan mudah terkikis oleh tekanan mengajar. Guru bersabar karena meyakini bahwa kekuatannya berasal dari Allah.
Hakikat sabar adalah menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai. Bagi guru, ini berarti menahan amarah, menahan diri dari respons yang tergesa-gesa atau menghukum berlebihan, serta menahan keinginan untuk menyerah saat menghadapi tantangan siswa yang sulit.
2. Kunci Filosofis: Meyakini Kepastian Ujian (Sunnatullah)
Kunci ini bersumber dari pemahaman terhadap ayat selanjutnya (Q.S. Al-Baqarah: 155). Guru harus memiliki keyakinan filosofis (sunnatullah) bahwa ujian adalah keniscayaan dalam setiap proses kehidupan, termasuk mendidik.
Ujian, sebagaimana disebut di atas, dapat berupa ketakutan, kekurangan harta, atau jiwa, yang dalam konteks pendidikan dapat diwujudkan sebagai tantangan kurikulum, keterbatasan fasilitas, atau perilaku siswa yang menguji kesabaran. Keyakinan ini membuat guru siap secara mental dan tidak terkejut atau frustrasi saat tantangan muncul.
Sebaliknya, guru mesti menganggar ujian sebagai peluang. Guru yang bersabar akan dipandang sebagai orang-orang yang berhak mendapat pujian, rahmat, dan petunjuk dari Allah (Q.S. Al-Baqarah: 157).
Pandangan ini mengubah kesulitan menjadi peluang untuk mendapat pahala dan meningkatkan derajat (maqam) spiritual, sebagaimana dibahas Ibnu Qayyim Jauziyah di Madarijus Salikin.
3. Kunci Pedagogis: Memahami Perbedaan Individu
Dalam implementasinya di ruang kelas, kesabaran seorang guru harus bersifat aktif, yaitu dengan berupaya memahami latar belakang individual siswa. Ini mencakup perbedaan kecerdasan, kemampuan kognitif, dan perkembangan kepribadian.
Kesabaran ini memungkinkan guru untuk tidak menyamaratakan siswa dan tidak menuntut hasil yang instan.
Pemahaman yang sabar terhadap siswa akan menghasilkan respons yang lebih baik dan efektif terhadap kebutuhan dan karakteristik mereka.
Guru yang sabar cenderung lebih mampu mengelola kelas, menghindari konfrontasi yang tidak perlu, dan menciptakan atmosfer kelas yang kondusif. Buah sabar adalah memastikan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Implementasi Sabar dalam Praktik Mendidik
Ibnu Qayyim Jauziyah dalam Madarijus Salikin mengungkapkan, untuk menuju Allah diperlukan keteguhan dan kesabaran dalam menjalani ketaatan dan menahan diri.
Sabar, dalam konteks pendidikan, beralih dari konsep teologis menjadi kompetensi profesional yang esensial. Sikap sabar sangat urgen dalam implementasi di kelas maupun di luar kelas.
1. Memahami Latar Belakang Murid
Guru harus menunjukkan kesabaran dalam menghadapi siswa selama pembelajaran di kelas. Ini memerlukan pemahaman terhadap latar belakang individual siswa, yang mencakup perbedaan kecerdasan, kemampuan kognitif dan bahasa, serta perkembangan kepribadian dan fisik.
2. Respons yang Lebih Baik
Dengan memahami latar belakang individu, guru dapat merespons lebih baik terhadap kebutuhan dan karakteristik siswa.
3. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Statemen kunci menyebutkan: “Jika guru tidak memiliki kesabaran, maka tujuan dari aktivitas belajar mengajar tidak akan tercapai dengan baik.” Kesabaran menciptakan atmosfer kelas yang kondusif, efektif, dan menyenangkan.
4. Tantangan Simultan Kesabaran
Guru memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan dan situasi sulit yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran di kelas.
People also Ask:
1. Ayat al quran yang menjelaskan tentang sabar?
7 Ayat Al Quran Tentang Sabar yang Harus Umat Muslim HafalBeberapa ayat Al-Qur'an tentang sabar antara lain: Surat Al-Baqarah ayat 153 yang menyatakan Allah bersama orang-orang yang sabar, Surat Al-Anfal ayat 46 yang menegaskan bahwa kesabaran menjadikan umat Islam kuat dan solid, Surat Ali Imran ayat 200 yang memerintahkan untuk bersabar dan menguatkan kesabaran, serta Surat Luqman ayat 31 yang mengaitkan kesabaran dan syukur dengan tanda-tanda kebesaran Allah.
2. Ayat alquran yang menjelaskan tentang mendidik anak?
Beberapa ayat Al-Qur'an tentang mendidik anak antara lain Surat Luqman ayat 13-19 yang berisi nasihat Luqman kepada anaknya, Surat At-Tahrim ayat 6 yang menekankan tanggung jawab orang tua untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka, dan Surat An-Nisa ayat 9 yang menggarisbawahi tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak dengan baik. Ayat-ayat lain yang relevan adalah Surah Hud ayat 42-43 tentang keteguhan Nabi Nuh AS, Surah At-Taubah ayat 122 tentang menuntut ilmu agama, dan Surah Al-'Alaq ayat 1-5 tentang pentingnya membaca dan menuntut ilmu.
3. Apa yang ditekankan oleh ayat QS Al-Baqarah 2 155 terkait dengan sabar?
2. QS. Al-Baqarah Ayat 155 – Ujian Hidup Sebagai Jalan Kesabaran. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
4. Sabar ada 3 macam apa saja?
Tiga macam sabar adalah sabar dalam ketaatan, sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah atau takdir yang pahit. Ketiga jenis sabar ini mencakup pengekangan diri untuk menjalankan perintah Allah, menahan diri dari hal-hal yang dilarang, dan tabah dalam menghadapi ujian atau cobaan hidup.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424308/original/005831300_1764139219-Pernikahan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5405529/original/098852900_1762486960-Majelis_Ilmu.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424526/original/011520200_1764144843-Ilustrasi_Tidur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5405874/original/079886700_1762501732-Berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424422/original/074791000_1764142150-Daging_Babi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424058/original/076374400_1764131363-Sholat_berjamaah_di_rumah.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4840923/original/066809800_1716467767-Ilustrasi_haji__Ka_bah__Islami__muslim.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424215/original/085499100_1764136424-Sholawat_Khobbiri.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5288278/original/027721100_1752903757-WhatsApp_Image_2025-07-19_at_12.33.52_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4035011/original/027443700_1653624347-sick-man-sweater-scarf-holding-cup-tea-while-having-cough.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3989128/original/096644500_1649396762-shutterstock_1723409665.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424037/original/048660500_1764130779-sholawat_ujang_bustomi.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365524/original/054763800_1759199598-Wanita_muslim_membaca_buku_di_kasur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365523/original/042845000_1759199598-Dua_wanita_muslimah_membaca_buku.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376360/original/049261700_1760001962-Ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4377921/original/034602000_1680202666-LAFAL_ISTIGHFAR.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285465/original/042576000_1752678571-Screen_Shot_2025-07-16_at_22.02.59.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3430882/original/001310400_1618561331-20210416-Itikaf-Masjid-Kubah-Emas-8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5423472/original/065770100_1764063704-masjid_di_malam_nisfu_syaban.png)





























