Mandi wajib merupakan bentuk penyucian diri dari hadats besar agar seorang Muslim kembali dalam keadaan suci. Dalam Islam, kondisi suci adalah syarat mutlak untuk sahnya beberapa ibadah. Tidak heran jika mandi wajib menjadi bagian penting dalam fikih thaharah.
Mengutip Rika Sutra dalam skripsi berjudul Pentingnya Pemahaman Mandi Wajib bagi Peserta Didik Kelas XI SMK Negeri 4 Pinrang (IAIN Parepare, 2020), perkara yang mewajibkan mandi wajib meliputi keluarnya mani, selesai haid atau nifas, melahirkan, dan meninggal.
Sementara itu, Kemenag RI menjelaskan bahwa seseorang disebut junub atau dalam keadaan hadats besar jika:
- Keluarnya air mani, baik secara sadar maupun tidak.
- Berhubungan badan (jimak), walau tidak sampai keluar mani.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW dalam buku Fiqih Ibadah (Cairo: Dar As-Salam, 2007) yang diriwayatkan dari Ayyub, Jabir, dan Anas, bahwa ketika turun ayat yang berbunyi:
Arab:
(فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَثْنَى عَلَيْكُمْ فِي الطُّهُورِ، فَمَا طُهُورُكُمْ؟
قَالُوا: نَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ، وَنَغْتَسِلُ مِنَ الْجَنَابَةِ، وَنَسْتَنْجِي بِالْمَاءِ
قَالَ: فَهُوَ ذَاكَ فَفَعَلُوهُ
Latin:
Fīhī rijālun yuḥibbūna an yataṭahharū, wallāhu yuḥibbul-muṭṭahhirīn.
Qāla Rasūlullāh ṣallallāhu ‘alaihi wasallam: "Yā ma‘syaral-Anṣār, innallāha qad athnā ‘alaikum fit-ṭuhūr, fa mā ṭuhūrukum?"
Qālū: "Natawaḍḍa'u liṣ-ṣalāti, wanaghtasilu minal-janābah, wanastanjī bil-mā’."
Qāla: "Fahuwa dzāk, faf‘alūh."
Artinya:
"Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri, dan Allah menyukai orang-orang yang bersih".
Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai kaum Anshar, sesungguhnya Allah memuji kalian dalam bersuci. Bagaimana cara kalian bersuci?"
Mereka menjawab:
"Kami selalu berwudhu untuk shalat, mandi dari janabat, dan beristinja dengan menggunakan air."
Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
"Itulah sebabnya Allah memuji kalian. Maka dari itu teruskanlah hal itu."
(HR. Ibnu Majah)