Liputan6.com, Jakarta Padang Mahsyar adalah fase penting dalam perjalanan manusia setelah kehidupan dunia. Tempat ini bukan sekadar dataran luas, melainkan simbol keadilan mutlak, pengungkapan kebenaran, dan perhitungan amal yang tak terbantahkan. Dari perspektif hadis, kitab klasik, hingga filsafat keimanan, Mahsyar adalah fase yang tak terhindarkan.
Imam al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menggambarkan Padang Mahsyar sebagai tanah putih bersih yang rata, ruang tanpa batas. Di sana, semua manusia berdiri dalam ketelanjangan batin dan fisik, sebuah simbol kejujuran di hadapan Tuhan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin dalam bukunya Syarh Lum’atul I’tiqad (hal. 201) menjelaskan bahwa hanya manusia yang diberi kekuatan luar biasa saja yang mampu bertahan di panasnya.
Surat Ali Imran ayat 106–107 menyebutkan bahwa pada hari itu, wajah orang-orang beriman akan putih berseri, sedangkan wajah orang kafir dan fasik akan hitam muram. Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi menjelaskan bahwa sinar wajah tersebut adalah pantulan dari keimanan dan amal baik mereka di dunia.
Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang padang mahsyar dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (9/7/2025).
Beberapa waktu terakhir, warganey ramai membicarakan pegunungan Makkah menghijau. Perbukitan dan padang yang semula tandus berpasir berubah warna menjadi hijau subur. Warganet menganggap fenomena ini tak lazim. Lantaran langka, segera saja warga Arab...
Pengertian Padang Mahsyar: Dataran Luas
Padang Mahsyar adalah tempat seluruh manusia dikumpulkan setelah kebangkitan untuk dihisab (diperhitungkan amalnya) di akhirat. Hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim menggambarkan Padang Mahsyar sebagai dataran putih yang luas, tanpa lekukan, gunung, atau tanda-tanda geografis. Permukaannya rata seperti roti putih bundar, sehingga tidak ada tempat bersembunyi bagi siapa pun.
- "Manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar pada hari kiamat, di tanah putih, datar seperti roti bundar, tidak ada seorang pun yang memiliki tanda di atasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Keterangan serupa juga didukung oleh pemahaman terhadap QS. Al-Hajj ayat 7 dan QS. Abasa ayat 33–37, yang menggambarkan kebangkitan dan ketakutan manusia saat dikumpulkan pada hari akhir.
Imam al-Ghazali menuliskan bahwa Padang Mahsyar adalah tanah putih bersih yang rata. Dalam kitab Mukasyafatul Qulub, ia menggambarkan tempat itu sebagai ruang tanpa batas, di mana semua manusia berdiri dalam ketelanjangan batin dan fisik—simbol kejujuran dan keterbukaan di hadapan Tuhan.
Syaikh Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab Sabīlul Iddikār wal Iʿtibār menyebut Padang Mahsyar sebagai titik pertemuan seluruh makhluk, baik manusia, jin, maupun hewan, untuk menjalani pengadilan Ilahi. Tidak hanya amal yang dihisab, tetapi juga niat dan dampaknya.
Perspektif Filsuf Modern karya Badiuzzaman Said Nursi memberikan pendekatan rasional dan filosofis dalam menjelaskan Mahsyar. Ia menyebut Mahsyar sebagai "proses logis dan spiritual" setelah kematian, di mana setiap amal akan dinilai oleh sistem keadilan absolut yang tidak terbatas ruang dan waktu.
- Menunjukkan keadilan Allah yang sempurna.
- Menyingkap kebenaran amal dan niat manusia.
- Menghubungkan kehidupan dunia dengan akibat di akhirat.
Kedahsyatan Peristiwa di Padang Mahsyar yang Harus Diketahui
Padang Mahsyar adalah tempat berkumpulnya seluruh manusia setelah kebangkitan dari kubur. Dalam berbagai sumber Islam, baik Al-Qur'an, hadis sahih, maupun literatur klasik dan akademik, digambarkan enam peristiwa besar yang akan terjadi di tempat ini.
1. Matahari Didekatkan Sangat Dekat ke Kepala Manusia
Dalam Shahih Muslim, dari Sulaim bin ‘Amir, disebutkan bahwa matahari akan didekatkan hanya sejauh satu mil dari kepala manusia. Hal ini menyebabkan manusia berkeringat sesuai kadar amalnya—ada yang tenggelam hingga mata. Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin dalam bukunya Syarh Lum’atul I’tiqad (hal. 201) menjelaskan bahwa hanya manusia yang diberi kekuatan luar biasa saja yang mampu bertahan di panas sekuat itu.
2. Penantian Sangat Panjang, Seperti Ribuan Tahun
Sementara itu, Dr. Mahir ash-Shufi dalam kitab Bidayatu Yaumil Qiyamah: Ardhul Mahsyar, Al-Haudh, dan Asy-Syafa’atul ‘Uzhma (juz 6, hlm. 49), menggambarkan kondisi manusia yang berkeringat deras dengan bau yang menyengat karena tekanan panas yang luar biasa. Menurut tafsir dari Tafsir al-Maraghi (Juz 16), waktu di Padang Mahsyar tidak seperti waktu di dunia. Satu hari bisa setara dengan 1.000 tahun (QS. Al-Ma’arij: 4), membuat penantian terasa amat panjang dan mencekam.
3. Seluruh Manusia Dikumpulkan Telanjang, Tanpa Alas Kaki, dan Belum Disunat
Jurnal “Kebangkitan dan Mahsyar Perspektif Al-Qur’an dan Hadis” terbitan Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, UINSU Medan, menyebut bahwa manusia akan menunggu dengan ketakutan dan ketidakpastian menunggu hisab, bahkan sebelum pengadilan Allah dimulai. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA menyebut bahwa manusia akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang, tanpa alas kaki, dan belum disunat.
Aisyah pun bertanya, "Ya Rasulullah, apakah laki-laki dan perempuan akan saling melihat satu sama lain?" Rasul menjawab, "Perkara hari itu terlalu dahsyat untuk membuat mereka saling memandang." Penjelasan ini dipertegas dalam buku “Al-Ba’ts wa an-Nusyur” karya Imam al-Qurthubi, yang menjelaskan bahwa bentuk ini menunjukkan kebangkitan total manusia dalam bentuk semula, tanpa atribut duniawi.
4. Ketakutan dan Kehinaan yang Luar Biasa
Dalam Tafsir Ibnu Katsir (QS. Thaha: 108), digambarkan bahwa manusia di Padang Mahsyar tunduk, takut, dan tidak mampu bersuara sedikit pun. Dalam QS. Al-Jasiyah: 28, Allah menyebut mereka berlutut, menunduk, masing-masing kelompok dipanggil untuk dihisab. Menurut Buku “Silsilah al-Akhirah” karya Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqar, kondisi ini menunjukkan tidak ada tempat berlindung, dan ketundukan total terhadap keputusan Ilahi.
5. Hisab Amal dan Persaksian Anggota Tubuh
Setiap amal manusia akan dihitung dan disaksikan oleh anggota tubuh sendiri, sebagaimana dalam QS. Yasin: 65. Dalam kitab “Ar-Ruh” karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dijelaskan bahwa mulut dikunci dan tangan serta kaki akan bersaksi. Buku “Yawm al-Hisab” karya Abdul Karim Zaidan menyatakan bahwa hisab ini sangat detail; tidak ada amal sekecil zarrah pun yang luput dari penghitungan.
6. Syafaat dan Naungan Khusus bagi Golongan Tertentu
Nabi Muhammad ﷺ dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim menyebut tujuh golongan yang mendapat naungan Allah di hari ketika tidak ada naungan selain dari-Nya. Mereka termasuk pemimpin adil, pemuda rajin ibadah, dan mereka yang hatinya terpaut pada masjid. Syaikh Yusuf al-Qaradawi dalam bukunya Imaan: Jalan Menuju Kedamaian Abadi menjelaskan bahwa golongan-golongan ini diberi kemudahan saat hisab dan perlindungan dari siksa yang mencekam di Mahsyar.
Amalan yang Bisa Menyelamatkan di Padang Mahsyar
Terdapat beberapa amalan yang dapat memberikan syafaat dan pertolongan di Padang Mahsyar, di antaranya:
Menurut jurnal Perjalanan Umat Manusia Setelah Hari Kebangkitan (UIN Alauddin), orang yang sering berzikir dan bershalawat termasuk di antara yang mendapat syafaat Rasulullah di Mahsyar. Mereka diberi kemudahan dalam hisab, timbangan pahala meningkat, dan bisa masuk surga tanpa hisab.
Hadits riwayat Ahmad menyebut, “Naungan orang beriman di Hari Kiamat adalah sedekahnya.” Kajian web series “Atap Padang Mahsyar” (Anggy Mayang Sari, UIN Syarif) menegaskan bahwa sedekah untuk membangun atap masjid/mushalla menjadi naungan di Mahsyar.
Berdasarkan berbagai kitab dan kajian NU/MUI (Asnawin Aminuddin, its.ac.id), tujuh kategori manusia ini mendapat naungan:
- Pemimpin yang adil.
- Pemuda yang taat menjalankan dinihnya.
- Orang yang hatinya terpaut pada masjid.
- Dua sahabat yang saling mencintai karena Allah.
- Orang yang menolak godaan zina karena takut kepada Allah (contoh: Nabi Yusuf).
- Orang yang berinfaq secara sembunyi-sembunyi.
- Orang yang berdzikir dalam kesendirian hingga menangis karena takut Allah.
Orang yang ikhlas membantu orang kesusahan termasuk yang mendapatkan syafaat di Padang Mahsyar. Kitab tafsir Said Nursi melalui repositori UIN menjelaskan bahwa Padang Mahsyar merekam semua amal, dan orang yang hidupnya diisi amal shalih kelak melihat ganjarannya dengan bahagia — termasuk amal yang memberikan “keindahan abadi”.
Kondisi Orang Bertaqwa di Padang Mahsyar
Hari Padang Mahsyar adalah saat manusia dikumpulkan setelah kiamat, menanti keputusan Allah atas amal perbuatannya. Dalam kondisi yang sangat dahsyat dan menegangkan ini, orang-orang bertaqwa mendapatkan perlakuan istimewa dari Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam berbagai sumber Islam klasik dan kontemporer.
1. Dinaungi di Bawah Arsy Allah
Salah satu kemuliaan yang diperoleh orang bertaqwa di Padang Mahsyar adalah mendapat naungan Arsy Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, Rasulullah ﷺ menyebut tujuh golongan yang akan mendapat naungan tersebut. Di antaranya adalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan, orang yang hatinya terpaut pada masjid, serta mereka yang menangis karena takut kepada Allah. Mereka adalah simbol dari ketakwaan sejati. Kitab Shahih al-Bukhari (no. hadits 660) menekankan bahwa mereka diberi keistimewaan karena konsistensi dalam amal saleh.
Majalah Asy-Syariah edisi "Dahsyatnya Mahsyar" (2022) menegaskan bahwa golongan bertaqwa akan merasakan kenyamanan luar biasa dibanding manusia lainnya. Mereka tidak berdiri dalam kecemasan, karena Allah sudah menyiapkan naungan.
2. Terlindung dari Panas Terik
Dalam hadits riwayat Muslim (no. 2864), dijelaskan bahwa matahari pada hari Mahsyar akan didekatkan hanya satu mil dari kepala manusia. Namun, orang bertaqwa akan terlindungi oleh naungan Allah, sehingga tidak terpapar panas yang menyengat. Buku Al-Qiyamah ash-Shughra karya Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar menjelaskan bahwa kondisi ini merupakan bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya yang hidup dalam taqwa.
Detik.com dalam artikel “Padang Mahsyar Tempat Berkumpulnya Manusia Setelah Hari Kiamat” (2019) mengutip penjelasan ulama bahwa orang bertaqwa akan tetap tenang di tengah kondisi ekstrem tersebut karena pertolongan Allah.
3. Wajah Berseri dan Tidak Tercemar
Surat Ali Imran ayat 106–107 menyebutkan bahwa pada hari itu, wajah orang-orang beriman akan putih berseri, sedangkan wajah orang kafir dan fasik akan hitam muram. Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi menjelaskan bahwa sinar wajah tersebut adalah pantulan dari keimanan dan amal baik mereka di dunia. Ini menunjukkan kehormatan bagi orang bertaqwa sebagai bukti keselamatan mereka.
4. Menerima Catatan Amal dari Tangan Kanan
Orang bertaqwa akan menerima kitab amalnya dari tangan kanan, sebagaimana disebut dalam Surat Al-Insyiqaq ayat 7–9. Ini menjadi tanda bahwa hisab mereka akan mudah dan penuh kegembiraan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa menerima catatan dari tangan kanan adalah simbol keberhasilan seorang hamba dalam menjalani ujian dunia dengan penuh taqwa.
Majalah Buletin Al-Ilmu edisi “Dahsyatnya Berhimpun di Padang Mahsyar” (2023) menambahkan bahwa orang bertaqwa akan melangkah ringan, tidak dalam ketakutan atau tekanan seperti orang-orang berdosa yang menerima kitab dari tangan kiri.
5. Mendapat Syafa’at dari Rasulullah ﷺ
Syafa’at terbesar di Padang Mahsyar adalah syafa’at Nabi Muhammad ﷺ yang disebut asy-syafā’atul ‘uzhmā. Orang bertaqwa, yakni yang beriman dan taat kepada sunnah Nabi, akan termasuk dalam golongan yang mendapatkan syafa’at ini. Dalam buku Al-Qiyamah al-Kubra karya Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, dijelaskan bahwa syafa’at ini hanya diberikan kepada mereka yang tidak menyekutukan Allah dan hidup dalam ketakwaan.
Situs resmi Pengadilan Agama Kabupaten Kediri (pa-kedirikab.go.id) juga menjelaskan bahwa orang bertaqwa akan mendapatkan prioritas dalam menerima syafa’at, yang menjadi penyelamat besar dari siksa hari Mahsyar.
QnA Seputar Padang Mahsyar
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum seputar Padang Mahsyar:
1. Apa sebenarnya Padang Mahsyar itu, dan apakah ada lokasinya di bumi sekarang?
Padang Mahsyar adalah tempat seluruh manusia akan dikumpulkan setelah kiamat untuk mempertanggungjawabkan amalnya di hadapan Allah SWT. Disebut dalam banyak hadits, Padang Mahsyar akan menjadi bumi baru yang luas, rata, dan tidak ada satu pun bangunan atau gunung. Menurut riwayat (HR. Bukhari no. 6521), Rasulullah ﷺ bersabda bahwa manusia akan dikumpulkan di bumi putih seperti roti tipis tanpa tanda-tanda khusus, berbeda dari bumi kita sekarang, sehingga tidak ada tempat di bumi saat ini yang merupakan Padang Mahsyar.
2. Apakah manusia akan berpakaian ketika dibangkitkan di Padang Mahsyar?
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa manusia akan dibangkitkan dalam keadaan telanjang, tidak beralas kaki, dan belum dikhitan. Namun, pada saat itu manusia sangat sibuk dengan ketakutan akan hisab sehingga mereka tidak memperhatikan aurat satu sama lain. Ini menunjukkan kedahsyatan dan keseriusan suasana di Padang Mahsyar, di mana yang dipikirkan hanya keselamatan amalnya.
3. Kenapa matahari sangat dekat dengan manusia di Padang Mahsyar? Apakah panasnya seperti di dunia?
Dari hadits riwayat Muslim (2864), matahari akan didekatkan sejauh satu mil di atas kepala manusia, membuat mereka berkeringat sesuai kadar amal masing-masing. Ada yang berkeringat setinggi mata kaki, lutut, hingga ada yang tenggelam dalam keringatnya. Ini menunjukkan bentuk keadilan Allah dan pembalasan atas amal, bukan sekadar panas fisik seperti di dunia, tetapi bentuk siksaan psikologis sekaligus fisik yang menyesakkan saat penantian hisab.
4. Apakah semua manusia akan mengalami susah payah dan ketakutan di Padang Mahsyar?
Tidak semua orang merasakan kesulitan yang sama. Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain naungan-Nya (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031). Di antaranya adalah pemuda yang tumbuh dalam ibadah, orang yang hatinya terpaut dengan masjid, dan orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi. Mereka akan mendapatkan ketenangan dan teduhan khusus saat manusia lain dalam ketakutan, menunjukkan rahmat Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh.
5. Apakah hewan juga akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk dihisab?
Dalam tafsir Al-Qur'an surat Al-An’am ayat 38 dan riwayat hadits, hewan juga akan dikumpulkan di Padang Mahsyar, dan akan diberikan qishash antar mereka, seperti hadits Rasulullah ﷺ (HR. Muslim no. 2582) bahwa kambing yang bertanduk akan diberikan haknya atas kambing yang tidak bertanduk. Namun setelah itu, hewan-hewan akan menjadi tanah. Melihat hal ini, orang kafir akan berkata, “Aduhai, sekiranya aku menjadi tanah” (QS. An-Naba: 40), karena mereka menyesal tidak menjadi hewan yang tidak mengalami siksaan abadi setelah Padang Mahsyar.