Makna Shadaqallahul Adzim, Sering Diucapkan Setelah Membaca Al-Qur'an

2 months ago 26

Liputan6.com, Jakarta Setiap kali selesai membaca Al-Qur’an, umat Islam dianjurkan mengucapkan shadaqallahul adzim sebagai bentuk penghormatan atas firman Allah SWT. Kalimat ini menjadi penutup bacaan yang mencerminkan adab dan keimanan.

Makna dari shadaqallahul adzim adalah "Maha Benar Allah yang Maha Agung." Ucapan ini menguatkan keyakinan bahwa semua isi Al-Qur’an adalah kebenaran mutlak dari Sang Pencipta.

Dengan membiasakan diri mengucap shadaqallahul adzim setelah membaca Al-Qur'an, seorang Muslim menunjukkan rasa tunduk dan pengagungan terhadap wahyu Allah yang mulia.  

Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang arti shadaqallahul adzim, Jumat (11/7/2025).

Syakir Dulay memberikan penjelasan tentang manfaat membaca Al-quran

Makna Mendalam Shadaqallahul Adzim

Secara etimologis, shadaqallahul ‘azhim terdiri dari tiga unsur utama, yaitu: shadaqa (صَدَقَ) yang berarti "telah benar" atau "benar adanya", Allah (اللّٰه) sebagai nama Tuhan Yang Maha Esa dalam Islam, dan al-‘azhim (الْعَظِيْم) yang berarti "Maha Agung" atau "Yang Sangat Mulia". Jika digabungkan, frasa ini bermakna "Benarlah Allah Yang Maha Agung" atau "Maha Benar Allah Yang Maha Agung".

Makna dari kalimat ini bukan sekadar pengakuan secara lisan, melainkan merupakan bentuk penguatan keyakinan dan keimanan terhadap seluruh kebenaran yang difirmankan Allah SWT. Dalam beberapa tafsir, kalimat ini juga diartikan sebagai bentuk tasdiq atau pembenaran terhadap semua isi Al-Qur’an, yang datang langsung dari Sang Pencipta dan bebas dari kekeliruan. Oleh karena itu, kalimat ini sering diucapkan sebagai penutup setelah membaca ayat-ayat suci.

Mengucapkan shadaqallahul ‘azhim setelah membaca Al-Qur’an menunjukkan adab dan penghormatan terhadap firman Allah. Kalimat ini mengandung makna syukur atas hidayah membaca wahyu-Nya serta menjadi bentuk perenungan bahwa apa yang dibaca bukan sekadar bacaan biasa, melainkan petunjuk hidup yang mutlak kebenarannya.

Shadaqallahul Adzim Sebagai Penutup

Dalam tradisi umat Islam, "shadaqallahul ‘azhim" yang berarti “Maha Benar Allah Yang Maha Agung” sering diucapkan setelah membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebagai bentuk penghormatan, pengagungan, dan pengakuan terhadap kebenaran firman Allah.

Meskipun tidak terdapat dalil khusus dalam Al-Qur’an maupun hadits shahih yang secara eksplisit mewajibkan atau mensunnahkan membaca kalimat ini setelah membaca Al-Qur’an, kebiasaan ini telah menjadi bentuk adab yang umum dipraktikkan oleh banyak kaum Muslimin.

Pengucapan shadaqallahul ‘azhim dapat dipahami sebagai ungkapan keimanan dan pembenaran bahwa semua yang disampaikan dalam Al-Qur’an adalah benar dan datang dari Allah SWT. Kalimat ini memperkuat kesadaran spiritual bahwa tidak ada keraguan dalam wahyu Allah dan bahwa segala isi Al-Qur’an patut diyakini, direnungkan, serta diamalkan.

Dalam konteks adab membaca Al-Qur’an, menutup bacaan dengan "shadaqallahul ‘azhim" juga mencerminkan rasa hormat dan takzim terhadap kitab suci. Maka meskipun tidak diwajibkan secara syar’i, mengucapkannya dianggap sebagai bentuk kesopanan dan penghormatan yang baik, selama tidak diyakini sebagai bagian dari kewajiban ibadah yang tetap.

Perbedaan Pendapat Ulama tentang Hukumnya

Perbedaan pandangan di kalangan ulama terkait pengucapan shadaqallahul ‘azhim setelah membaca Al-Qur’an berakar pada persoalan bid'ah atau perkara baru dalam agama. Hal ini menjadi titik tolak antara dua kelompok utama: yang melarang dan yang membolehkan praktik tersebut.

Sebagian ulama yang tidak menganjurkan mengucapkan shadaqallahul ‘azhim setelah membaca Al-Qur’an berpendapat bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat tidak pernah mencontohkan kebiasaan ini dalam ibadah mereka. Karena tidak ditemukan dalil yang shahih tentang hal itu, mereka menganggap pengucapan tersebut sebagai amalan yang diada-adakan (bid’ah), terutama jika diyakini sebagai bagian dari sunnah atau kewajiban setelah membaca Al-Qur’an.

Pada sisi lain, kelompok ulama yang membolehkan bahkan menganggapnya sebagai amalan baik, melihat pengucapan shadaqallahul ‘azhim sebagai bentuk tasdiq (pembenaran) terhadap kebenaran firman Allah. Mereka menekankan bahwa tidak semua perkara yang tidak dilakukan Nabi SAW otomatis dianggap bid’ah yang tercela.

Mengutip kajian yang dipublikasikan di Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 6, No. 1, 2021, Abu al-Husain bin Faris bin Zakriya menjelaskan makna kata bid'ah dari segi bahasa : kata bid'ah berasal dari kata badaa' (ََبَدَعَ) yang bermakna menciptakan sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya

Selama suatu amalan tidak bertentangan dengan syariat dan mengandung nilai kebaikan, maka tidak mengapa untuk diamalkan. Dalam hal ini, ungkapan tersebut dinilai sebagai bentuk penghormatan terhadap Al-Qur’an dan ekspresi iman seseorang.

Selama tidak ada keyakinan bahwa pengucapan tersebut adalah kewajiban atau bagian dari ritual ibadah yang ditetapkan, maka hal ini masuk dalam ranah ijtihadiyyah yang bersifat fleksibel. Umat Islam dianjurkan untuk mengikuti pendapat yang dirasa paling menenangkan hati dan bersandar pada penjelasan dari ulama yang dapat dipercaya.  

Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Mengutip kajian yang dipublikasikan di Moral: Jurnal kajian Pendidikan Islam Vol. 1, No. 4 Desember 2024, Al-Quran juga memberikan panduan hidup yang lengkap dan komprehensif.

Ajarannya mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk etika, moral, hukum, sosial, dan ekonomi. Dengan mengikuti ajaran Al-Quran, seorang Muslim akan mampu menjalani kehidupan yang seimbang dan harmonis, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, maupun dengan alam semesta.

Berikut ini keutamaan membaca Al-Qur'an:

1. Mendapat Pahala pada Setiap Huruf

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat." (HR. At-Tirmidzi)

Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur’an bernilai pahala. Bahkan kata seperti "Alif Lam Mim" dihitung sebagai tiga huruf, bukan satu kata. Ini menunjukkan betapa besar ganjaran yang Allah berikan bagi orang yang membacanya.

2. Pemberi Syafaat di Hari Kiamat

“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi para pembacanya.” (HR. Muslim)

Al-Qur’an tidak hanya memberi pahala di dunia, tetapi juga akan menjadi pembela di akhirat bagi mereka yang rutin membacanya dan mengamalkannya.

Mengutip buku berjudul Kemunculan Dajal Palsu (2007) oleh Yusuf Burhanuddin, hari kiamat adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup di dunia, yang harus kita percayai kebenaran adanya, dan menjadi jembatan untuk menuju ke kehidupan selanjutnya di akhirat yang kekal dan abadi. Iman kepada hari kiamat adalah rukun iman yang kelima. Hari kiamat diawali dengan tiupan terompet sangkakala oleh Malaikat Israfil untuk menghancurkan bumi beserta seluruh isinya.

3. Menenangkan Hati dan Jiwa

Allah SWT berfirman: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra’d: 28)

Membaca Al-Qur’an adalah bentuk dzikir tertinggi. Ayat-ayatnya menenangkan hati, menghilangkan kegelisahan, dan memperkuat iman dalam menghadapi ujian hidup.

4. Mengangkat Derajat di Dunia dan Akhirat

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan merendahkan yang lainnya karenanya.” (HR. Muslim)

Orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan hidup akan dimuliakan di dunia dan mendapat tempat istimewa di akhirat. Derajatnya ditinggikan karena ilmu, iman, dan amalnya.

5. Mendapat Perlindungan dari Azab

“Jika kamu membaca Al-Qur’an, maka Al-Qur’an itu akan menjadi cahaya bagimu di langit dan di bumi.” (HR. Ahmad)

Al-Qur’an menjadi pelindung dari berbagai keburukan, baik di dunia maupun akhirat. Cahaya Al-Qur’an membimbing pemiliknya dalam kebenaran dan menjauhkan dari kesesatan.

Q & A Seputar Topik Makna Shadaqallahul Adzim

Apa arti dari shadaqallahul adzim?

Shadaqallahul adzim berasal dari bahasa Arab yang berarti “Maha Benar Allah Yang Maha Agung.” Ungkapan ini merupakan bentuk pengakuan seorang Muslim bahwa seluruh firman Allah dalam Al-Qur'an adalah benar dan tidak diragukan.

Kapan biasanya shadaqallahul adzim diucapkan?

Ungkapan ini biasanya diucapkan setelah selesai membaca Al-Qur'an, baik dalam tilawah harian, kajian, maupun acara keagamaan, sebagai bentuk pengagungan dan penghormatan terhadap kalam Allah SWT.

Apakah shadaqallahul adzim disebutkan dalam hadits?

Tidak ada dalil atau hadits sahih yang secara spesifik menyebutkan Nabi Muhammad SAW membaca shadaqallahul adzim setelah membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu, sebagian ulama menganggapnya sebagai kebiasaan baik (bid’ah hasanah), selama tidak diyakini sebagai bagian dari ibadah yang wajib.

Mengapa ungkapan ini tetap populer di kalangan Muslim?

Meskipun tidak berasal dari contoh Nabi secara langsung, ungkapan ini dianggap sebagai bentuk tasdiq (pembenaran) terhadap kebenaran wahyu. Hal ini sejalan dengan semangat pengagungan terhadap Al-Qur'an dan memperkuat keimanan terhadap firman Allah SWT.

Apakah mengucapkan shadaqallahul adzim setelah membaca Al-Qur’an diperbolehkan?

Mayoritas ulama membolehkan selama tidak meyakini bahwa hal itu bagian dari sunnah atau wajib. Ini dikategorikan sebagai perbuatan mubah yang mengandung kebaikan, yaitu mengakui keagungan dan kebenaran kalamullah setelah membacanya.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |