Mengejar Kebahagiaan Sejati, Caranya?

2 months ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Wisuda adalah salah satu momen yang paling membahagiakan bagi orang tua. Melihat anak mengenakan toga, menggenggam ijazah, dan menggandeng ayah-ibunya menuju panggung menjadi momen tak terlupakan yang sering diabadikan dalam bingkai foto. Namun, tahukah bahwa ada bentuk wisuda yang jauh lebih membahagiakan dan kekal nilainya?

Dalam kehidupan dunia, orang tua rela berkorban harta, waktu, dan tenaga demi menyekolahkan anaknya. Mulai dari TK hingga kuliah, semua dikerahkan agar sang anak berhasil meraih gelar sarjana, master, hingga doktor. Tapi di balik semua itu, ada impian yang lebih tinggi.

Sebagian orang tua membayangkan, jika di dunia saja bisa sebahagia itu menyaksikan anaknya diwisuda, lalu seperti apa bahagianya jika ada momen serupa di akhirat kelak? Sebuah pertanyaan yang menyentuh hati dan menggugah renungan.

Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), wisuda akhirat itulah kebahagiaan sejati. Sementara, di dunia, wisuda hanyalah kebahagiaan semu.

memberikan pandangan menarik tentang analogi wisuda dunia dan akhirat. Ia mengajak umat Islam untuk membayangkan kebahagiaan hakiki yang lebih besar dibandingkan sekadar gelar akademik.

“Bayangkan anak itu disiapin sampai IPK 4, terus di wisuda, menggandeng orang tuanya, itu bahagianya luar biasa. Kebayang enggak kalau itu terjadi di akhirat?” ungkap UAH saat menyampaikan ceramahnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Jenazah Nelayan Ubur-Ubur Ditemukan Mengapung di Laut Kebumen

Contoh Wisuda di Dunia, Senang Minta Ampun

Dirangkum Jumat (11/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @AdiHidayatOfficial, UAH menekankan bahwa segala jerih payah mendidik anak di dunia bisa menjadi bekal kebahagiaan yang tak terhingga jika diarahkan pada pendidikan akhirat.

Ia mencontohkan, banyak orang tua rela mengeluarkan banyak uang demi pendidikan anaknya di universitas ternama. Namun, seringkali mereka lupa bahwa mendidik anak menjadi penghafal Al-Qur’an bisa memberi ganjaran yang jauh lebih besar.

“Anda baru lihat anak itu hafal satu surat saja sudah lega rasanya, apalagi kalau sudah selesai satu mushaf Al-Qur’an,” ujar UAH dalam ceramah tersebut.

Menurutnya, momen ketika anak menyelesaikan hafalan Qur’an bisa membuat orang tua menangis haru. Bahkan ada yang bersujud karena merasa segala kelelahan selama bertahun-tahun terbayar lunas.

Kebahagiaan itu, lanjut UAH, bukan hanya dirasakan di dunia. Di akhirat, orang tua dari anak penghafal Qur’an akan mendapatkan mahkota cahaya, sebagai tanda kemuliaan yang luar biasa dari Allah.

Berbeda dengan ijazah dunia yang hanya berlaku sementara, hasil pendidikan iman dan Qur’an akan abadi. Maka sangat disayangkan jika orang tua hanya mengejar pencapaian akademik dan melupakan pendidikan rohani anak.

Bayangkan Kebahagiaan Wisuda di Akhirat

Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa mendidik anak menjadi shalih dan mencintai Al-Qur’an bukan pekerjaan ringan. Tapi di situlah letak pahala besar yang menanti.

Bahkan anak yang belum mampu menghafal seluruh Al-Qur’an pun bisa membawa ketenangan jika dididik mencintai ilmu dan kebaikan. Setiap huruf yang dihafal, setiap ayat yang dijaga, menjadi ladang pahala bagi orang tuanya.

Wisuda di dunia hanya menghasilkan kebanggaan sesaat. Sedangkan “wisuda” di akhirat, yakni ketika anak menjadi sumber pahala jariyah, akan membawa kebahagiaan kekal di sisi Allah.

UAH mengajak setiap orang tua untuk merenung, apakah hanya ingin bahagia di dunia, atau ingin membangun kebahagiaan jangka panjang hingga ke akhirat kelak?

Mendidik anak cinta Al-Qur’an, rajin sholat, berakhlak baik, dan peduli kepada sesama menjadi bentuk investasi abadi yang tak ternilai harganya. Semua itu membutuhkan kesabaran dan keistiqamahan.

Di akhir ceramahnya, UAH mengajak para orang tua untuk memulai langkah sederhana. Mulailah dari satu ayat, satu surat, dan terus istiqamah. Karena satu langkah kecil yang tulus bisa membuka pintu pahala besar bagi keluarga.

Dengan membayangkan kebahagiaan wisuda di akhirat, semangat orang tua akan terjaga untuk tidak lelah mendidik anak dalam kebaikan. Karena di sana, bukan ijazah yang dibanggakan, tapi amal dan ridha Ilahi yang jadi tujuan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |