Liputan6.com, Jakarta Memahami perbedaan qada dan qadar merupakan hal fundamental bagi setiap Muslim. Kedua istilah ini seringkali dianggap sama, padahal memiliki makna dan implikasi yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Iman kepada qada dan qadar berarti percaya bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk-Nya.
Konsep ini mengajarkan bahwa segala yang terjadi di alam semesta ini berada dalam pengetahuan dan kehendak Allah. Hal ini seperti disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim tentang penciptaan manusia dan empat ketentuan yang dituliskan.
Melalui hadits tersebut, dapat dipahami bahwa qada dan qadar adalah ketetapan Allah SWT yang sifatnya universal. Keduanya berbeda, namun saling terikat dan tidak bisa dipisahkan, sehingga penting untuk memahami perbedaan qada dan qadar secara jelas. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Rabu (6/8/2025).
Perbedaan Qada dan Qadar: Pengertian Dasar
Untuk mengetahui perbedaan qada dan qadar, Anda perlu memahami definisinya terlebih dahulu. Qada dan qadar merupakan dua konsep penting dalam akidah Islam yang seringkali disalahpahami, meskipun saling berkaitan.
Qada secara bahasa berarti ketentuan, dan secara istilah adalah ketentuan Allah yang bersifat umum dan berlaku bagi semua makhluk. Dirangkum dari buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Mts susunan Drs. H. Masan AF, M.Pd, qada merujuk pada ketetapan Allah yang bersifat azali, yaitu ketetapan yang telah ada sejak sebelum manusia diciptakan dan tertulis di Lauhul Mahfuzh.
Sementara itu, qadar secara bahasa berarti ketetapan atau ukuran. Secara istilah adalah perwujudan ketentuan atau hukum Allah (qada) atas semua makhluk-Nya jika syarat-syaratnya terpenuhi. Qadar sifatnya lebih spesifik dan seringkali dipengaruhi oleh ikhtiar serta doa manusia, seperti takdir keberhasilan yang didapat dari kerja keras.
Sederhananya, perbedaan qada dan qadar terletak pada sifatnya; qada adalah rencana atau ketetapan awal Allah yang bersifat umum, sedangkan qadar adalah implementasi atau hasil dari rencana tersebut yang bisa jadi dipengaruhi oleh usaha manusia. Takdir qada merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa diubah lagi oleh makhluk-Nya, sementara qadar masih bisa diubah selama seseorang mau berikhtiar dan berdoa kepada Allah.
Memahami Takdir Mu'allaq dan Mubram dalam Qada dan Qadar
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap menjumpai kejadian yang sesuai ataupun bertolak belakang dengan keinginannya. Kerja keras yang dilakukannya pun adakalanya berhasil dan gagal, dan semua itu sudah ditetapkan dalam garis takdir Allah SWT.
Mengenai contoh qada dan qadar, para ulama telah mengelompokannya menjadi dua macam, yakni takdir mu’allaq dan mubram. Pemahaman ini membantu kita membedakan mana takdir yang bisa diupayakan dan mana yang tidak.
-
Takdir Mu’allaq
Takdir mu’allaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Ini berarti takdir jenis ini dapat berubah atau diwujudkan berdasarkan usaha dan doa yang dilakukan oleh individu. Contohnya, seorang siswa yang bercita-cita menjadi dokter dan belajar dengan tekun, akhirnya berhasil mencapai cita-citanya.
Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Rad ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Ayat ini menegaskan pentingnya ikhtiar dalam mengubah takdir mu'allaq.
-
Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan ataupun ditawar lagi ketetapannya. Takdir ini bersifat mutlak dan tidak dapat diubah oleh usaha manusia. Contohnya yaitu sebab kematian dan ajal seseorang, atau jenis kelamin saat lahir.
Ketika ada seorang pengendara mobil berhati-hati dalam mengemudikan mobilnya, namun usahanya ini sia-sia jika takdirnya dituliskan meninggal dunia karena kecelakaan, ini adalah contoh takdir mubram. Ini menunjukkan bahwa ada hal-hal di luar kuasa manusia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Dalil Keutamaan Iman kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Keyakinan ini bukan hanya sekadar pengakuan lisan, melainkan harus meresap dalam hati dan tercermin dalam setiap tindakan, memberikan banyak keutamaan dan hikmah.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim, "Yang dimaksud beriman ialah bahwa kamu percaya kepada Allah, para malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik ataupun buruk." Ini menegaskan posisi takdir sebagai pilar keimanan.
Berikut adalah beberapa keutamaan beriman kepada qada dan qadar:
-
Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran
Dengan iman kepada takdir, manusia didorong untuk menyelidiki dan mempelajari alam semesta. Pemahaman tentang sunnatullah (hukum alam) memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, yang pada gilirannya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemakmuran.
-
Menghindari Sifat Sombong
Iman kepada takdir mengajarkan kerendahan hati. Seseorang yang meraih kesuksesan besar tidak akan merasa sombong karena menyadari bahwa semua pencapaian adalah ketetapan dan pertolongan dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. an-Nahl/16: 53.
-
Melatih Berhusnuzan (Baik Sangka)
Keimanan pada takdir mendidik manusia untuk selalu berbaik sangka terhadap ketetapan Allah. Apa yang diinginkan manusia belum tentu baik baginya, dan sebaliknya, apa yang tidak disukai bisa jadi mengandung kebaikan.
-
Melatih Kesabaran
Seorang yang beriman kepada qada dan qadar akan tetap tabah, sabar, dan tidak mengenal putus asa saat mengalami kegagalan. Ia menyadari bahwa semua kejadian adalah ketetapan Allah, seperti disebutkan dalam Q.S. Yusuf/12: 87 yang melarang putus asa dari rahmat Allah.
-
Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut
Iman pada qada dan qadar menumbuhkan sifat pemberani. Seseorang yang meyakini bahwa segala sesuatu telah ditetapkan Allah tidak akan ragu atau gentar dalam menghadapi tantangan, karena ia tahu bahwa apa pun yang terjadi tidak akan menyimpang dari takdir-Nya.
Konsep Takdir dalam Islam: Empat Tingkatan Iman
Konsep takdir dalam Islam adalah sesuatu yang sangat gaib, sehingga manusia tidak mampu mengetahui takdirnya secara keseluruhan. Namun, sebagai Muslim, kita diwajibkan untuk beriman pada takdir dengan memahami tingkatan-tingkatannya.
Pemahaman ini membantu kita untuk menempatkan usaha dan tawakal pada porsi yang benar, menyadari bahwa takdir memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani.
-
Al-`Ilmu (Pengetahuan Allah)
Tingkatan pertama adalah meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, baik secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, termasuk setiap gerak-gerik makhluk-Nya, seperti dijelaskan dalam Q.S. Al-An`am:59.
-
Al-Kitabah (Pencatatan Allah)
Tingkatan kedua adalah meyakini bahwa Allah telah mencatat semua yang diketahui-Nya dalam Lauhul Mahfuzh. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu telah tertulis dan terencana dengan sempurna, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Hajj:70.
-
Al-Masyiah (Kehendak Allah)
Tingkatan ketiga adalah meyakini bahwa tidak ada sesuatu pun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan kehendak (iradah/masyiah) Allah SWT. Kehendak Allah ini bersifat umum dan meliputi segala sesuatu, seperti dalam Q.S. Yasin:82.
-
Al-Khalqu (Penciptaan Allah)
Tingkatan keempat adalah meyakini bahwa tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya, dan penguasanya. Allah adalah satu-satunya Pencipta, seperti ditegaskan dalam Q.S. Az-Zumar:2.
Qada dan Qadar sebagai Rukun Iman Keenam
Iman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman yang keenam, yang berarti setiap Muslim wajib mempercayai dan meyakini bahwa Allah telah menjadikan segala makhluk dengan kodrat dan iradat-Nya serta segala hikmah-Nya. Keyakinan ini adalah pilar penting dalam akidah Islam yang membentuk pandangan hidup seorang Muslim.
Keimanan ini mencakup keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang baik maupun yang buruk, telah diketahui dan ditetapkan oleh Allah SWT sejak zaman azali. Hal ini tidak berarti manusia tidak memiliki kebebasan memilih, melainkan bahwa pilihan dan tindakan manusia juga berada dalam pengetahuan dan kehendak Allah.
Dalam hadits telah dinyatakan dengan jelas, bahwa kejadian manusia di dalam rahim ibunya berjalan menurut prosesnya dan setelah seratus dua puluh hari ditiupkan nyawa (ruh) oleh malaikat diperintahkan menuliskan empat macam perkara. Empat perkara utama dalam kehidupan manusia—ilmunya (perbuatan), rezeki, ajal, dan nasib akhir (surga atau neraka)—telah ditetapkan sejak dalam kandungan, seperti dijelaskan dalam Ilmu Tauhid Lengkap oleh Zainuddin (1996).
Dengan memahami qada dan qadar sebagai rukun iman, seorang Muslim akan memiliki ketenangan jiwa dan keyakinan bahwa setiap peristiwa memiliki hikmah di baliknya. Ini juga mendorong untuk senantiasa berikhtiar dan berdoa, karena meskipun takdir telah ditetapkan, usaha dan doa adalah bagian dari takdir itu sendiri.
Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar
Beriman kepada qada dan qadar membawa banyak hikmah dan manfaat dalam kehidupan seorang Muslim. Keyakinan ini membentuk karakter yang kuat, optimis, dan tawakal, serta menghindarkan dari sifat-sifat tercela.
-
Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran
Iman kepada takdir mendorong manusia untuk mempelajari dan memanfaatkan alam semesta. Dengan memahami hukum-hukum alam (sunnatullah), manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada akhirnya membawa kemajuan dan kemakmuran bagi kehidupan.
-
Menghindari Sifat Sombong
Seseorang yang beriman kepada takdir tidak akan sombong ketika meraih kesuksesan. Ia menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil usahanya sendiri, melainkan karena ketetapan dan pertolongan Allah, menumbuhkan sifat rendah hati (tawadlu).
-
Melatih Berhusnuzan (Baik Sangka)
Iman kepada takdir mendidik manusia untuk selalu berbaik sangka terhadap segala ketetapan Allah. Manusia diajarkan untuk menerima bahwa apa yang terjadi, baik atau buruk menurut pandangan manusia pasti mengandung hikmah dan kebaikan dari sisi Allah.
-
Melatih Kesabaran
Seorang yang beriman kepada qada dan qadar akan memiliki kesabaran yang tinggi dalam menghadapi cobaan dan kegagalan. Ia tidak akan mudah putus asa karena menyadari bahwa semua kejadian adalah bagian dari ketetapan Allah yang memiliki tujuan.
-
Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut
Keyakinan pada qada dan qadar menumbuhkan keberanian dan semangat dalam diri seseorang. Ia tidak akan ragu atau takut untuk melangkah karena meyakini bahwa segala sesuatu yang akan terjadi tidak akan menyimpang dari ketentuan Allah.
Peran Lauhul Mahfuzh dalam Ketetapan Qada dan Qadar
Lauhul Mahfuzh adalah 'papan tulis' yang terpelihara, tempat segala sesuatu yang akan terjadi, sedang terjadi, maupun telah terjadi di dunia ini telah dicatat oleh Allah SWT jauh sebelum hal itu sendiri terjadi. Peran Lauhul Mahfuzh sangat sentral dalam konsep qada dan qadar, karena ia merupakan manifestasi dari ilmu dan ketetapan Allah yang azali.
Segala bentuk qada, yaitu ketetapan umum Allah, telah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Ini mencakup hukum-hukum alam, takdir setiap makhluk, rezeki, ajal, dan segala peristiwa besar maupun kecil. Keberadaan Lauhul Mahfuzh menegaskan kemahatahuan dan kemahakuasaan Allah atas segala sesuatu.
Meskipun segala sesuatu telah tercatat di Lauhul Mahfuzh, ini tidak meniadakan peran ikhtiar dan doa manusia. Konsep takdir mu'allaq menunjukkan bahwa beberapa ketetapan dapat berubah melalui usaha dan doa, yang mana perubahan tersebut juga telah tercatat di Lauhul Mahfuzh sebagai bagian dari takdir itu sendiri.
Dengan demikian, Lauhul Mahfuzh adalah bukti nyata dari perencanaan ilahi yang sempurna. Keimanan terhadap keberadaan dan isi Lauhul Mahfuzh memperkuat keyakinan seorang Muslim akan keadilan dan kebijaksanaan Allah dalam mengatur alam semesta dan kehidupan makhluk-Nya.
Daftar Sumber
- HR. Bukhari Muslim. Hadits.
- HR. Muslim. Hadits.
- HR. Tirmidzi. Hadits.
- Q.S. Ar-Rad:11. Al-Qur'an.
- Q.S. an-Nahl/16: 53. Al-Qur'an.
- Q.S. Yusuf/12: 87. Al-Qur'an.
- Q.S. Al-An`am:59. Al-Qur'an.
- Q.S. Al-Hajj:70. Al-Qur'an.
- Q.S. Yasin:82. Al-Qur'an.
- Q.S. Az-Zumar:2. Al-Qur'an.
- Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Mts. Drs. H. Masan AF, M.Pd.
- Ilmu Tauhid Lengkap. Zainuddin. 1996. PT Rineka Cipta. h. 132-133, 134, 140.
FAQ
1. Apa perbedaan utama antara qada dan qadar?
Qada adalah ketetapan Allah yang sudah terjadi, sedangkan qadar adalah takdir Allah yang masih dalam ketentuan-Nya.
2. Apakah qada dan qadar bisa berubah?
Qadar tertentu bisa berubah melalui doa dan ikhtiar, sementara qada bersifat tetap karena sudah terjadi.
3. Contoh qada dalam kehidupan sehari-hari itu seperti apa?
Contohnya adalah seseorang wafat pada usia 60 tahun—itu adalah ketetapan yang sudah terjadi.
4. Bagaimana contoh qadar dalam kehidupan seorang Muslim?
Misalnya, seseorang ditakdirkan pintar, namun hasil akhirnya tergantung pada usahanya dalam belajar.
5. Mengapa penting bagi Muslim memahami qada dan qadar?
Agar dapat menerima ketentuan Allah dengan ikhlas sekaligus tetap berusaha sebaik mungkin.
6. Apakah iman kepada qada dan qadar termasuk rukun iman?
Ya, iman kepada takdir termasuk dalam rukun iman yang ke-6.
7. Apa peran manusia dalam menghadapi qada dan qadar?
Manusia wajib berikhtiar dan berdoa, lalu tawakal atas hasil yang ditentukan Allah.