Safar Itu Bulan Sial, Mitos atau Fakta? Simak Kata Rasulullah

2 months ago 23

Liputan6.com, Cilacap - Dalam kalender hijriyah, bulan Safar merupakan bulan kedua. Bulan ini merupakan bulan setelah Muharam. Uniknya, bulan ini sering kali dikaitkan dengan kesialan dan kemalangan.

Banyak masyarakat yang percaya bahwa bulan Safar adalah bulan yang membawa kesialan dan kemalangan, sehingga mereka cenderung untuk menunda-nunda acara penting atau bahkan menghindari melakukan kegiatan tertentu selama bulan ini.

Namun, apakah benar bahwa bulan Safar adalah bulan sial? Apakah ada dasar yang kuat dalam Islam untuk mempercayai hal ini?

Atau, anggapan bahwa Safar bulan sial hanya sekedar mitos belaka?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu melihat lebih dalam tentang bulan Safar dan pandangan Islam tentang bulan ini berdasarkan penjelasan Rasulullah SAW, disusun Kamis (17/7/2025).

Simak Video Pilihan Ini:

Video Amatir Detik-detik Kereta Tabrak Mobil Box dan Picu Ledakan Dahsyat di Semarang, Tragedi KA Brantas

Bulan Penghapus Mitos Sial

Menukil baznas.go.id, salah satu keutamaan bulan Safar adalah penegasan dari Islam untuk menghapus keyakinan takhayul dan mitos kesialan yang dahulu melekat pada bulan ini.

Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa tidak ada bulan yang membawa kesialan, termasuk Safar. Hal tersebut tetuang dalam hadits Rasulullah SAW di mana Beliau pernah membantah kepercayaan Arab Jahiliyah tentang bulan Safar adalah bulan sial.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: "Tidak ada penyakit, tidak ada kesialan, tidak ada pengaruh buruk dari burung hantu." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad).

Kepercayaan ini telah memperkuat iman umat Islam untuk meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin dan ketentuan Allah SWT.

Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah yang sering kali diidentikkan dengan kesialan dan musibah oleh sebagian masyarakat. Namun, pandangan ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur'an maupun Sunnah. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa setiap bulan, termasuk Safar, adalah ciptaan Allah dan tidak ada bulan yang membawa kesialan atau keberuntungan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, “Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan...” (QS. At-Taubah: 36), yang menunjukkan bahwa semua bulan memiliki kedudukan yang sama di hadapan-Nya.

Dengan menghapuskan mitos kesialan, bulan Safar menjadi waktu yang baik untuk memperkuat tawakal (kepercayaan penuh kepada Allah) dan meningkatkan keimanan. Umat Islam diajarkan untuk selalu berserah diri kepada Allah dan tidak terpengaruh oleh keyakinan yang tidak berdasar.

Bantahan Rasulullah atas Anggapan Keliru kaum Arab Jahiliyah

Menukil NU Online, Rasulullah saw pun menegaskan dirinya menolak anggapan tersebut. Penolakannya itu dinyatakan dalam sebuah haditsnya sebagai berikut.

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ

Artinya, “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa.” (HR al-Bukhari) (Badruddin ‘Aini, ‘Umdâtul Qâri Syarhu Shahîhil Bukhâri, [Beirut, Dârul Kutub: 2006], juz IX, halaman 409).

Syekh Abu Bakar Syata ad-Dimyathi (wafat 1302 H), sebagaimana dikutip dari Ustadz Sunnatullah, mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Hâsiyyah I’ânatuth Thâlibîn juz 3, bahwa hadits di atas ditujukan untuk menolak keyakinan dan anggapan orang-orang jahiliah yang mempercayai setiap sesuatu dapat memberikan pengaruh dengan sendirinya; baik keburukan maupun kebaikan.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |