Berikut beberapa contoh amalan sunnah muakkad yang sangat dianjurkan:
1. Shalat Sunnah Rawatib
Yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu, seperti dua rakaat sebelum Subuh, empat rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat setelah Zuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dan dua rakaat setelah Isya. Rasulullah SAW bersabda:
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ عَلَى شَيْئٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ تَعَاهُداً مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ
Latin : "Lam yakun an-nabiyyu ‘alā shay’in mina an-nawāfili asyadda ta‘āhudan minhu ‘alā rak‘atayil-fajr."
Artinya : “Tidak ada shalat sunnah yang lebih dijaga oleh Nabi SAW daripada dua rakaat sebelum Subuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Shalat Witir
Dilaksanakan setelah shalat Isya dan merupakan penutup ibadah malam. Rasulullah SAW hampir tidak pernah meninggalkan witir.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «اجْعَلُوا آخِرَصَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْراً
Latin : ‘An Ibni ‘Umar raḍiyallāhu ‘anhumā, ‘ani an-Nabiyyi ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam qāla:“Ij‘alū ākhira ṣalātikum bil-layli witran.”
Artinya: "Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadikanlah shalat witir sebagai penutup shalat malam.” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 1998 dan Muslim, no. 751, 151).
3. Shalat Dua Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha)
Shalat ini hukumnya sunnah muakkad bagi kaum Muslimin yang tidak memiliki udzur syar’i. Rasulullah SAW selalu melaksanakannya dan mengajak semua kaum Muslimin, termasuk wanita dan anak-anak.Azan dan Iqamah Bagi laki-laki, azan dan iqamah sebelum shalat berjamaah di masjid merupakan sunnah muakkad yang sangat dianjurkan sebagai bentuk syiar Islam.
4. Bersiwak (Membersihkan Gigi)
Bersiwak ketika hendak shalat, membaca Al-Qur’an, atau bangun tidur juga termasuk sunnah muakkad berdasarkan banyak hadis. Rasulullah SAW bersabda:
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ
Latin: "Lawlā an asyuqqa ‘alā ummatī la-amartuhum bis-siwāki ‘inda kulli ṣalāh."
Artinya: “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)