Tata Cara Mandi Wajib Setelah Keluar Air Mani: Panduan Lengkap Sesuai Syariat

1 week ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Keluar air mani adalah salah satu penyebab yang mengharuskan mandi wajib sesuai tuntunan syariat. Pemahaman yang benar tentang tata cara mandi wajib setelah keluar air mani sangat penting untuk menjaga kesucian diri.

Setiap muslim perlu memahami prosedur yang tepat dalam melaksanakan mandi wajib. Hal ini bukan hanya sekedar membersihkan tubuh secara fisik, tetapi juga ritual ibadah yang memiliki ketentuan khusus.

Implementasi tata cara mandi wajib setelah keluar air mani harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam agar sah dan diterima.

Melansir dari Kementerian Agama Republik Indonesia, mandi wajib atau ghusl janabah adalah salah satu kewajiban yang tidak dapat diwakilkan kepada orang lain dan harus dilakukan secara personal untuk menghilangkan status junub.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (22/8/2025).

Bacaan Niat Mandi Wajib Setelah Keluar Air Mani

Niat merupakan rukun pertama dalam mandi wajib yang menentukan sah tidaknya ritual bersuci ini. Niat dilakukan di dalam hati bersamaan dengan memulai proses mandi, khususnya saat air pertama kali menyentuh tubuh.

Lafaz niat mandi wajib setelah keluar air mani adalah:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْجَنَابَةِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbari minal janabati fardhan lillahi ta'ala

Artinya: "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari janabah, fardhu karena Allah ta'ala"

Mengutip dari "Buku Tuntunan Bersuci Dan Sholat: Madzhab Imam Asy Syafi'i" karya Humaidi Al Faruq (2023), niat ini harus dilafazkan atau diniatkan dalam hati dengan sungguh-sungguh sebelum memulai proses mandi wajib.

Tata Cara Mandi Wajib Setelah Keluar Air Mani

Prosedur mandi wajib telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW melalui berbagai riwayat hadits yang sahih. Berikut adalah langkah-langkah lengkap yang harus dilakukan:

  1. Membaca Bismillah dan Berniat - Memulai dengan membaca bismillah dan berniat dalam hati untuk menghilangkan hadas besar karena janabah.
  2. Mencuci Kedua Telapak Tangan - Membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali hingga bersih sebelum menyentuh bagian tubuh lainnya.
  3. Membersihkan Kemaluan dengan Tangan Kiri - Menggunakan tangan kiri untuk membersihkan alat kelamin dan bagian tubuh yang terkena najis, kemudian mencuci tangan hingga bersih.
  4. Melakukan Wudhu Lengkap - Berwudhu seperti hendak melaksanakan salat, mencakup membasuh wajah, tangan, mengusap kepala, dan membasuh kaki.
  5. Membasuh Kepala dan Rambut - Menyiramkan air ke seluruh kepala sambil menyela-nyela rambut dengan jari-jari hingga air mencapai kulit kepala.
  6. Membasuh Tubuh Bagian Kanan - Memulai dari tubuh bagian kanan, memastikan air mengalir ke seluruh permukaan kulit.
  7. Membasuh Tubuh Bagian Kiri - Melanjutkan dengan membasuh seluruh tubuh bagian kiri hingga tidak ada bagian yang terlewat.
  8. Membasuh Kaki - Mengakhiri dengan membasuh kedua kaki, dimulai dari kaki kanan kemudian kaki kiri.

Melansir dari website resmi Kementerian Agama RI, Rasulullah SAW menggunakan sekitar satu sha' air (kurang lebih 3 liter) untuk mandi wajib, menunjukkan prinsip tidak berlebihan dalam penggunaan air.

Dasar Hukum Mandi Wajib

Mandi wajib dalam terminologi fiqih disebut sebagai ghusl janabah, yaitu menggunakan air yang suci pada seluruh tubuh dengan tata cara yang khusus beserta syarat dan rukunnya. Secara bahasa, janabah berarti jauh, menggambarkan kondisi seseorang yang terhalang untuk melakukan sebagian ibadah seperti salat.

Kewajiban mandi wajib setelah keluarnya air mani berlaku untuk semua muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Air mani adalah cairan yang keluar dari kemaluan akibat rangsangan seksual atau mimpi basah, yang menjadi tanda seseorang dalam keadaan junub dan harus bersuci sebelum melaksanakan ibadah.

Mengutip dari buku "Fiqh as-Sunnah" karya Sayyid Sabiq, Rasulullah SAW bersabda: "Mandi (wajib) dilakukan karena mani" (HR Muslim). Hadits ini menegaskan bahwa keluarnya air mani mengharuskan seseorang untuk melakukan mandi wajib guna menghilangkan hadas besar.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Ummu Salamah, beliau bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kewajiban mandi bagi perempuan yang bermimpi basah. Rasulullah menjawab: "Ya, jika ia mengeluarkan mani" (HR Bukhari, Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa kewajiban mandi wajib berlaku universal untuk seluruh muslim.

Kondisi-Kondisi Keluarnya Air Mani yang Mewajibkan Mandi

Tidak semua kondisi keluarnya cairan dari alat kelamin mengharuskan mandi wajib. Terdapat kriteria khusus yang membedakan kapan seseorang wajib mandi dan kapan tidak. Pemahaman ini penting untuk menghindari kesalahan dalam praktik ibadah sehari-hari.

Berdasarkan pembahasan para ulama, berikut kondisi-kondisi yang perlu dipahami:

  1. Jika air mani keluar karena rangsangan syahwat, baik melalui mimpi basah, hubungan suami istri, atau aktivitas seksual lainnya, maka mandi wajib harus dilakukan tanpa pengecualian.
  2. Jika air mani keluar bukan karena rangsangan syahwat, seperti karena sakit atau cuaca dingin, maka mandi besar tidak diwajibkan menurut pendapat mayoritas ulama.
  3. Ketika seseorang bermimpi basah namun tidak menemukan air mani, maka tidak diwajibkan untuk mandi wajib karena tidak ada bukti fisik keluarnya mani.
  4. Apabila seseorang terbangun dan menemukan cairan namun tidak ingat bermimpi, terdapat dua kemungkinan: jika yakin itu mani, maka wajib mandi; jika ragu, tetap dianjurkan mandi untuk kehati-hatian.
  5. Jika seseorang berhasil menahan air mani hingga tidak keluar, maka mandi wajib tidak diperlukan. Namun, jika mani keluar setelah beberapa saat seperti saat berjalan, mandi wajib tetap diwajibkan.

Melansir dari kitab "Fiqh as-Sunnah", para ulama menyepakati bahwa yang menjadi patokan kewajiban mandi adalah keluarnya mani akibat syahwat, bukan sekedar keluarnya cairan dari alat kelamin.

Rukun dan Syarat Sah Mandi Wajib

Mandi wajib memiliki rukun-rukun yang harus dipenuhi agar pelaksanaannya dianggap sah menurut syariat Islam. Kekurangan dalam salah satu rukun dapat menyebabkan mandi wajib tidak sah dan status junub masih berlangsung.

Rukun mandi wajib yang wajib dipenuhi:

  1. Niat menghilangkan hadas besar yang dilakukan dalam hati bersamaan dengan memulai mandi
  2. Meratakan air ke seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ujung jari kaki tanpa terkecuali
  3. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi meliputi:
  4. Menggunakan air yang suci dan menyucikan (tidak najis atau tidak makruh)
  5. Menghilangkan najis yang menempel pada tubuh sebelum atau selama proses mandi
  6. Memastikan air menyentuh seluruh permukaan kulit termasuk lipatan-lipatan dan sela-sela rambut
  7. Tidak ada halangan yang menghalangi sampainya air ke kulit seperti cat kuku tebal atau kotoran

Mengutip dari kitab "Sudah Mandi Wajib Haruskah Wudhu Lagi?" karya M. Saiyid Mahadhir (2018), rukun yang paling fundamental adalah niat dan meratakan air ke seluruh tubuh, sementara hal-hal lain termasuk dalam kategori sunnah atau syarat kesempurnaan.

Perbedaan Mandi Tartibi dan Irtimasi

Islam memberikan dua metode dalam pelaksanaan mandi wajib yang sama-sama diakui kesahnya, yaitu mandi tartibi (berurutan) dan mandi irtimasi (menyelam). Kedua metode ini memiliki karakteristik dan persyaratan yang berbeda.

Mandi Tartibi (Berurutan):

Mandi tartibi dilakukan dengan urutan tertentu sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Urutannya adalah membasuh kepala dan leher terlebih dahulu, kemudian tubuh bagian kanan, dan diakhiri dengan tubuh bagian kiri. Metode ini lebih umum dipraktikkan dan sesuai dengan sunnah Rasulullah.

Mandi Irtimasi (Menyelam):

Mandi irtimasi dilakukan dengan membenamkan seluruh tubuh ke dalam air secara sekaligus atau bertahap hingga seluruh tubuh terendam air. Syarat utamanya adalah seluruh tubuh dan kepala harus berada di dalam air dengan niat mandi.

Kedua metode ini memiliki kelebihan masing-masing. Mandi tartibi memberikan kepastian bahwa setiap bagian tubuh telah disiram air dengan baik, sedangkan mandi irtimasi lebih praktis jika tersedia fasilitas yang memadai seperti kolam atau bak mandi yang cukup besar.

Berdasarkan rujukan dari repositori UIN Suska Riau, para ulama madzhab sepakat bahwa kedua metode ini sama-sama sah selama memenuhi rukun dan syarat yang telah ditetapkan.

Sunnah-Sunnah dalam Mandi Wajib

Selain rukun yang wajib dipenuhi, terdapat berbagai sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan guna menyempurnakan mandi wajib. Pelaksanaan sunnah-sunnah ini berdasarkan contoh langsung dari Rasulullah SAW dan para sahabat.

Sunnah-sunnah dalam mandi wajib meliputi:

  1. Membaca Bismillah di awal mandi untuk memulai dengan menyebut nama Allah
  2. Mencuci tangan sebanyak tiga kali sebelum menyentuh bagian tubuh lainnya
  3. Membersihkan najis yang menempel pada tubuh sebelum memulai proses mandi
  4. Berwudhu terlebih dahulu seperti wudhu untuk salat sebelum menyiram seluruh tubuh
  5. Menyela-nyela rambut dengan jari-jari untuk memastikan air mencapai kulit kepala
  6. Menggosok tubuh dengan tangan untuk membantu pembersihan yang lebih optimal
  7. Mendahulukan bagian kanan sebelum bagian kiri sesuai dengan adab Islam
  8. Tidak berlebihan dalam penggunaan air sebagaimana contoh Rasulullah SAW

Para ulama menekankan bahwa meskipun sunnah-sunnah ini tidak menyebabkan batalnya mandi jika ditinggalkan, pelaksanaannya akan menyempurnakan pahala dan mengikuti jejak Rasulullah SAW dengan lebih sempurna.

Daftar Sumber

  • Tuntunan Bersuci Dan Sholat: Madzhab Imam Asy Syafi'i, Humaidi Al Faruq, 2023
  • Cara Mandi Junub Lengkap dengan Niat dan Sunahnya, Kementerian Agama Republik Indonesia
  • Fiqh as-Sunnah, Sayyid Sabiq, Dar al-Fikr, Beirut
  • Sudah Mandi Wajib Haruskah Wudhu Lagi?, M. Saiyid Mahadhir, Lc., M.Ag., Rumah Fiqih Publishing, 2018
  • Buku Tuntunan Supermudah & Lengkap Sholat Wajib & Sunnah Sesuai Tuntunan Rasulullah, Abd Hamid dkk
  • Repository UIN Suska Riau, "Tinjauan Umum Tentang Mandi"
  • Al-Majmu', Imam An-Nawawi
  • Ringkasan Kitab al-Umm, Imam Syafi'i, terj. Mohammad Yasir Abd Mutholib, Pustaka Azzam, Jakarta

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apakah wajib mandi setelah mimpi basah meskipun tidak menemukan air mani?

Tidak wajib mandi jika tidak ditemukan air mani setelah mimpi basah. Kewajiban mandi baru berlaku jika secara fisik ditemukan air mani yang keluar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Ya, jika ia mengeluarkan mani" ketika ditanya tentang wanita yang bermimpi basah.

2. Bagaimana jika ragu apakah cairan yang keluar adalah air mani atau bukan?

Jika ragu-ragu tentang jenis cairan yang keluar, disarankan untuk tetap melakukan mandi wajib sebagai bentuk kehati-hatian. Prinsip dalam Islam adalah mengambil jalan yang lebih aman dalam beribadah, dan mandi tidak akan merugikan meskipun ternyata tidak wajib.

3. Apakah harus berwudhu lagi setelah mandi wajib untuk melaksanakan salat?

Menurut madzhab Syafi'i, tidak perlu berwudhu lagi setelah mandi wajib yang telah dilakukan dengan sempurna, selama tidak terjadi hal yang membatalkan seperti buang air kecil atau besar. Mandi wajib sudah mencakup pembersihan seluruh anggota wudhu.

4. Bolehkah menggunakan sabun atau shampo saat mandi wajib?

Boleh dan bahkan dianjurkan menggunakan sabun atau shampo untuk membersihkan tubuh secara optimal. Yang penting adalah memastikan air menyentuh seluruh permukaan kulit, dan penggunaan sabun tidak menghalangi hal tersebut.

5. Bagaimana jika ada luka atau perban yang tidak boleh terkena air?

Dalam kondisi seperti ini, berlaku hukum mandi jabiroh, yaitu cukup mengusap bagian yang tidak bisa dicuci dengan air, atau dalam kondisi tertentu bisa melakukan tayamum sebagai pengganti. Konsultasikan dengan ahli fiqih untuk kasus-kasus khusus.

6. Apakah wanita haid yang sudah selesai harus mandi dengan cara yang berbeda?

Cara mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar adalah sama, baik karena janabah maupun setelah selesai haid atau nifas. Yang membedakan hanya niatnya, yaitu untuk menghilangkan hadas besar karena haid atau nifas, bukan karena janabah.

7. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mandi wajib yang sempurna?

Tidak ada batasan waktu tertentu, yang penting adalah memastikan air telah merata ke seluruh tubuh. Rasulullah SAW memberikan contoh mandi yang efisien tanpa berlebihan. Yang terpenting adalah kualitas pelaksanaan rukun dan sunnah, bukan lamanya waktu yang digunakan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |