Ujub adalah Sifat Tercela dalam Islam: Pengertian, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

2 months ago 25

Liputan6.com, Jakarta - Ujub adalah sifat tercela yang sangat berbahaya dalam ajaran Islam karena dapat merusak keikhlasan seseorang dalam beribadah. Sifat ini merujuk pada perasaan kagum berlebihan terhadap diri sendiri atas pencapaian atau kelebihan yang dimiliki.

Dalam konteks spiritual Islam, ujub adalah sifat yang dapat mengarahkan seseorang pada kesombongan dan rasa superior terhadap orang lain. Perasaan ini muncul ketika seseorang lupa bahwa segala kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya berasal dari Allah SWT.

Melansir dari uin-alauddin.ac.id, ujub merupakan perasaan kagum terhadap diri sendiri yang dapat merusak amal ibadah dan membawa pada kesombongan. Sifat ini sangat bertentangan dengan prinsip kerendahan hati (tawadhu) yang diajarkan dalam Islam.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (14/7/2025).

Setiap tahunnya ada tradisi yang dijaga di kota Malang, Jawa Timur. Romo, Suster dan Frater di Gereja Katolik Paroki Hati Kudu Kayutangan berjejer didepan gereja untuk berikan salam selamat hari Idul Fitri pada umat muslim yang baru selesai melaksan...

Pengertian Ujub dalam Islam

Ujub adalah sifat yang secara etimologi berasal dari bahasa Arab "a'jaba" yang berarti kagum, senang, atau menganggap baik. Secara terminologi, ujub didefinisikan sebagai perasaan kagum berlebihan terhadap diri sendiri atas segala sesuatu yang timbul dari dirinya, baik perkataan maupun perbuatan.

Para ulama telah memberikan definisi yang komprehensif tentang ujub ini. Al-Muhasibi mengartikan ujub sebagai memuji diri sendiri atas apa yang dikerjakan atau diketahui, sambil melupakan bahwa anugerah tersebut berasal dari Allah SWT. Sementara itu, Abu Hamid al-Ghazali mendefinisikan ujub sebagai menganggap besar suatu nikmat dan merasa tenang dengannya dalam keadaan lupa untuk menisbahkan hal tersebut kepada Allah SWT.

Mengutip dari buku Adakah Berhala pada Diri Kita karya Majdi Hilali, ujub adalah ketika seseorang melihat dirinya dengan pandangan bangga atas apa yang telah diketahui dan dikerjakannya. Definisi ini menunjukkan bahwa ujub adalah sifat yang berfokus pada diri sendiri tanpa mengakui peran Allah dalam setiap pencapaian.

Dalam Jurnal Pena Islam Vol. 2 No. 1 tahun 2022, dijelaskan bahwa ujub merupakan sifat yang bisa melahirkan kesombongan karena merupakan salah satu pemicunya. Sifat ini berbeda dengan takabbur karena ujub bisa muncul meskipun seseorang berada sendirian, sedangkan takabbur memerlukan kehadiran orang lain untuk direndahkan.

Ujub sebagai Merasa Kagum pada Diri Sendiri

Ujub adalah sifat yang manifestasinya berupa rasa kagum berlebihan terhadap diri sendiri dalam berbagai aspek kehidupan. Perasaan ini dapat muncul dalam bentuk kebanggaan atas amal ibadah, pengetahuan, kecantikan fisik, kekayaan, atau keturunan yang dimiliki seseorang.

Dalam konteks amal ibadah, ujub muncul ketika seseorang merasa bangga dengan sholat, puasa, atau sedekah yang dilakukannya. Perasaan ini membuat seseorang lupa bahwa kemampuan untuk beribadah adalah nikmat dari Allah SWT. Seseorang yang terjangkit ujub dalam ibadah akan cenderung memamerkan amalnya kepada orang lain untuk mendapatkan pujian.

Ujub terhadap pengetahuan terjadi ketika seseorang merasa bangga dengan ilmu yang dimilikinya dan menganggap dirinya lebih pintar dari orang lain. Sifat ini dapat menyebabkan seseorang menjadi otoriter dengan pendapatnya sendiri, menolak musyawarah, dan menganggap bodoh orang-orang yang tidak sepakat dengannya.

Melansir dari uin-alauddin.ac.id, ujub dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti kebanggaan atas penampilan fisik, di mana seseorang merasa bangga dengan kecantikan, keperkasaan, atau kekuatan yang dimilikinya. Bentuk ujub ini membuat seseorang meremehkan orang lain yang tidak memiliki penampilan fisik yang sama.

Ujub sebagai Lawan dari Tawadhu

Ujub adalah sifat yang berkebalikan dengan tawadhu (kerendahan hati) yang sangat dianjurkan dalam Islam. Jika tawadhu mengajarkan seseorang untuk rendah hati dan mengakui keterbatasan diri, maka ujub justru membuat seseorang merasa superior dan lupa akan kelemahan dirinya.

Tawadhu merupakan sifat yang membuat seseorang selalu mengingat bahwa segala kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya adalah karunia dari Allah SWT. Sebaliknya, ujub adalah sifat yang membuat seseorang menganggap bahwa pencapaiannya adalah hasil usaha sendiri tanpa campur tangan Allah.

Dalam praktik kehidupan sehari-hari, orang yang tawadhu akan selalu bersyukur atas nikmat yang diterimanya dan tidak akan menyombongkan diri di depan orang lain. Sedangkan orang yang ujub akan cenderung memamerkan kelebihan dan pencapaiannya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Dikutip dari Jurnal Pena Islam, tawadhu yang hakiki lahir dari menyaksikan kebesaran Allah dan penyingkapan sifat-Nya. Tiada sesuatu yang dapat mengeluarkan seseorang dari keangkuhannya, kecuali jika ia menyaksikan sifat Allah. Hal ini menunjukkan bahwa ujub adalah sifat yang dapat diatasi melalui pendalaman spiritual dan pengakuan akan kebesaran Allah.

Ujub dalam Perspektif Islam

Islam memandang ujub sebagai sifat yang sangat tercela dan berbahaya bagi kehidupan spiritual seseorang. Sifat ini dianggap sebagai penyakit hati yang dapat merusak keikhlasan dalam beribadah dan menjauhkan seseorang dari ridha Allah SWT.

Al-Quran memberikan peringatan keras terhadap sifat ujub ini dalam berbagai ayat. Dalam Surah An-Najm ayat 32, Allah SWT berfirman yang artinya: "Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa." Ayat ini secara tegas melarang manusia untuk menganggap diri mereka suci atau lebih baik dari orang lain.

Rasulullah SAW juga memberikan peringatan tentang bahaya ujub melalui hadis-hadisnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil." Ketika para sahabat bertanya tentang syirik kecil, beliau menjawab: "Riya" (memamerkan amal).

Mengutip dari Jurnal Pena Islam, ujub termasuk dalam kategori penyakit hati yang sangat berbahaya karena dapat membuat seseorang kehilangan keikhlasan dalam beramal. Sifat ini juga dapat menyebabkan seseorang menjadi sombong dan meremehkan orang lain, yang pada akhirnya akan menjauhkannya dari rahmat Allah SWT.

Dalam konteks dakwah, ujub adalah sifat yang sangat berbahaya bagi para da'i karena dapat merusak kredibilitas dan efektivitas dakwah mereka. Seorang da'i yang terjangkit ujub akan kesulitan menyampaikan pesan Islam dengan baik karena fokusnya lebih pada diri sendiri daripada pada Allah dan umat yang didakwahi.

Perbedaan Ujub dan Takabbur

Ujub dan takabbur adalah dua sifat tercela yang sering dianggap sama, padahal keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan utama antara ujub dan takabbur terletak pada faktor eksternal yang dibutuhkan untuk munculnya sifat tersebut.

Ujub adalah sifat yang bisa muncul meskipun seseorang berada sendirian, karena ini merupakan perasaan internal berupa kagum berlebihan terhadap diri sendiri. Seseorang bisa merasa ujub terhadap amal ibadahnya, pengetahuannya, atau kelebihannya meskipun tidak ada orang lain yang melihat atau menilainya.

Sebaliknya, takabbur memerlukan kehadiran orang lain untuk direndahkan atau diremehkan. Takabbur adalah sifat yang memanifestasikan ujub dalam bentuk perilaku merendahkan dan meremehkan orang lain. Seseorang yang takabbur akan menampakkan kekagumannya terhadap diri sendiri dengan cara merendahkan orang lain.

Dikutip dari Jurnal Pena Islam, takabbur secara istilah didefinisikan sebagai seseorang yang menampakkan kekagumannya terhadap dirinya dalam bentuk merendahkan dan meremehkan orang lain serta tidak mau menerima kebenaran yang datang dari mereka. Sementara ujub lebih fokus pada perasaan internal kagum terhadap diri sendiri.

Dalam hal tingkat bahaya, keduanya sama-sama berbahaya bagi kehidupan spiritual seseorang. Ujub dapat berkembang menjadi takabbur jika tidak segera diatasi, sehingga ujub bisa dianggap sebagai tahap awal dari takabbur. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi ujub sedini mungkin sebelum berkembang menjadi takabbur yang lebih sulit diatasi.

Cara Mengatasi Ujub dalam Islam

Islam memberikan berbagai metode untuk mengatasi ujub sebagai sifat tercela yang harus dihindari. Metode-metode ini mencakup pendekatan spiritual, intelektual, dan praktis yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Metode pertama adalah tadabbur (meditasi) atas ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kebesaran Allah dan kelemahan manusia. Dengan merenungkan ayat-ayat ini, seseorang dapat memahami bahwa segala kelebihan yang dimilikinya adalah karunia dari Allah SWT. Tadabbur juga membantu seseorang untuk selalu mengingat tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu beribadah kepada Allah.

Metode kedua adalah memperbanyak dzikir dan istighfar untuk menjaga hati dari sifat lalai dan ujub. Dzikir membantu seseorang untuk selalu mengingat Allah dan mengakui ketergantungan total kepada-Nya. Istighfar juga penting untuk membersihkan hati dari berbagai dosa dan sifat tercela, termasuk ujub.

Introspeksi diri (muhasabah) merupakan metode ketiga yang sangat efektif untuk mengatasi ujub. Dengan memeriksa diri sendiri secara jujur, seseorang dapat mengidentifikasi kapan sifat ujub muncul dan segera mengatasinya. Muhasabah sebaiknya dilakukan secara rutin, misalnya sebelum tidur, untuk mengevaluasi perbuatan dan perasaan sepanjang hari.

Melansir dari buku Menjadi Bijak dan Bijaksana 4 karya Ibnu Basyar, cara menghindari ujub juga dapat dilakukan dengan senantiasa mengingat karunia Allah SWT, selalu bersyukur, berlatih tawadhu, dan berbuat baik kepada sesama manusia. Metode-metode ini membantu seseorang untuk tetap rendah hati dan tidak terjebak dalam perasaan superior.

FAQ

1. Apa itu ujub dalam Islam?

Ujub adalah sifat tercela berupa perasaan kagum berlebihan terhadap diri sendiri atas kelebihan atau pencapaian yang dimiliki, sambil melupakan bahwa semua itu adalah karunia dari Allah SWT. Sifat ini dapat merusak keikhlasan dalam beribadah dan mengarah pada kesombongan.

2. Apa perbedaan antara ujub dan takabbur?

Ujub adalah perasaan kagum berlebihan terhadap diri sendiri yang bisa muncul meskipun sendirian, sedangkan takabbur adalah manifestasi ujub dalam bentuk perilaku merendahkan orang lain dan memerlukan kehadiran orang lain untuk diremehkan.

3. Mengapa ujub dianggap berbahaya dalam Islam?

Ujub dianggap berbahaya karena dapat merusak keikhlasan dalam beribadah, menjauhkan seseorang dari ridha Allah SWT, dan dapat berkembang menjadi kesombongan yang lebih parah. Sifat ini juga bertentangan dengan prinsip tawadhu yang diajarkan Islam.

4. Bagaimana cara mengatasi ujub?

Ujub dapat diatasi melalui tadabbur Al-Quran, memperbanyak dzikir dan istighfar, melakukan introspeksi diri (muhasabah), selalu mengingat karunia Allah, bersyukur, berlatih tawadhu, dan berbuat baik kepada sesama.

5. Apakah ujub termasuk dosa besar?

Ujub termasuk penyakit hati yang sangat tercela dan dapat merusak amal ibadah. Meskipun tidak dikategorikan sebagai dosa besar, ujub dapat mengarah pada sifat-sifat yang lebih berbahaya seperti kesombongan dan dapat membatalkan pahala amal ibadah.

6. Dalam bentuk apa saja ujub bisa muncul?

Ujub bisa muncul dalam berbagai bentuk seperti kebanggaan atas amal ibadah, pengetahuan, kecantikan fisik, kekayaan, keturunan, atau pencapaian-pencapaian lainnya yang membuat seseorang merasa superior terhadap orang lain.

7. Bagaimana cara mencegah ujub dalam kehidupan sehari-hari?

Ujub dapat dicegah dengan selalu mengingat bahwa segala kelebihan berasal dari Allah, rutin melakukan muhasabah, berlatih kerendahan hati, bergaul dengan orang-orang shalih, dan selalu berdoa memohon perlindungan Allah dari sifat-sifat tercela.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |