Liputan6.com, Jakarta - Perdebatan mengenai apakah amal ibadah sebaiknya diperlihatkan atau disembunyikan masih sering muncul di tengah masyarakat. Banyak orang khawatir jika amalnya diketahui akan menimbulkan riya, sementara sebagian lain merasa amal baik bisa menjadi contoh yang baik jika ditampakkan.
Menanggapi hal tersebut, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, sosok alim alamah asal Rembang, memberikan penjelasan yang terang dan menenangkan. Ia mengutip pendapat Imam Ghazali sebagai acuan dalam memahami masalah ini.
Gus Baha menjelaskan bahwa tidak semua amal yang ditampakkan otomatis menjadi riya. Yang terpenting adalah menjaga niat tetap murni karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji manusia.
Menurutnya, Imam Ghazali berpendapat bahwa jika seseorang bisa menjaga diri dari riya, maka lebih baik amal itu ditampakkan. Karena dengan begitu, kebaikan bisa menjadi teladan bagi yang lain, bukan justru menyembunyikan amal sampai tidak ada yang bisa mengambil pelajaran.
“Jangan terlalu mendewakan khumul, yaitu sikap menutup diri. Itu memang baik untuk menghindari riya. Tapi ingat, Nabi Muhammad itu harus memaklumatkan kalau beliau seorang nabi, supaya bisa diikuti,” terang Gus Baha dalam ceramahnya, dikutip Jumat (27/06/2025) dari tayangan video yang diunggah di kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO.
Dalam video berdurasi sekitar 15 menit itu, Gus Baha menguraikan dengan santai dan lugas bagaimana cara bersikap terhadap amal yang ingin ditampakkan.
Simak Video Pilihan Ini:
Hilang 4 Hari di Hutan Kedungurang Gumelar Banyumas, Kakek 78 Tahun Ditemukan Selamat
Gambaran Gus Baha dari Pendapat Imam Ghazali
Ia mencontohkan bahwa Nabi Muhammad SAW memperlihatkan sholatnya agar umat bisa meniru. Jika Nabi tidak mencontohkan langsung, tentu umat akan kebingungan dalam memahami tata cara ibadah yang benar.
Bayangkan jika seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara sholat yang benar?” Lalu Nabi menjawab, “Itu rahasia.” Maka tentu umat Islam akan bingung. Maka, dengan menampakkan amal, ada fungsi edukasi yang sangat penting.
Gus Baha juga memberikan analogi yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. “Orang tahu kalau itu bidan ya berdasar tulisan ‘Bidan’. Tahu kalau itu dokter gigi ya dari papan nama yang dia pajang. Kalau tidak ditampakkan, orang bagaimana mau tahu?” katanya sambil tersenyum.
Ia menegaskan bahwa amal baik memang seharusnya menjadi sesuatu yang ditiru, maka tidak salah jika amal tersebut dilihat oleh orang lain selama niatnya lurus. Ini bisa menjadi semangat untuk menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat.
Namun demikian, Gus Baha juga mengingatkan agar seseorang tidak terjebak pada pencitraan. Jika menampakkan amal hanya untuk dipuji atau mendapat popularitas, maka itulah yang dinamakan riya dan sangat dilarang dalam Islam.
Sikap hati tetap menjadi kunci utama dalam beramal. Keikhlasan harus menjadi landasan agar amal tidak sia-sia di sisi Allah SWT, meskipun amal tersebut terlihat oleh banyak orang.
Ia juga menyarankan agar umat Islam tidak terlalu cepat menghakimi orang yang memperlihatkan amalnya. Bisa jadi, orang tersebut memiliki niat yang benar dan hanya ingin memberikan contoh kepada orang lain.
Jadi, Sembunyi atau Ditampakkan?
Selain itu, dalam konteks dakwah dan pembelajaran, memperlihatkan amal seperti sholat, sedekah, atau membaca Al-Qur’an bisa sangat efektif dalam menginspirasi orang lain untuk ikut melakukannya.
“Yang penting bukan amal itu terlihat atau tidak, tapi bagaimana niatnya. Kalau niatnya karena Allah, maka insyaAllah aman dari riya,” tegas Gus Baha.
Menurutnya, keutamaan amal yang tersembunyi tetap tinggi, namun bukan berarti amal yang terlihat tidak bernilai. Semua tergantung pada kondisi dan niat pelakunya.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa Nabi pernah bersabda, siapa yang menunjukkan kebaikan maka ia akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. Maka menunjukkan amal bisa termasuk dalam kategori ini.
Dalam kehidupan sosial, sering kali amal yang ditampakkan justru menjadi jalan dakwah yang luar biasa. Contohnya, orang yang memperlihatkan sedekah bisa memotivasi orang lain untuk turut berbagi.
Penjelasan Gus Baha ini pun mendapatkan sambutan positif dari banyak jamaah. Penjelasan yang jernih dan masuk akal membuat para pendengar merasa tercerahkan dan tidak bingung lagi menghadapi dilema amal yang dipertontonkan atau disembunyikan.
Dengan sikap moderat dan penjelasan ilmiah, Gus Baha menegaskan bahwa Islam adalah agama yang seimbang. Tidak semua yang ditampakkan buruk, dan tidak semua yang disembunyikan pasti baik.
Umat Islam diharapkan bisa lebih bijak dalam menyikapi amal perbuatan, baik dalam urusan ibadah maupun aktivitas sosial. Tetap beramal, tetap ikhlas, dan tidak terlalu risau soal penilaian manusia.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul