Apakah Bulan Suro Boleh Puasa? Ini Penjelasan Selengkapnya

2 months ago 61

Liputan6.com, Jakarta Apakah bulan Suro boleh puasa? Pertanyaan ini kerap muncul terkait tradisi penanggalan Jawa yang menyebut bulan pertama tahun hijriah sebagai Suro, padahal secara syariat Islam istilah resminya adalah Muharram. Berdasarkan hukum Islam, puasa sunnah pada bulan Suro (Muharram) diperbolehkan dan bahkan dianjurkan, terutama di hari-hari tertentu seperti Tasu’a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram). 

Dalam buku Fiqih Islam Wa Adilatuhu Jilid 3 karya Prof. Dr. Wahbah az‑Zuhaili dijelaskan bahwa hukum puasa Tasua dan Asyura di bulan Muharram adalah sunnah. Bahkan puasa pada tanggal 1 Muharram dan hari‑hari lainnya dalam bulan Muharram adalah boleh dilakukan, asalkan niatnya untuk puasa sunnah umum. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada larangan khusus untuk menjalankan puasa di awal bulan Muharram atau bulan Suro. 

Dikutip dari buku Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi karya Ahmad Zarkasih, juga menegaskan bahwa puasa di Bulan Muharram merupakan puasa secara mutlak, artinya puasa dengan waktu yang tidak tertentu. Karena itu, puasa di hari ke berapa pun dalam bulan-bulan haram itu tidak masalah. 

Berikut ini Liputan6.com ulas selengkapnya, Rabu (25/6/2025). 

Suro merupakan bulan yang dikeramatkan oleh orang Jawa.

Apakah Bulan Suro Boleh Puasa 

Bulan Suro, dalam tradisi masyarakat Jawa merupakan penamaan lokal untuk bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Bulan ini termasuk salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: 

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram..." (QS. At-Taubah: 36) 

Empat bulan haram yang dimaksud adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam bulan-bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh, termasuk ibadah puasa sunnah. Oleh karena itu, puasa di bulan Suro (Muharram) tidak hanya boleh, tetapi bahkan sangat dianjurkan, terutama pada tanggal 9 dan 10 Muharram yang dikenal sebagai hari Tasu’a dan Asyura. 

Dalam buku Fiqih Islam Wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili disebutkan bahwa disunnahkan berpuasa pada tanggal 10 Muharram (Asyura), dan juga dianjurkan pada tanggal 9 (Tasu’a), sebagai bentuk membedakan dari kebiasaan puasa Yahudi. 

Sementara itu, dalam buku Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi karya Ahmad Zarkasih, dijelaskan bahwa puasa di bulan Muharram adalah ibadah sunnah yang dianjurkan. Bahkan Nabi Muhammad SAW menyebutnya sebagai puasa terbaik setelah Ramadan. 

Sedangkan untuk hadist yang menjadi dasar utama anjuran puasa di bulan ini adalah: 

"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa di bulan Allah yaitu bulan Muharram." (HR. Muslim, No. 1163) 

Selain itu, Rasulullah juga menyampaikan keutamaannya: 

"Aku berharap kepada Allah agar puasa pada hari Asyura menghapus dosa setahun yang lalu."(HR. Muslim, No. 1162) 

Hadis ini menunjukkan bahwa puasa pada 10 Muharram (Asyura) bukan hanya boleh, tetapi juga sangat dianjurkan karena mengandung pahala besar. Dengan demikian, pertanyaan mengenai apakah bulan Suro boleh puasa? Jawabannya iya, selama dilakukan sebagai puasa sunnah tanpa mengkhususkan tanggal 1 Muharram sebagai sesuatu yang istimewa di luar yang disyariatkan.  

Hukum Puasa Muharram, Asyura dan Tasu'a di Bulan Suro 

Bulan Muharram adalah bulan yang baik untuk melakukan amal sholeh, termasuk menjalankan ibadah puasa. Bahkan, ada tanggal-tanggal yang dianjurkan untuk menjalankannya. Lalu, bagaimana dengan tanggal 1 Muharram? Apakah juga dianjurkan untuk puasa sunah?

Imam Nawawi mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw banyak melakukan puasa di bulan Syaban. Meski begitu, bulan Muharram pun juga memiliki keutamaannya sendiri.

"Bisa jadi Nabi saw baru diberi tahu keutamaan Muharram yang melebihi Syaban di masa-masa akhir hidupnya, atau bisa jadi Nabi saw sudah mengetahuinya namun tidak sempat memperbanyak puasa di bulan Muharram karena berbagai halangan, seperti sakit, bepergian, dan semisalnya." jelas Imam Nawawi.

Lalu, dijelaskan juga dalam kitab al-Fatawal Kubral Fiqhiyyah oleh Ibnu Hajar al-Haitami, bahwa bulan Muharram semakin banyak berpuasa maka semakin baik. Selain puasa di tanggal 1 Muharram, terdapat pula puasa Asyura yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram, serta puasa Tasu'a yang dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram. Kedua puasa ini sangat dianjurkan dalam Islam. Puasa Asyura bahkan disebut sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. 

Meskipun seseorang diperbolehkan untuk hanya melaksanakan puasa Asyura saja, sangat dianjurkan untuk melaksanakan puasa Tasu'a juga. Tujuannya adalah untuk membedakan umat Islam dari agama lain. Dengan melaksanakan kedua puasa ini, umat Islam menunjukkan identitas dan kekhasan dalam menjalankan ibadah. 

Baik puasa Asyura maupun Tasu'a memiliki hukum sunnah muakkadah, yang berarti sunnah yang sangat dianjurkan. Keutamaan melaksanakan puasa ini sangat besar, sehingga umat Islam dianjurkan untuk tidak melewatkannya. Niat puasa sunnah ini dapat dilakukan hingga sebelum waktu Dzuhur, asalkan belum makan atau minum sejak Subuh.  

Niat Puasa di Bulan Suro 

Dalam melaksanakan puasa di bulan Suro, baik puasa 1 Muharram, puasa Asyura dan Tasu'a, niat menjadi hal yang penting. Niat puasa sunnah dapat dilakukan pada malam hari sebelum Subuh, atau bahkan pada pagi hari sebelum waktu Dzuhur, asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Bagi umat Islam yang akan menjalankan puasa Muharram bisa mengawalinya dengan niat. Berikut bacaannya: 

نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta'ala. 

Artinya: Saya niat puasa Muharram karena Allah ta'ala. 

Berikut adalah lafal niat puasa Asyura yang dapat dilafalkan, yakni: 

 نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnati 'Asyura lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Ta'ala."

Sedangkan untuk niat puasa Tasu'a, lafalnya adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnati Tasu'a lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Tasu'a karena Allah Ta'ala."

Pertanyaan Umum Seputar Apakah Bulan Suro Boleh Puasa

1. Apakah bulan Suro sama dengan bulan Muharram?

Jawaban: Ya, bulan Suro adalah sebutan dalam penanggalan Jawa untuk bulan Muharram dalam kalender Hijriah.

2. Apakah bulan Suro boleh puasa?

Jawaban: Boleh, bahkan dianjurkan. Tidak ada larangan dalam Islam untuk berpuasa di bulan Suro (Muharram), justru Rasulullah SAW menganjurkannya.

3. Apakah ada puasa khusus di bulan Suro?

Jawaban: Ya, puasa yang dianjurkan adalah puasa Tasu’a (9 Muharram) dan puasa Asyura (10 Muharram), karena memiliki keutamaan besar.

4. Apa keutamaan puasa Asyura?

Jawaban: Berdasarkan hadis riwayat Muslim, puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.

5. Apakah puasa di tanggal 1 Suro juga disunnahkan?

Jawaban: Tidak ada dalil khusus tentang keutamaan puasa di tanggal 1 Muharram, tetapi secara umum puasa sunnah di bulan ini diperbolehkan.

6. Bagaimana hukumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Suro?

Jawaban: Boleh, namun tidak disunnahkan secara khusus. Yang dianjurkan adalah memperbanyak puasa di bulan Muharram, karena Rasulullah menyebutnya sebagai bulan terbaik setelah Ramadan untuk berpuasa.

7. Benarkah ada mitos larangan puasa atau menikah di bulan Suro?

Jawaban: Tidak benar. Dalam Islam tidak ada larangan untuk berpuasa atau menikah di bulan Suro. Itu hanyalah tradisi yang tidak berdasar syariat.

8. Apakah Rasulullah SAW pernah puasa di bulan Muharram?

Jawaban: Ya. Rasulullah SAW berpuasa di hari Asyura (10 Muharram) bahkan sebelum diwajibkannya puasa Ramadan.

9. Apa dalil utama tentang keutamaan puasa di bulan Muharram?

Jawaban: Hadis Muslim: “Puasa paling utama setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah yaitu bulan Muharram.” (HR. Muslim No. 1163)

10. Apakah puasa Suro hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa?

Jawaban: Meskipun istilah “puasa Suro” populer di Jawa, esensi puasanya adalah bagian dari syariat Islam yang dianjurkan untuk semua Muslim, tanpa batasan wilayah atau budaya.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |