Benarkah Ada Sholat Khusus dan Istighfar Asyura dalam Syariat Islam?

2 months ago 25

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki bulan Muharam, semangat beribadah umat Islam meningkat tajam. Banyak yang memanfaatkan momen  Muharram untuk memperbanyak amal saleh sebagai bentuk kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Muharram bukan sekadar penanda pergantian tahun dalam kalender Hijriah. Bulan ini tergolong salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah, di mana amal kebaikan dilipatgandakan dan larangan maksiat ditekankan.

Karena kemuliaannya, Muharram sering disebut sebagai Syahrullah atau Bulan Allah, sebuah julukan yang menunjukkan betapa agungnya posisi bulan ini dalam Islam.

Di antara hari-hari dalam Muharram, tanggal 10 yang dikenal sebagai hari Asyura menjadi perhatian khusus. Hari ini mengandung nilai spiritual tinggi dan kerap dikaitkan dengan berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam.

Bahkan ada pula yang mengkhususkan sholat Asyura. Lantas, apakah sholat Asyura disyariatkan?

Menanggapi fenomena tersebut, pendakwah kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya memberikan penjelasan mengenai adanya praktik sholat khusus yang disebut sholat Asyura.

Simak Video Pilihan Ini:

Rieke Diah Pitaloka Komisi VI DPR RI, Rempang Sudah Bukan PSN

Sholat Asyura, Benarkah Ada?

Dikutip Sabtu (05/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya secara tegas menyatakan bahwa tidak ada sholat sunnah khusus bernama sholat Asyura dalam syariat Islam.

“Gak ada sholat Asyura,” tegas Buya Yahya dalam penjelasan singkat yang disampaikannya kepada jamaah. Ia menekankan bahwa hal itu tidak memiliki dasar dalil yang sahih.

Menurutnya, tidak ditemukan riwayat atau perintah dari Rasulullah SAW yang menganjurkan pelaksanaan salat sunnah tertentu pada tanggal 10 Muharam dengan nama khusus.

Ia menegaskan bahwa jika umat Islam ingin melaksanakan salat sunnah pada hari Asyura, maka itu sah-sah saja, selama termasuk dalam salat sunnah umum yang dianjurkan di hari-hari biasa.

Contoh dari sholat sunnah umum tersebut antara lain salat duha, tahajud, rawatib, dan salat sunah mutlak. Semua itu tetap bisa dikerjakan pada hari Asyura tanpa perlu diberi nama khusus.

Buya Yahya juga menyinggung soal istigfar Asyura. Ia menyatakan bahwa tidak ada dalil tentang adanya bacaan istigfar yang khusus untuk hari Asyura.

“Istigfar Asyura juga tidak ada, tapi beristigfar di Asyura boleh,” jelasnya. Artinya, istigfar tetap menjadi amalan baik di hari tersebut, namun tidak perlu dibuat istilah baru yang tidak berdasar.

Hati-Hati soal Penamaan

Ia mengingatkan agar umat Islam berhati-hati dalam memberikan nama atau label khusus pada ibadah tertentu jika tidak ada dalil yang mendukung.

Penamaan-penamaan baru terhadap amalan ibadah bisa menyebabkan kesalahpahaman dan pada akhirnya menjauhkan umat dari ajaran yang benar.

Buya Yahya menjelaskan bahwa yang disebut bid‘ah adalah ketika seseorang menetapkan suatu ibadah yang tidak ada contoh dari Rasulullah SAW lalu menganggapnya sebagai bagian dari syariat.

Ia pun mencontohkan, jika ada orang yang bersedekah pada hari Asyura, maka hal itu adalah kebaikan. Namun tidak perlu menyebutnya dengan istilah sedekah Asyura.

Penamaan seperti itu, kata Buya Yahya, bisa memberi kesan seolah-olah Nabi pernah menetapkannya, padahal kenyataannya tidak ada dalil yang menjelaskan hal tersebut secara spesifik.

Menurutnya, amal saleh yang dilakukan dengan niat ikhlas tetap diterima, namun jangan sampai ditambah-tambahi dengan istilah yang tidak berdasar karena dapat melenceng dari tuntunan agama.

Penjelasan Buya Yahya ini menjadi panduan penting bagi umat Islam agar tidak mudah terpengaruh oleh praktik-praktik ibadah yang tidak memiliki dasar kuat dari Al-Qur’an dan Sunnah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |