Liputan6.com, Jakarta - Membangun rumah merupakan impian sebagian umat manusia. Dengan membangun rumah, maka akan tercipta hunian impian yang akan melahirkan kepuasan tersendiri.
Dalam pandangan Islam, membangun rumah merupakan hal yang mubah atau diperbolehkan. Namun, ada beberapa masyarakat muslim yang beranggapan bahkan meyakini bahwa ada bulan-bulan tertentu yang tidak diperbolehkan membangun rumah.
Sebagian masyarakat meyakini bahwa membangun rumah pada bulan Muharram yang bertepatan dengan Suro tidak diperbolehkan. Sebagian lagi meyakininya di bulan bulan Safar.
Mereka meyakini bahwa bulan tersebut adalah bulan sial, sehingga jika dilakukan pembangunan rumah pada bulan tersebut, maka secara spiritual akan berdampak pada rumah tersebut.
Lantas, benarkah Islam melarang membangun rumah pada bulan Muharram atau Suro? Kemudian, benarkah ada bulan sial dalam Islam? Simak penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah Ustadz KH Yahya Zainul Maarif alias Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Detik-Detik Kebakaran di Pantai Kemiren Cilacap
Penjelasan Buya Yahya
Buya Yahya membantah adanya bulan sial. Ia menegaskan bahwa semua bulan adalah baik, tanpa terkecuali.
Perihal membangun rumah, Buya Yahya menekankan bahwa pada bulan apa saja diperbolehkan, termasuk bulan Muharram (Suro), Safar, atau Ramadhan. Khusus saat Ramadhan, orang yang membangun rumah pada bulan suci tetap menjalankan kewajiban puasa.
"Gak ada bulan sengsara, bulan nyungsep, bulan nahas, gak ada! Semua hari adalah bagus jika kita gunakan kebaikan. Kapan hari jelek? Hari Anda bermaksiat," terang Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Senin (16/6/2025).
Penjelasan Ulama
Dikutip dari NU Online, Ibnu Rajab al-Hanbali (wafat 795 H) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan sama sekali antara bulan Safar dan bulan lainnya. Setiap bulan dapat terjadi kebaikan dan keburukan, dalam arti tidak boleh menganggap bahkan meyakini bulan Safar atau juga Suro sebagai bulan yang dipenuhi dengan keburukan dan musibah..
وَأَمَّا تَخْصِيْصُ الشُّؤْمِ بِزَمَانٍ دُوْنَ زَمَانٍ كَشَهْرِ صَفَرٍ أَوْ غَيْرِهِ فَغَيْرُ صَحِيْحٍ
Artinya: "Adapun mengkhususkan kesialan dengan suatu zaman tertentu bukan zaman yang lain, seperti (mengkhususkan) bulan Safar atau bulan lainnya, maka hal ini tidak benar."
Ibnu Rajab Al-Hanbali sama sekali tidak membenarkan keyakinan seperti itu, sebab semua bulan, zaman, dan tahun merupakan makhluk Allah SWT yang di dalamnya bisa saja terjadi suatu kesialan, bencana, dan musibah. Tidak masuk akal jika musibah hanya dikhususkan pada bulan Safar serta meniadakannya pada bulan-bulan yang lain.
Lebih tegasnya Ibnu Rajab menyatakan, baik buruknya suatu zaman tidak dinilai dengan apa yang terjadi di zaman tersebut. Menurutnya semua zaman yang didalamnya dipenuhi dengan kebaikan maka zaman tersebut adalah zaman yang penuh dengan keberkahan. Demikian pula sebaliknya.
Ibnu Rajab berkata:
فَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ المُؤْمِنُ بِطَاعَةِ اللهِ فَهُوَ زَمَانٌ مُبَارَكٌ عَلَيْهِ، وَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ العَبْدُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَهُوَ مَشْؤُمٌ عَلَيْهِ
Artinya: "Setiap zaman yang orang mukmin menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah, maka merupakan zaman yang diberkahi; dan setiap zaman orang mukmin menyibukkannya dengan bermaksiat kepada Allah, maka merupakan zaman kesialan (tidak diberkahi).” (Zainuddin ‘Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Baghdadi ad-Dimisyqi, Lathaiful Ma’arif).
Kesimpulannya, muslim boleh membangun rumah di bulan Muharram (Suro). Wallahu a’lam.