Liputan6.com, Jakarta - Di beberapa kebudayaan dunia, 10 Muharram dianggap sebagai hari penting dan sakral. Malam Asyura atau 10 Muharram dihidupkan dengan berbagai tradisi lokal.
Dalam tradisi Islam, hari Asyura bukanlah hari biasa. Asyura adalah hari yang istimewa. Pada hari Asyura, Allah SWT menerima taubat Nabi Adam AS. Di hari Asyura juga Allah SWT selamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya serta menenggelamkan Firaun beserta bala tentaranya. "Allah SWT juga memberi wahyu kepada Nabi Musa AS di hari Asyura," demikian dilansir dari situs Baznas, Kamis (3/7/2025).
Kemudian setelah agama Islam datang, tanggal 10 Muharram atau Asyura dimuliakan oleh Rasulullah SAW. Sebab itu, Nabi Muhammad SAW sampai pernah mewajibkan para sahabat untuk berpuasa di hari Asyura bahkan sebelum adanya perintah puasa bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah SAW menjelaskan:
“Sesungguhnya sholat yang terbaik setelah shalat fardhu adalah sholat tengah malam dan sebaik-baiknya puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yang kamu menyebutnya bulan Muharram." (HR. Nasa i, No: 1614).
Dalam konteks sejarah, Pada 10 Muharram atau hari Asyura ada satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, yakni peristiwa Karbala. Tragedi berdarah di Karbala, di mana cucu Nabi Muhammad (SAW), Imam Husain as dan para pengikutnya yang setia dibantai dalam pertempuran melawan kekuatan Yazid yang menindas.
Peristiwa ini telah menumbuhkan rasa kedukaan mendalam dan kesedihan di antara umat Islam di seluruh dunia, karena terbunuhnya Husein bin Ali yang dibantai pasukan Ziyad, panglima perang Yazid.
Dengan berbagai peristiwa penting dan keutamaannya, ada pertanyaan yang kerap muncul, terkait aktivitas sehari-hari. Salah satunya adalah bolehkah berhubungan intim di malam asyura atau malam 10 Muharram?
Simak Video Pilihan Ini:
Harapan Erina Gudono Sebelum Pernikahan dengan Kaesang
Tentang Hari Asyura dan Amalannya
Pegiat Kajian Islam, Zainuddin Lubis dalam ulasannya di situs keislaman NU Online menjelaskan, Malam Asyura adalah hari yang sangat dihormati dalam Islam karena mengandung sejumlah peristiwa penting yang memiliki signifikansi historis dan religius.
Dari segi amalan, di malam Asyura dianjurkan melaksanakan amalan kebajikan. Syekh Abu Bakar Syatha Ad-Dimyati dalam kitab I’anah Thalibin, Jilid II, halaman 302 menjelaskan bahwa ada 12 amalan yang disunnahkan dilaksanakan di Hari Asyura.
"Antara lain, berpuasa, membaca shalawat pada Rasulullah, mengusap kepala anak yatim, bersedekah, memberikan keluarga, dan membaca surat al Ikhlas," tulisnya.
Ia berkata;
في يوم عاشوراء عشر تتصل * * بها اثنتان ولها فضل نقل صم، صل، صل، زر عالما، عد، واكتحل * * رأس اليتيم امسح، تصدق واغتسل وسع على العيال، قلم ظفرا * * وسورة الإخلاص قل ألفا تصل
Artinya: "Pada hari Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram, ada dua perkara yang dianjurkan untuk dilakukan dan memiliki keutamaan: Puasa pada hari ini. Memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, Juga dianjurkan pada hari ini untuk mengusap kepala anak yatim (memperhatikan dan membantu anak yatim). Bersedekah (memberikan amal kebaikan dan membantu yang membutuhkan). Mandi wajib (bagi yang belum mandi wajib sebelumnya) sebagai persiapan untuk beribadah. Memberi makan keluarga (berusaha menyantuni dan menyenangkan keluarga). Memotong kuku (menjaga kebersihan tubuh dan rapi). Selain itu, dianjurkan juga untuk membaca Surah Al-Ikhlas sebanyak seribu kali atau lebih sebagai bentuk ibadah dan mendapatkan pahala yang banyak."
Bolehkah Berhungan Intim di Malam Asyura
Terkait pertanyaan bolehkah berhubungan intim di malam Asyura, perlu dipahami bahwa Islam memiliki etika dan ajaran yang ketat terkait dengan hubungan intim antara suami dan istri. Pada dasarnya, hubungan intim dalam Islam diperbolehkan antara suami dan istri selama kondisi tertentu dipenuhi.
Dalam konteks berhubungan intim di malam Asyura, dalam Islam hukumnya diperbolehkan dan tidak ada larangan untuk melakukan hubungan seksual. Selama istri dalam keadaan suci dari haid. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa istri ibarat sawah dan ladang bagi suaminya, yang dianjurkan untuk didatangi, asalkan dengan cara terbaik. Hal ini sebagaimana firman Allah;
نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ مُّلٰقُوْهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya: "Istrimu adalah ladang bagimu. Maka, datangilah ladangmu itu (bercampurlah dengan benar dan wajar) kapan dan bagaimana yang kamu sukai. Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin."
Adab Berhungan Intim dalam Islam
Di samping itu, dalam melaksanakan hubungan intim terdapat adab yang harus dijaga dan patuhi. Antara lain, misalnya tidak melaksanakan hubungan dari jalur belakang [dubur], atau dalam hubungan seksual dikenal dengan anal seks. Atau tidak menyetubuhi istri ketika datang bulan [haid], jika kedua ini dilanggar, maka haram hukumnya;
فللجماع آداب حث عليها الإسلام، وصولاً به إلى العمل الكريم اللائق بالإنسان، وتحقيقاً للأهداف المرجوة من النكاح وهذه الآداب منها ما هو واجب ومنها ما هو مستحب , ومن هذه الآداب: الجماع لا يجوز إلا في الفرج الذي هو موضع الولادة والحرث، سواء جامعها فيه من الأمام أو من الخلف, تحريم وطء الحائ, تحريم الوطء في الدبر
Artinya: "Pernikahan memiliki adab-adab yang dianjurkan oleh Islam, dengan tujuan mencapai kehidupan yang mulia dan pantas bagi manusia, serta untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari pernikahan. Terdapat adab-adab yang diwajibkan dan adab-adab yang dianjurkan. Berikut adalah beberapa dari adab-adab tersebut: Tidak boleh berhubungan intim kecuali pada bagian yang diperbolehkan, yakni farji, baik bersetubuh dari depan atau dari belakang. Tidak boleh berhubungan intim ketika istri sedang haid. Tidak boleh berhubungan intim melalui dubur. [Abu Faishal al badrani, al-Muslim wa Huqūq al-Akhirīn, halaman, 53]
Pentingnya Menghormati Malam Asyura Meskipun tidak ada larangan khusus tentang berhubungan intim di malam Asyura, penting untuk menghormati dan menghargai makna religius dari perayaan ini. Malam Asyura adalah waktu untuk berintrospeksi, bertobat, dan mengenang peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam yang telah membentuk identitas agama dan spiritualitas umat Islam.
Sebagai gantinya, umat Islam harus mencoba menjalani malam Asyura dengan mengikuti praktik-praktik yang lebih mendekati esensi perayaan ini, seperti berpuasa, shalat, bersedekah, dan berdoa. Melalui praktik-praktik ini, umat Islam dapat mencari pencerahan rohani dan meningkatkan hubungan mereka dengan Allah serta sesama makhluk.